Biarkan aku, tinggalkan aku.
Aku ingin menyembuhkan semua luka ini, sendirian.----
"Duriii!!!!"
Duri mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk, didepannya telah berdiri gadis kecil berumur sekitar 14 tahun dengan surai panjang bewarna hitam berkilau juga netra coklat keemasannya yang bersinar dan ia menyunggingkan senyuman manisnya pada Duri. Duri tak pernah melupakannya, dia adalah (name).
"(Name)???" Duri berdiri, menatap sekeliling dengan heran.
"Ada apa??"
"..." Duri menunduk lagi, ia harus apa sekarang??bukankah gadis ini sudah mati—maksudnya tiada sejak beberapa tahun yang lalu, tapi mengapa dia kembali??
"Kamu tidak merindukanku, hm??"
Duri menyadari suara yang sedikit berubah itu, dia mengangkat kepalanya untuk yang kedua kalinya dan melihat (name) dalam wujud lain. Kini Duri melihat (name) yang seumuran dengannya, Duri mencoba mengukir senyum tipis di bibir manis miliknya.
"Aku merindukanmu, selalu." (Name) tersenyum dengan lembut, tangannya membentang tanda ia membiarkan Duri memeluk dirinya. Walau ragu tapi Duri tetap memeluk orang yang selalu ia cintai juga rindukan itu.Ini..hangat..
"Kamu..."
"Aku memang sudah pergi, tapi rasaku padamu tak pernah berubah." (Name) berbicara seolah tau apa yang ingin Duri ucapkan.
"Aku merindukanmu, sama seperti dirimu yang merindukanku." Duri melepas pelukannya, menatap (name) dengan tatapan terkejut.
"Apa??aku tak berbohong!!" Ketus (name) melihat tatapan Duri, Duri pun mencubit hidung (name) dengan gemas.
"Masih sama kayak dulu." Duri sedikit terkekeh melihat wajah (name) yang nampak cemberut.
"Gak lucu!!" (Name) mendengus kesal.
"Senang sekali bisa melihatmu lagi, walau aku tau ini hanya mimpiku saja." Duri mengusap air matanya yang selalu turun tanpa diminta, ada perasaan bahagia dihati kecilnya.
"Maaf, harusnya aku bisa menyelamatkanmu waktu itu." Duri menggenggam tangan (name) dengan lembut, menatap netra coklat keemasan milik (name) yang begitu indah.
"Gak Duri, gak perlu minta maaf.
Ini bukan salahmu Duri." (Name) meyakinkan Duri.
"Ini salahku, aku harusnya bisa menangkapmu (name).." Duri masih saja menyalahkan dirinya
"Waktu itu aku hampir gila karna kematianmu, aku membangkitkan bencana baru dalam hidupku.." Duri tersenyum getir, rasa sakit dan sesak menghantam dirinya.(Name) menatap Duri dengan begitu iba, sejenak ia juga merasakan sakit yang Duri tanggung.
Maaf karna pergi dan meninggalkan luka besar di hatimu.
"Duri, selagi kamu masih kuat tetaplah berjuang."
"Jika sudah waktunya pasti aku akan menjemputmu."
"Janji??" Duri mengangkat jari kelingking miliknya.
"Janji." (Name) dan Duri melakukan pinky promise."Lebih baik??"
"Tentu, senang sekali bisa bertemu lagi (name)." Jawab Duri dengan sebuah senyum bahagia di bibirnya.
"Akupun begitu, aku mencintaimu." Walau agak kaget Duri juga ingin mengatakan hal yang sama.
"Aku juga mencintaimu, (full name)"Keduanya duduk di rerumputan dengan (name) yang menyandarkan kepalanya pada bahu milik Duri.
Mereka sesekali bercanda sampai akhirnya Duri harus kembali pada kenyataan yang pahit, lagi.
•
•
•Duri terbangun, ia mengerjapkan matanya lalu melirik jam.
"Masih jam 2 pagi.." Gumamnya pelan, Duri mencoba kembali tidur sebelum ada ketukan keras di pintu kamarnya.
"BUKA PINTUNYA." Nada itu Duri kenal, itu pasti halilintar.
"Iya bang" Duri melompat dari kasurnya dan segera membuka pintu, didepan pintu nampak ada halilintar yang sepertinya sedang emosi.
"A-Abang kenapa??" Duri bertanya sambil meneguk ludahnya melihat wajah dingin milik halilintar, bukannya menjawab halilintar malah menyeret dirinya menuju gudang. Duri sebenarnya tau bahwa dirinya akan dijadikan pelampiasan emosinya halilintar untuk kesekian kalinya.Setelah halilintar dan Duri sudah ada digudang, kita berpindah sejenak.
