aku selalu ada untukmu.

257 28 0
                                    

Happy reading

---

Duri sedang menjalani masa skorsnya dan entah mengapa akhir akhir ini duri merasakan pusing dan sakit yang luar biasa pada kepalanya.

Kadang duri tiba-tiba oleng karna kepalanya pusing bukan main ia sampai hampir ambruk.

Efek penyakitnya mungkin.

Pusing..tapi gapapa, masih tahan kok.



Siang yang terasa panjang untuk Duri zayyanda deanno.

Duri menghela nafasnya lelah, dia sendiri di rumah karna masa skors masih lama lagi dan akhirnya duri beres beres rumah.

Walaupun dia agak pusing tapi dia tetap memaksakan diri karna ia tau gempa pasti sedang kegiatan juga belajar untuk ujian akhir kelas 12.

"Huh..selesai.." Duri membaringkan diri di sofa ruang keluarga lalu perlahan ia merenung.

"Kangen ibu dan ayah.."
"Ibu dan ayah udah tenang dan gak sakit lagi kan??Kalian tau gak??Sekarang semuanya nyiksa banget, tapi aku juga gamau nyerah."
"Aku belum ngerasain jadi bang halilintar tapi udah ngeluh..
Aku belum ngerasain jadi bang taufan dan bang gempa tapi aku selalu nangis, Lemah banget."
"Agaknya, penyakitku makin parah makanya aku sering pusing"
"Apa aku bakal nyusul kalian?"

Duri sedikit berpikir.

"Tapi aku masih harus jagain solar, aku pengen dia sembuh apapun caranya.."
"Sekalipun aku harus berkorban untuk dia, aku siap."
"Jadi jangan ajak Duri dulu, ya??"

Duri menguap, dia mengantuk dan akhirnya dia memilih untuk tidur saja.



Duri membuka matanya perlahan, rasa pusing yang dia rasakan semakin menjadi-jadi bukannya menghilang.

"Eughh, kayaknya uda sore.."

Duri memaksa bangun dan matanya menelisik sekitar, dia melihat gempa yang tidur sambil duduk.

"Bang gem tidur disini??" Duri memandang tas besar yang gempa peluk.
"Kasian, pasti kecapean makanya ketiduran disini.." Duri mengambil selimut dan menyelimuti gempa, dia juga mengambil tas besar tadi dan meletakkannya di kamar gempa.

"Yang pulang baru bang gempa??"
Tanya Duri pada dirinya sendiri
"Duri" Panggil taufan yang muncul dari dapur
"EHHH—" Duri berteriak kaget lalu memandang taufan dengan tatapan datar.
"Kaget lho bang"
"Sori yee" Taufan menggaruk pipinya sambil cengengesan
"Abang pulang barengan bang gempa ya??"
"Iya, abang tadi jemput gempa karna dia selesai kegiatan.
Karna gem kecapean jadi gem tidur, sambil duduk pula." Jelas Taufan
"Bang Taufan habis masak??kok pake apron??"
"Iya, masak buat makan malam gantiin gempa."
"Ah begitu, yaudahlah" Duri berniat ke kamarnya tapi suara Taufan menghentikan langkahnya.

"Obat obatannya kok makin banyak, Duri??"

GULP

"Erkk..." Duri gugup, dia membalikkan badannya.
"Itu cuman obat tambahan kok bang.."
"Beneran??" Sahut Taufan tak percaya, ia menatap duri intens
"Bener kok.."
"Yaudah, penyakitnya gimana??"
"..."
"Eh lupain aja, bantu abang buat nyusun makan malam di meja ya??" Pinta taufan karna ia sadar kalau pertanyaannya itu begitu sensitif bagi Duri.
"O-Oke bang.."



Setelah saudara mereka yang lain pulang mereka makan malam dan lanjut mengerjakan kegiatan masing-masing, mereka kembali ke kamar masing-masing.

Duri berjalan di tangga dengan susah payah, pusing yang melanda membuatnya kesusahan untuk melangkahkan kakinya dengan seimbang.

"Eugh, ayolah aku hanya ingin tidur.." Duri berpegangan pada pegangan tangga, kakinya melangkah perlahan menuju lantai atas.

Dia berhasil sampai dilantai atas dan sekarang Duri harus melewati kamar blaze dengan ice.

Duri berjalan dengan langkah lemah, kesadarannya ada diujung tanduk dan Duri mati matian mempertahankan kesadarannya. Tanpa Duri sadari ternyata ia mimisan dan darah mengalir dari hidungnya.

"Plis, jangan pingsan.." Lirihnya memohon pada diri sendiri namun tetap saja dia gagal dan akhirnya tubuhnya ambruk perlahan menghantam lantai.

BRUKKK

Duri jatuh pingsan dan pintu kamar si kembar terbuka memperlihatkan ice juga blaze yang syok melihat duri.

"DURII!!" Keduanya berteriak sambil menghampiri duri, tak lama kemudian gempa, taufan juga halilintar datang.

"Duri kok bisa pingsan??" Tanya halilintar pada si kembar.
"Gatau bang, kami mau tidur tiba tiba denger bunyi orang jatuh gitu jadi kami cek." Terang ice
"halilintar pergi kekamar solar, kami bawa Duri ke rs" Titah taufan yang diangguki halilintar, ia menuju kamar si bungsu sedangkan yang lain membawa duri ke rs.

Sebelum halilintar meraih gagang pintu ternyata pintunya sudah dibuka dari dalam oleh solar. Solar sedang memegang buku fisika seperti biasa.

"Bang, tadi ada ribut apa ya??" Tanya solar yang masih membaca isi buku itu tanpa melihat halilintar.
"..duri pingsan.."
"Oh..APA?!!!" Panik solar membuat halilintar menghela nafasnya.

"Ya gitu sol, Tiba-tiba aja duri pingsan." Halilintar barusan menjelaskan bagaimana duri pingsan dan solar tampak gusar.
"Kejadiannya sama kayak waktu itu.." Gumam solar.
"Ya gitu, mau nyusul mereka??"
Solar langsung berdiri meraih jaket abu abu kesayangannya.
"Ayo bang" Halilintar sedikit tersenyum kemudian berdiri.

Disisi lain..

"Dokter!!" Keempat saudara duri—taufan, gempa, blaze, dan ice berdiri dari duduknya ketika dokter yang menangani duri mendekat pada mereka.

"Kondisi pasien akhir akhir ini kurang stabil dan pasien perlu obat ekstra." Terang dokter itu membuat keempatnya lega.
"Ah begitu ya, nanti obatnya?" Tanya taufan.
"Obatnya akan saya urus" Ujar dokter itu sambil tersenyum ramah.
"Kalau begitu Terima kasih ya dok." Dokter itu mengangguk dan mempersilahkan mereka untuk menemui duri.

Duri duduk ranjang rumah sakit dengan wajahnya yang pucat sama seperti waktu itu, ice merasa dejavu dengan kejadian waktu itu.
Senyuman itu masih tercetak di wajah duri walaupun dia sedang sakit.

"Duri!" Mereka menghampiri duri.
"Abang.." Duri tersenyum hangat, menyambut kedatangan saudaranya.
"Maaf ya jadi ngerepotin, tadi pusing banget sampai pingsan." Tutur duri yang mendapat gelengan pelan dari gempa.
"Gak kok, duri gak ngerepotin cuman lagi gak stabil aja kondisinya.." Hibur gempa sambil mengacak pelan surai duri.
"Hehe" Yang lain ikut tersenyum melihat keceriaan duri, senyuman hangat yang ikut menghangatkan hati mereka. Mereka memeluk duri untuk sesaat sebelum ada suara khas yang menghentikan pelukan mereka.

"Kak duriii!!"

Duri menoleh ke arah pintu dan mendapati solar juga halilintar yang baru sampai, solar memeluk duri erat seolah tak ada hari lain untuk memeluk duri.

"Kakak kenapa??kakak sakit??"
"Iya, kakak pusing dikit makanya pingsan.." Bohong duri sambil meyakinkan solar dan untung nya solar percaya begitu Saja.
"Yauda kakak istirahat, jangan banyak aktivitas dan minum obat."
"..kayak nya lebih cocok buat kamu" Celetuk duri iseng, yang lain hanya geleng-geleng melihat tingkah duo bungsu ini.
"KAKAKK" Solar yang cemberut makin cemberut melihat wajah jahil duri.

Hangat dan bahagia rasanya pada malam itu.

Halilintar, taufan dan gempa turut merasakan kehangatan keluarga yang selalu mereka rindukan walau hanya ada mereka juga adik adik yang lain.





TBC
PRETT
LOP YUU 🥰

DURI DAN LUKANYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang