MENERJANG_BATAS]
Enjoyyy
🖤🖤🖤
***
Javian siap berangkat kerja, dia mengenakan kemeja putih dipadukan celana bahan biru tua. Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, lelaki 27 tahun itu segera ke luar kamar.
Bersama dengan itu dia melihat Javier menuju tangga, saat akan menyapa dia merasa ada yang aneh dengan cara berjalan sang adik.
"Dek!"
Javier amat terkejut, dia menoleh ke belakang dengan kedua alis menukik. "Mas, kenapa ngagetin, sih!"
"Maaf. Kaki kamu sakit, kok, gitu jalannya?"
Javier terdiam, dia mengalihkan pandangannya dari netra tajam Javian. Tangan kirinya meremas kemeja yang dia pakai, berusaha untuk mencari alasan logis agar sang kakak tidak curiga.
"Dek?"
Javier mengangguk. "Iya, tadi kepeleset di kamar mandi."
"Ya, ampun," sahut Javian, dia menyiakan rambut sang adik khawatir. "Mas antar ke rumah Mak Sari, biar diurut."
"Nggak usah, Mas. Ini nggak apa-apa, kok, dikasih minyak gosok nanti baikan. Lagian, Mas 'kan mau berangkat kerja, nanti telat," jelas Javier menolak ajakan Javian.
"Beneran, nggak apa-apa?"
Javier mengangguk. "Iya, Mas jangan khawatir."
"Mas antar saja bagaimana?"
"Kak Johnny jemput, kok," kata Javier, kemudian menggandeng lengan Javian. "Ayo sarapan, nanti telat."
Mereka turun ke lantai dasar, Javian membantu sang adik agar berhati-hati. Tiba di dapur dia melihat Mbak Nung mencuci peralatan bekas masak.
"Mbak, kamar mandi Javier tolong bersihkan, ya, dia baru saja kepeleset."
Mbak Nung tampak mengernyitkan keningnya, kemudian menatap Javier yang tampak terdiam di meja makan. "Kemarin baru saja saya bersihkan, Mas Javian. Apa mau dibersihkan lagi?"
Javian menatap sang adik yang sibuk sarapan, kemudian mengangguk. "Iya, dibersihkan lagi saja, Mbak."
"Oh, enjeh, Mas."
[MENERJANG_BATAS]
Javier sejak tadi diam, dia sibuk memikirkan kejadian tadi pagi. Ini pertama kalinya dia berbohong kepada sang kakak, padahal hanya lelaki itu yang menjadi tumpuannya karena Sadewa sudah kembali ke Malang.
Sadewa, ayah dua anak itu menetap di Malang karena Javian lebih memilih mengurus pabrik yang ada di surabaya. Alasannya, lelaki itu tidak mau meninggalkan kota kelahirannya. Cukup simpel, Sadewa tidak bisa menolak.
"Vira?" panggil Johnny. "Kamu kenapa?"
Javier tersenyum, kemudian menggeleng. Dia ingin sekali bercerita kepada Johnny tentang kejadian tadi pagi, tetapi dia berpikir mungkin terlalu takut membuat dia was-was.
"Nggak apa-apa, Kak."
Johnny menyentuh kening kekasihnya, bermaksud untuk mengecek suhu tubuh gadis itu. "Badanmu hangat, loh, pusing nggak?"
Saat ini mereka berada di taman depan ruang dosen. Sebenarnya Javier ada kelas, tetapi kata Maisya, dosen yang mengajar berhalangan hadir. Maka dari itu, dia menemui Johnny yang sedang menunggu dosen pembimbingnya.
"Sedikit, sih," kata Javier.
"Apa gara-gara kemarin," ungkap Johnny, dia tampak bersalah. "Kakak minta maaf, ya, kakak janji itu yang terakhir. Masih sakit nggak?"
"Sedikit."
Johnny bangkit, dia menarik lengan Javier pelan. "Kakak antar ke klima, istirahat di sana."
"Nggak mau, di sini aja."
"Jangan membantah, Kakak antar. Nanti setelah bimbingan, kakak jemput lagi," kata Johnny tegas.
Mau tidak mau, Javier mengangguk. Karena letak klinik mahasiswa cukup jauh, Johnny mengantar Javier menggunakan motor.
Yudis dan Prastio yang baru saja dari toilet langsung bersiul saat melihat Johnny melewati mereka. Keduanya gemar menggoda Johnny yang menjadi budak cinta setelah mengenal Javier.
"Ihiw, pegangan Javier, awas jatuh!" teriak Yudis.
[MENERJANG_BATAS]
Jangan lupa bintangnya🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Menerjang Batas
FanfictionMENERJANG BATAS *** Cinta itu bagaimana, sih, sebenarnya? Suatu kejadian yang tak disengaja membuat Javiera dan Johnny menjadi dekat, mereka merasa nyaman dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan. Hingga ada batasan yang tanpa sadar mereka...