" Yang menipu adalah waktu, yang tak disangka adalah mati, yang sesaat adalah hidup. " Jagat tak menjanjikanmu untuk terus hidup bersamanya. Kau hanya menikmati kepura-puraanmu dalam dunia fana yang kau anggap abadi. Tinggal menunggu waktu sampai kau di renggut dan kau terbangun dari mimpi terpanjang. Kisahmu yang telah kau ukir sedemikian rupa hanya fatamorgana ditempat yang nyata.
Saat kau menyadarinya, apakah kau yakin hidup di hari esok. Jika kau tutup buku ini apakah kau akan membukanya lagi setelahnya. Dan apakah malam ini menjamin dirimu terbangun bersama mentari esok pagi. Perjalanan panjang yang kau tempuh tak lain hanya untuk sebuah nama dan batu nisan. Angan yang membuatmu kalut didalamnya akan menjadi untaian mimpi yang tak berarti, tanpa kau letakan hati yang murni, maka tak akan ada pertimbangan bagi Ia Yang Abadi untuk meletakkanmu di tempat benar-benar layak.
Bahkan bayi yang baru menghirup udara dunia itupun telah tertanam benih kematian di dirinya. Pertanyaan vital pun muncul dalam perjalanan ini bukan kapan dirimu mengakhiri kisahmu, namun seperti apa akan engkau akhiri kisahmu. Maut menghentikan nafas, mengakhiri kisah dan membuka lembar baru di tempat yang baru. " Jika kelayakan adalah nilai yang sepadan untuk berada di tempat yang agung, maka hiduplah untuk merelakan kematian. "
(Sein-zum-Tode/Being-toward-death) "Ada-menuju-Kematian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilatasi Diksi
ŞiirMenulis bukan sekedar menuangkan sebuah hobi, bukan hanya mengabadikan diri. Namun, " Menulis adalah sebuah proses menumbuhkan benih harapan yang telah lama mati " Goresan filosofi kehidupan yang terurai dalam kepingan sajak.