Segala halnya berasal dari yang tunggal, logika kita dalam mempertanyakan konsep ketuhanan membawakan kita kepada titik dimana esensi kemahakuasaan itu adalah jalan menuju kemustahilan. Sehingga munculah teori omnipotence dan berbagai macam paradox lainnya yang mempertanyakan hakekat kemahakuasaan. Namun, jika kemahakuasaan masih di pertanyakan maka dimana letak kemahakuasaan yang sesungguhnya. Mengapa kemahakuasaan harus dirantai oleh pola pikir yang sejatinya terbatas, bukannya kemahakuasaan itu sesuatu yang seharusnya tidak akan bisa di jangkau oleh akal sekalipun.
Bagaimana mungkin kau menyembah sesuatu yang akalmu saja dapat menjangkaunya, bagaimana mungkin kau melihat dalam hidup namun buta dalam kematian, dan bagaimana mungkin akalmu merdeka, jiwamu masih terjajah. Kebanyakan dari manusia bersikap angkuh sehingga banyak yang tersesat dengan pemahaman yang hanya sedebu karena telah menuhankan pikirannya"
Galilah sedalam apapun pengetahuan itu, bongkar setiap pertanyaan tentang kehidupan, sampai dirimu temukan dibelakang tanda selalu ada tanya dan hadapan tanya tidak harus jawaban. Sesuatu yang tidak terjawab bukan berarti tidak ada jawabannya, hanya saja keterbatasan kita yang tidak mampu menjangkau jawaban itu. "Bukankah Kemahakuasaan itu sesuatu yang tak dapat terjangkau oleh segala tanya, lantas mengapa masih mengengkangnya dengan akal." Ingatlah, kita tidak diciptakan dalam kondisi yang tidak terbatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilatasi Diksi
PoesíaMenulis bukan sekedar menuangkan sebuah hobi, bukan hanya mengabadikan diri. Namun, " Menulis adalah sebuah proses menumbuhkan benih harapan yang telah lama mati " Goresan filosofi kehidupan yang terurai dalam kepingan sajak.