Chapter 28: Painted Blue (Part 1/2)

8.5K 347 91
                                    


Aku sedikit bersemangat membawa Phi Johan pulang dan saat aku tiba, sudah hampir malam. Rumahku secara keseluruhan tidak besar atau luas. Rumah itu terbagi menjadi dua bagian: rumah depan tempat aku tinggal bersama ibuku. Sedangkan rumah di belakang adalah milik bibiku. Mereka berpisah karena tinggal bersama keluarga pamanku. Ada anak sulung yang sedang bersekolah di sekolah menengah bernama Night dan anak bungsu bernama Nong Non, yang baru saja lahir.

Awalnya, aku berpikir untuk mampir melihat kakek dan nenek dari Phi Johan dulu, lalu kembali dan tinggal di rumahku. Tapi sepertinya kakek dan nenek tidak ada di rumah, dan Ibu dari Phi Johan datang pagi ini. Dia meninggalkan buah tangan untuk ibuku. Sebelum berpisah, dia memberiku ciuman besar di pipi. Dia berkata kalau aku ingin bertemu dengan kakek dan nenek, sebaiknya tunggu bertemu dengan ayah juga.

Singkatnya, lain kali aku akan bertemu kakek, nenek, dan ayah sekaligus. Hanya memikirkannya membuatku merasa sesak.

Namun yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana reaksinya jika Mae bertemu dengan Phi Johan. Aku belum mengirimkan foto Phi Johan kepada Mae. Kupikir lebih baik langsung bertemu saja. Sebuah mobil mewah berhenti dan diparkir di depan rumah. Aku keluar dari mobil dan menekan bel di depan rumah. Setelah beberapa saat, ibuku keluar seolah baru saja mandi dan membawa handuk di bahunya.

"Oh, North, kau sudah pulang?" teriak Mae dengan ekspresi terkejut di wajahnya.

"Bukankah Mae bilang aku harus pulang Sabtu dan Minggu?"

"Oh? Apa Mae bilang begitu?" Aku hanya bisa berpikir, kenapa Mae bisa pelupa seperti ini? Lalu, dia berjalan untuk membuka pintu. "Dan mobil siapa ini? Kenapa ada mobil mewah seperti ini diparkir di depan rumah kita?"

"Kenapa dengan mobil Phi Johan? Mae bilang aku harus membawa pacarku pulang. Bagaimana mungkin Mae melupakan itu?"

"....."

Mata Mae membelalak saat melihat mobil hitam yang diparkir di depannya, sebelum mobil mewah itu masuk dan parkir di dalam. Di rumahku bisa parkir dua mobil. Satu mobil adalah mobil pamanku. Tempat parkir lainnya kosong.

"Astaga, berapa miliar harga mobil ini?" Mae mendekat dan bertanya padaku. Aku menggelengkan kepala sedikit, seolah-olah tidak tahu. "Kalau nanti Arti membawa mobilnya ke tempat kerja, dia harus hati-hati. Kalau sampai menggores mobil ini, apa yang akan terjadi?" Arti adalah pamanku.

"Kau...?"

Ujar Mae, sebelum terdiam saat melihat Phi Johan keluar dari mobil, Dia menutup mulutnya dengan tangan dan mengeluarkan seruan pelan.

"Oh, halo..."

"Oh Tuhan...."

"Mae..." Aku tertawa kecil mendengar kata-kata orang di sampingku. Maksudku, ibuku memang seperti ini. Tingkat keceriaan yang sangat tinggi ada dalam dirinya. Bahkan dari gang, aku tahu mana ibuku.

"Pacarmu sangat tampan, North. Tunggu, aku hampir pingsan."

"Tenang," kataku sebelum memegang lengannya. Berlagak seperti benar-benar hampir jatuh, tapi begitu Phi Johan berbalik, ibuku langsung kembali ke wajah normalnya. Dia mengambil handuk dan meletakkannya di bahuku.

Tunggu sebentar Mae... dan kenapa kain ini juga basah?

"Halo," sapa Phi Johan sambil melambaikan tangan. Ibuku menyambutnya dengan sopan.

Kenapa Mae harus lebih baik padanya? Seharusnya aku yang disambut dengan baik.

"Ini dari ibuku."

Dia menyerahkan sebuah tas kertas biru dengan motif cantik. Aku sendiri tidak tahu apa isinya. Tapi dengan standar seorang ibu Cina, pasti tidak akan biasa saja.

[END] NORTH : HOW MUCH IS YOUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang