Happy Reading.
•
•
•Malam itu daun memutuskan untuk langsung tidur, daripada ia mencemaskan cahaya yang belum tentu mencemaskan dirinya.
"Apa salahnya cuekin dia.." Lirihnya sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan untuk terjun ke alam mimpi.
•
•
•Daun terkejut mendapat panggilan panggilan video dari saudara kembarnya, cahaya.
Cahaya sedang ada keperluan di laboratorium tempat orang tua mereka bekerja, dan ia berjanji sebelum berangkat tadi kalau dia sudah sampai disana ia akan mengabari daun.Daun tersenyum dan ia mengangkat panggilan video itu, tampaklah cahaya yang sedang melambaikan tangan padanya.
"Hello dik" Usil cahaya membuat daun sedikit terpancing
"Sembarangan, untung kamu disana!" Cahaya terkekeh, ia tampak berjalan kemudian memperlihatkan sang papi yang sedang beristirahat sendirian.
"Papi!!" Daun menyapa solar lewat layar dan dibalas pula oleh solar
"Hallo dikk, kamu gak kangen papi yang ganteng ini??" Daun hanya tertawa kecil melihat cahaya dan solar yang tingkah lakunya kadang mirip sekali
"Mana mamii?" Cahaya kemudian menggerakkan kameranya, memperlihatkan mami yang baru datang dan mami segera mengambil alih kameranya
"Hello sayanggg, kamu disana baik baik saja kan?" Sapanya pada putra bungsunya
"Baik kok mami, aku kan udah besarrr"
"Iyadeh, si paling mau ultah bulan ini" Cahaya kembali nimbrung membuat mami dan papi mereka tertawa
"Kalian ulang tahunnya kan berbarengan aya" Solar mencubit geram pipi cahaya dan daun tertawa kembali.
"Aya kan lebih tua dari aku.."
"Nah, daun aja mengakuinya."
"Iyadeh iya" Dan mereka mengobrol kembali, menemani daun yang sedang berada di rumah bersama api dan air.Tapi api dan air masih sibuk di bawah, sedangkan daun hanya berada di kamarnya.
Tiba-tiba salah satu rekan dari solar datang dengan paniknya
"Solar, ini gawat!!" Solar dan sang istri saling berpandangan seolah tau situasi, kamera kembali kepada cahaya. Tampak kedua orang tua mereka pergi menyusul rekan solar yang tadi, daun pun merasakan sesuatu yang salah.
"Aya, kalian gapapa disana??" Tanya nya cemas, dibalas gelengan membingungkan dari cahaya
"Aku gatau, liat dulu gimana" Daun mendengar bunyi tombol darurat, gelas gelas yang pecah juga ikut bertabrakan membuat telinganya merasa tak nyaman
"Aya, are you really okay?" Cahaya tak menjawab, dia membawa tubuhnya berlari jauh
"Mami papi!!" Cahaya berteriak tapi yang ia dapat hanyalah bunyi ledakan yang masih terdengar jauh.
"Aya??" Cahaya menampakkan pemandangan yang ia hadapi sekarang kepada daun, puing puing serta ledakan seolah mengelilingi dan mengejeknya sekarang karna ia sekarang hanya sendiri.
"Aya, jawab aku kamu gapapa!?" Daun berteriak frustasi, cahaya tersenyum padanya.
"Daun, mami papi sepertinya terkena ledakan itu dan meninggal di tempat. Aku pun bisa saja bernasib sama, kalau aku harus meninggal saat ini juga aku cuman mau bilang kalau kamu adalah anugerah paling indah yang Tuhan beri padaku, mami, dan papi. Jangan sedih ya dik.." Daun merasakan badannya sedari tadi bergetar, jantung yang berdenyut di dada kirinya detaknya makin melemah seiring dengan suaranya yang makin lirih
"Aya, jangan ngomong gitu!
Lari Aya, aku gabisa hidup tanpa kalian!!" Cahaya menolak, dan sebuah ledakan tepat di mengenai cahaya membuat panggilan mereka terputus seketika.
"Cahaya, CAHAYA!!!" Tangis nya tak dapat dibendung, badannya lemas membuat dirinya jatuh terduduk, saat itu air membuka pintu dengan segera dan langsung menghampiri daun."Daun, kamu kenapa!!" Daun tak dapat berbicara, ia terus menangis sambil memegang dada kirinya yang terasa sesak.
"Mami, Papi, Aya.." Air segera memanggil api karna ia lihat daun mulai memejamkan matanya dengan tenang
"API, BAWA DAUN KE RUMAH SAKIT!
AKU MAU COBA HUBUNGIN KELUARGA KITA" Seru air dengan paniknya membuat api bingung
"Daun kenapa tidur, air?"
"Kemungkinan dia tiba tiba drop, CEPAT API!!" Api mengangguk panik dan ia langsung berlari ke arah sepeda motornya lalu ia tancap gas sambil membawa daun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DURI DAN LUKANYA [END]
Fanfiction"kamu kuat ya bisa bertahan sampai sekarang." "iya, semesta maksa aku jadi anak yang kuat nahan segalanya." Tentang luka yang selalu tertutup tawa palsu, semesta selalu menyertai dirinya untuk memberi luka sekaligus bahagia. Akankah ia sempat mera...