maafkan aku.

282 21 0
                                    

Aku gak mau semuanya terulang kembali, menyakitkan rasanya.

---

"Hari ini ada ulangan kimia." Sori alveanda zefran duduk di samping kembarannya yang tengah memijit pelipisnya dengan pelan.
"Gw harus dapat yang tertinggi kali ini." Supra seandra zefran selaku kembaran sori tengah bergumam sendiri, tapi gumaman nya itu masih bisa didengar oleh sori. Sori menghela nafas karna ia tau, jika supra mendapat nilai yang lebih rendah dari solar pasti solar akan dibully habis habisan.
"Sean udah, berhenti bully solar.
Aku gamau kamu kena masalah, apalagi kalo berhadapan dengan duri." Sori bicara pelan sambil melirik duri yang sibuk sendiri dengan solar, menurutnya duri itu sedikit misterius. Ya gimana enggak, sori pernah ngeliat duri ngomong sendiri tanpa ada orang yang menanggapi.

Kan sori jadi agak ngeri, padahal duri itu lagi ngobrol ama rimba.

"Udah vean, gapapa" Yakin supra
"Aku gamau sean, aku bakal kecewa berat kalau kamu beneran kena masalah." Supra menggeleng sambil mengelus surai sang kembaran dengan pelan.
"Gw gamau lo kecewa."
"Yaudah, jangan keras kepala."
"Hadehh, iya deh iya"
"Pada ngapain??" Glacier exara gantara baru bangun dari tidurnya, ia memperhatikan interaksi si kembar itu.
"Ini lho ara, bakal ada ulangan kimia." Terang sori
"Sean, masi yakin mau nyenggol solar??" Tanya glacier
"Gatau, liat ajalah nanti"
"Saran gw sih, langsung senggol aja" Frostfire auraha bian angkat suara yang dibalas jitakan penuh kasih sayang dari glacier.
"Lo gak udah aneh aneh ya dispenser" Komentar glacier
"Yain ajalah salju."
"APA?!!" Glacier nampaknya akan mengamuk
"Udahlah ara, gausah marah marah ntar cepat tua lho." Cibir  algentara saputra membuat glacier hanya dapat menghela nafas dengan jengkel, Tuhan dia lelah..
"Yang sabar ya ara, hamba yakin mereka pasti akan mendapat Ganjarannya." Sopan davian genha menepuk pelan pundak glacier, kipas kesayangannya selalu bertengger di tangannya.
"Sabar sabar, makan hati gw ngeliat kelakuan kalian!!" Sungut glacier
"Padahal aku sama sean diam lho??" Sori protes, padahal dia udah nyoba anteng lho.
"Lo nafas aja keliatan salah dimata ara" Celetuk gentar yang langsung dihadiahi pukulan penuh cinta dari sopan.
"Kamu ini putra, gabisa diam sehari aja??" Sinis sopan pada gentar, yang di pukul hanya cengengesan ga jelas.
"Ampuni hamba wahai paduka davian.." Ledek gentar sambil bergaya dengan alaynya membuat sopan kembali memukulnya.
"Kamu diam ya." Ancam sopan yang tak mempedulikan raut wajah gentar yang muram dan kusut itu.
"Udah, belajar aja buat ulangan nanti." Titah glacier yang diangguki oleh lima teman lainnya.

"Solar kayaknya fokus banget" Celetuk duri yang sedang duduk disamping solar, adiknya itu masih fokus pada bukunya.
"Ini mau belajar kak, nanti kan ada ulangan kimia." Jawab solar yang tak mengalihkan pandangannya dari buku miliknya.
"Eh, iya juga hehe" Duri menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Kakak gak belajar??"
"Enggak, kakak pake feeling aja." Solar tertawa mendengar perkataan duri
"Belajar dikit aja kak, nanti salah lho." Ucap solar pada duri.
"Iya deh iya" Duri pun belajar disamping solar hingga guru tiba dan mereka mengerjakan ulangan kimia.

Hasilnya cukup memuaskan bagi duri, sedangkan solar mendapat nilai tertinggi untuk kesekian kalinya.

"Cih."

Supra meremas kertas ulangan miliknya dengan marah, lagi lagi solar yang menang.

"Gapapa sean, yang penting kamu udah berusaha." Sori datang sambil menepuk bahu supra dengan pelan.
"Vean, gw harus gimana lagi??
Gw udah berkali-kali dikalahin solar."
"Kalian berdua sengaja bersaing??" Potong glacier
"Enggak, cuma gw yang menganggap ini persaingan untuk memperebutkan juara." Jawab supra dengan lesu.
"Psttt, seann" Panggil gentar yang sedang bersama frostfire.
"Apasi??"
"Ada yang mau kami omongin." Tambah frostfire membuat supra penasaran dan ia akhirnya mendekat pada gentar dan frostfire.

