Dalam hening ada kegaduhan yang terus bertikai, dalam sunyi ada perdebatan yang tak terbantah untuk dilerai. Permainan hasrat tak akan pernah berhenti, jika belum menemui siapa pemegang kendali, ego atau kerendahan hati. Seringkali egolah pemenangnya. " Terkadang nurani kita kebalkan hanya untuk mencapai kesenangan sesaat. Namun, sadarkah dirimu siapa yang kau kobankan atas kehendak itu."
Adakalanya pergulatan itu terhenti. Namun, bukan karena ada pemenangnya, tapi karena keduanya telah berdamai. Disaat kerapuhan datang menghampiri, luka silih berganti. Pilihan terakhir adalah berdamai dengan diri sendiri, menciptakan ruang sunyi tempat pertemuan antar makna.
" Ego adalah akar dari ketiadaan, musuh paling nyata bagi dirimu. " Menuruti ego sama saja membuat aku kehilangan diriku. Pertikaian tak akan pernah berhenti. Kerendahan hati memang di takdirkan untuk mengalah, namun bukan berarti kalah, ia ada hanya untuk menenangkan ambisi dan ego. Jika semesta menciptakan ruang besar di hati ini, namun mengapa ruang ini terasa sesak dan gaduh. Apakah masih ada sisa-sisa nurani didalamnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilatasi Diksi
PoetryMenulis bukan sekedar menuangkan sebuah hobi, bukan hanya mengabadikan diri. Namun, " Menulis adalah sebuah proses menumbuhkan benih harapan yang telah lama mati " Goresan filosofi kehidupan yang terurai dalam kepingan sajak.