ku temukan dirimu dimasa aku tak ingin berlabuh kepada siapapun. Dengan bahtera kecil di lautan berlayar sesukanya tanpa ada yang menghalangi. Namun, kau tunjukan asa yang membuatku yakin bahwa dirimulah dermaga yang kucari. Kini aku pun harus berhenti, kian lama aku menetap, aku malah terjebak di tempat itu, pelabuhan tak bertepi yang menghadirkan teduh tanpa kuminta. Hingga kata harap, keluar dari mulut ini bahwa engkau lebih dari sekedar teduh. " Rasa teduh yang dirimu hadirkan membuatku jatuh ke palung indah tak berdasar ". Bahkan, ketika aku menyadari aku telah jatuh ke dasar sana, aku tak ingin di selamatkan oleh siapapun.
Namun apakah teduh yang kurasakan ini memiliki masanya? Apakah palung ini memiliki ujungnya?. Satu hal yang aku tau, aku berharap rasa nyaman ini abadi dalam aliran waktu. Sehingga aku bisa menetap untuk waktu yang cukup lama. Tak hanya sekedar singgah untuk mengelabui mimpi-mimpi ini. Namun hingga ia menemani hingga dipenghujung akhir nafasku.
Ketika aku tau suatu saat kehadiranmu hanya pelengkap sebuah cerita, aku takut aku akan kehilangan arah. Ketika aku tau Teduhmu tak lagi selamanya. Aku takut haluanku berubah. Aku tak mau berharap terlalu dalam, karena ganjarannya adalah luka dan kekecewaan. aku tahu beban seperti apa yang akan di tanggung dari harap yang berlebih, perjalanan yang kulalui masih panjang, ada banyak lika-liku yang harus kutuntaskan. Masih ada kisah lainnya yang harus kusinggahi. namun " rasa yang telah terlanjur dibangun begitu megahnya membuatku sulit beranjak dari teduh yang telah kau buat. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilatasi Diksi
PoetryMenulis bukan sekedar menuangkan sebuah hobi, bukan hanya mengabadikan diri. Namun, " Menulis adalah sebuah proses menumbuhkan benih harapan yang telah lama mati " Goresan filosofi kehidupan yang terurai dalam kepingan sajak.