Solar yang sedang menikmati mimpi terpaksa bangun karna ada yang mengetuk pintu kamarnya, dengan langkah gontai ia segera membuka pintu dan gempa ada di depan pintu sambil menangis pelan.
"Bang??abang kenapa??" Solar menarik tangan gempa untuk duduk dikasur miliknya, setelah solar perhatikan ternyata dipipi kanan gempa ada bekas merah seperti habis ditampar.
"B-Bang hali mau nyiksa Duri, lagi.." Solar mendecak kesal, halilintar selalu berbuat sesuka hatinya tanpa memikirkan kondisi orang lain.
"Tadi waktu bang hali mau kekamar Duri abang sempat cegah, tapi bang hali malah nampar abang.." Solar marah besar pada hali, sudahlah mau menyiksa Duri sekarang ia menampar gempa lagi.
"Abang tunggu disini aja" Solar melangkah keluar, menghiraukan gempa yang berusaha mencegahnya.Baru saja keluar dari kamarnya ia sudah dihadang oleh ice.
"Jangan solar." Cegah ice.
"Bang hali keterlaluan, gw muak."
"Kalo kayak gitu lo cuma memperparah keadaan, gw aja yang urus." Ice mengantar solar kekamarnya lagi, mengobati gempa lalu meninggalkan mereka. Sebelumnya ia menenteng kotak obat yang ada dikamar duri, berjalan menuju gudang untuk menolong duri.Dia kok sekuat itu ya??dulu Ibu ngasih apa ke duri sampai kuat ngeladenin tingkah gledek yang emosian dikit langsung mukul??
Di gudang.
Duri sedang menetralkan nafasnya, sakit sekali rasanya sehabis dipukul habis habisan, Halilintar sudah hilan- maksudnya kembali kekamarnya tanpa dosa.
Duri sempat melawan tapi hanya membuat halilintar makin marah.
Duri menyandar di dinding, dia mengantuk tapi rasa sakit ini memaksanya untuk tetap bangun.
Duri menghembuskan nafasnya dengan pelan, Semoga ia bisa tidur.Sekalipun tidur di sini, itu tidak menjadi masalah besar.
Ice mengintip dan melihat Duri dengan matanya yang terpejam dengan damai, Duri beneran tidur di gudang.
"Astaga." Ice masuk dan pelan pelan menghampiri adiknya, niatnya ngobatin tanpa ngebangunin ya..
Ia mengobati luka yang ada ditubuh Duri sambil meringis membayangkan rasa sakit yang Duri tanggung sekarang.Bang hali ngasih lukanya gak mikir atau gimana??
Gw kalo jadi Duri dah mewek luan kayaknya..Duri yang sebelumnya tertidur dengan damai malah terbangun sambil meringis kesakitan.
"Shhs" Ringisnya pelan menarik perhatian ice.
"Lah, kok bangun??" Tanya ice.
"Sakit bang, ehe~" Duri hanya memegangi kepalanya sambil cengengesan, Ice hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Mana lagi yang ada lukanya??"
"Udah, itu aja bang"
"Boong tanaman kesayangannya mati." ancam ice yang membuat duri ketar-ketir.
" E-Eh ini di bagian pergelangan tangan atas!!" Duri mengangkat lengan bajunya dan terlihat ada beberapa luka disana.
"Pelan pelan, bangg"
"Iya, ini udah coba biar gak sakit.""Duri, lo benci kami??"
"Maksud?"
"Kami udah memperlakukan lo dengan..ya kadang kami nyiksa lo, ngatain lo..pokoknya gitu.." Duri menggeleng halus sambil tersenyum.
"Kenapa lo gak benci kami??"
"Jawabannya simple, kalian itu saudaranya duri."
"Ibu gak pernah ajarin duri buat benci saudara sendiri." Ice terkekeh pelan, adiknya ini memang tak pernah melupakan ajaran ibunya.
"Gw bersyukur karna punya adek yang hatinya seluas samudra kayak lo."
"Duri juga bersyukur punya saudara kayak bang ice dan yang lain, kalian terbaik dari yang terbaik."Aku juga bersyukur.
TBC
Singkat gini mikirnya sampai mau mampus. Canda elahhUdah gitu aja, bab 14 plesbek yaww
Cayang kelenn
KAMU SEDANG MEMBACA
DURI DAN LUKANYA [END]
Fiksi Penggemar"kamu kuat ya bisa bertahan sampai sekarang." "iya, semesta maksa aku jadi anak yang kuat nahan segalanya." Tentang luka yang selalu tertutup tawa palsu, semesta selalu menyertai dirinya untuk memberi luka sekaligus bahagia. Akankah ia sempat mera...