"Kenapa si??" Ketus supra
"Jangan ketus dulu napa??
Lo mau balas dendam ke solar kan??" Tawar gentar membuat supra membulatkan matanya.
"Gimana caranya gebleg, lo gak liat duri yang selalu ngawasin solar??" Frostfire berucap sambil melirik kearah duri.
"Nah itu, kita buat solar sendirian tanpa duri baru kita bully lagi."
"Caranya??"
"Caranya.." Gentar berbisik pada frostfire dan supra, pada akhirnya ketiganya setuju dan akan melakukan rencananya nanti.

"Vean, kenapa mereka bisik bisik ya??" Celetuk sopan sambil melihat kearah supra, frostfire, dan gentar.
"Gatau juga davian, mungkin mereka mau nongkrong lagi??" Jawab sori yang diangguki oleh sopan
"Ada benarnya."
"Davian, bukannya kamu pernah ikutan bully solar ya??kok sekarang tobat??" Tanya sori pada sopan yang melamun sebentar
"Ituu.." Sopan mulai bercerita pada sori.

Flashback on

Sopan waktu itu memang bergabung dengan frostfire, gentar dan supra untuk membully solar, tapi semuanya berubah dikala itu.

Sopan waktu itu pulang sendiri karna ia piket, sopan berjalan di lorong sekolah yang sudah mulai sepi.
Sopan tak takut dengan rumor soal sekolah angker, jadi dia berjalan dengan santai sambil memegang kipas kesayangannya.

Saat sedang berjalan itulah sopan mendengar suara yang sepertinya ia kenal. Suara itu terdengar lembut tapi kalimat yang diucapkan cukup menusuk.

"Aku memang punya rencana untuk membunuh, tapi sepertinya tidak lagi." Sopan membeku sesaat ketika mendengar suara itu, bukan kah itu suara duri??
"Gak, aku gamau lagi.
Kamu mau berkelahi lagi??" Sopan panik, akhirnya ia mencoba lari tanpa menimbulkan suara tapi..
"Apa yang sedang kamu lakukan disini??" Duri muncul dengan senyum tipisnya, sopan mundur sesaat. Duri yang ada didepannya terlihat begitu berbeda dari duri yang biasanya ia kenal
"A-Aku hanya ingin pulang kerumah.." Jawab sopan dengan gugup, Duri mengangguk.
"Uh, kamu mendengar apa yang kukatakan tadi ya??" Sopan mengangguk gugup.
"Cih, baik.
Kamu salah satu pembully solar, ya??" Tanya duri lagi
".."
"Berhenti membully adikku atau.." Duri mengeluarkan pisau lipat yang selalu ia simpan disaku celananya.
"Benda ini akan membuat lukisan indah di tubuh mu." Duri menyeringai lalu kembali memasukkan benda itu kedalam sakunya.
"Rahasiakan ini, turuti atau mati.
Hanya itu, sekarang pulanglah." Sopan mengangguk, ia berlari menuju luar sekolah tanpa menoleh lagi, Duri yang tadi ditemuinya itu benar-benar menyeramkan.

"Kamu menakutinya." Duri mendengus kesal mendengar ucapan rimba yang dengan santainya mengkritik dirinya.
"Kalau gak digituin mana kapok, lagipula kita hampir ketahuan."
"Ketahuan??
Kita belum ada membunuh ya, apanya yang ketahuan??" Rimba menggaruk tengkuknya.
"Keberadaan mu. Hanya aku yang bisa melihatmu jadi orang orang berfikir aku gila."
"Cih, emang gila kok" Ledek rimba sambil terkekeh pelan.
"Sialan." Umpat duri, ia memutuskan untuk pulang ditemani rimba yang selalu mengikutinya.

Flashback off

"Serius??" Tanya sori dengan ragu
"Menurut mu??"
".."
"Memang benar, dia misterius."
"Setuju." Tambah sori, ia makin yakin kalau ada yang salah dengan duri.















TBC
BELUM SIAP HIATUS TAPI AKU BOSEN. OIYA UNTUK TOKOH TAMBAHAN KAYAK SORI DAN LAIN-LAIN ITU BAKAL AKU BUATIN PERKENALAN LEBIH LANJUT.
UDAH SI, LOP ALL

DURI DAN LUKANYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang