Jadi sesuai janji aing,bab ini bakal full flashback dari duo tengah dan duo bungsu.
Selamat membaca 💅
•
•
•Blaze arganta deanno
Bisa dikatakan dia adalah anak tengah karna ia terlahir sebagai anak keempat dari tujuh Bersaudara, dia adalah dalang utama atas segala kejadian di luar nalar yang terjadi di rumah mereka. ibunya dan halilintar sering dibuat pusing dengan kelakuan aneh bin ajaib blaze. Anaknya juga paling gabisa kalo ngomongin perasaan karna..ya dia gak ngerti samsek kalo soal begitu..tenang aja sekali dia sayang orang pasti sikapnya akan overprotective dan jamet sendiri."Hey yo bro, janji ya kalo ibu gaada kamu gabakal macam-macam atau ngerepotin saudara-saudara mu" Blaze dan ibunya sedang menyusun balok kayu bersama. (quality time ceunahh)
"Ih kenapa ngomong gitu, Nakut-nakutin lho bu!!" Blaze memeluk lengan kanan ibunya karna tau arah pembicaraan mereka kali ini.
"Tumben langsung connect, biasanya loading 1000 abad dulu" Jangan salah ya ges, ibunya itu aslinya tantrum jadi jangan heran kalau blaze gitu. ibaratnya buah jatuh sepohon-pohonnya.
"Helehh, lagian ngapain tiba-tiba ngomongin gituan, ada apa gerangan??" Blaze menjulurkan lidahnya pada ibunya
"Orang mau serius lho blaze"
"Huh, ye lah tu"
"Ibu punya riwayat gagal ginjal"
(Watdefakkk, siapa sangka?!!) teriak blaze dalam hatinya, yakali ngomong lansung depan ibunya
"IBU, JANGAN BILANG SALAH SATU DARI KAMI ADA YANG NGEWARISI PENYAKIT IBU?!!" teriak blaze sambil mengguncang tubuh ibunya membuat yang diguncang merasa pusing
"DIBILANGIN ORANG MAU SERIUS!!" Ibunya menjambak rambut blaze karna dendam, keduanya berakhir saling bersandar karna kelelahan bercanda."ibu, blaze gamau ditinggal bu..ibu semestanya blaze.." Blaze melipat kedua tangannya di depan dadanya
"Huft..soal siapa yang mewarisi penyakit ibu..s-solar.." Ibunya sedikit menunduk, menyembunyikan isak tangisnya dari putranya itu
"Ibu nangis kan??" Blaze mengangkat dagu ibunya hingga wajah ibunya terlihat kembali, tangannya tergerak untuk mengusap air mata ibunya
"Blaze ada buat ibu.." Matanya sendiri sudah memerah, menahan isak tangis dan sesak di dadanya.
"Maaf..maafin ibu!!" Ibunya sedikit berteriak membuat blaze agak kaget
"Bangkit tantrum nya lagi!!"
"Sesama tantrum jangan mengejek yahh" Keduanya kembali beradu bacot."Blaze sayang ibu, ibu jangan pergi jauh-jauh dari blaze bu.." Blaze memeluk erat ibunya, jarang-jarang tukang tantrum ini mau memeluk ibunya tanpa heboh.
"Takdir ga izinin, nak"
"Blaze sayang ibu, tapi Tuhan lebih sayang ibu ya??"
"Tuhan punya rencana indah untuk kita semua, tapi sebelum itu Tuhan akan menguji kita dengan ujian yang begitu berat.."
"..."
"Solar, kata ibu yang mewarisi penyakit gagal ginjal itu solar..solar punya peluang untuk sembuh kan bu??" Blaze menatap lekat ibunya,apa masih ada harapan??setidaknya jika ibunya tidak bisa sembuh, maka solar harus sembuh.
"Solar punya peluang, solar masih muda dan penyakitnya masih awal-awal..ibu titip saudaramu ya sayang??" Blaze menggeleng,air mata turun membasahi pipinya dengan begitu deras
"Setelah ini siapa tempat blaze berpulang, bu??"
"Semesta mengirimkan blaze saudara-saudara yang siap menjadi tempat blaze berpulang di tengah-tengah bencana hidup."Nyatanya semesta blaze cuman ibu, gaada pengganti nya..
"Blaze.."
"I-iya bu??"
"Berjanjilah untuk tetap menjaga senyuman walau blaze sedang melawan kerasnya takdir"
"Blaze gak janji, tapi akan blaze usahakan." Ibunya tersenyum lembut dan mengusap rambut blaze, blaze hanya tersenyum tulus pada ibunya.Tolong tuhan, jangan biarkan senyum tulus mereka memudar dan digantikan
senyuman palsu.Selang 2 hari, ibunya menghembuskan nafas terakhirnya di RS. blaze hancur, saat itu dia lebih banyak menangis dan diam..mengapa perkataan ibunya menjadi nyata??apa blaze masih bisa tersenyum tulus??atau senyuman itu memudar beriringan dengan kepergian ibu tercintanya??
KAMU SEDANG MEMBACA
DURI DAN LUKANYA [END]
Fanfiction"kamu kuat ya bisa bertahan sampai sekarang." "iya, semesta maksa aku jadi anak yang kuat nahan segalanya." Tentang luka yang selalu tertutup tawa palsu, semesta selalu menyertai dirinya untuk memberi luka sekaligus bahagia. Akankah ia sempat mera...