🖤 20.

37 13 5
                                    


[MENERJANG_BATAS]

ENJOYYY

🖤🖤🖤

***

Johnny mengendarai motornya cepat, dia tidak tahu jika Javier berangkat sejak pagi. Dia juga tidak mendapatkan pesan darinya sejak semalam. Merasa aneh, tidak biasanya gadis itu bersikap begitu.

Sampai di parkiran fakultas, Johnny dengan cepat menuju kelas Javier. Dia ingin memastikan kekasihnya datang dengan selamat. Namun, panggilan dari seseorang membuat dia menunda tujuannya.

"Jo!" Tasya berlari dengan senyum cerah, dia berhenti di depan lelaki itu sembari berkata, "mau bimbingan, ya. Prof Sulaiman sudah ada, aku baru aja lihat beliau datang. Ayo barengan, kita."

"Oh, gitu, ya. Oke, tapi gue ada urusan sebentar, lo duluan aja," jawab Johnny.

Senyum Tasya yang tadinya mengembang, perlahan pudar. Dia kecewa saat Johnny menyuruhnya pergi lebih dulu. "Kamu mau ke mana memangnya, kok kayak buru-buru banget gitu?"

"Mau mastiin Javier dulu. Dia sakit, tapi maksain buat kuliah," kata Johnny. "Udah, ya, gue naik dulu."

"Oh, oke." Tasya menatap Johnny yang menaiki anak tangga dengan cepat, dalam hati gadis itu bertanya siapa Javier sebenarnya.

Kenapa sampai bisa membuat seorang Johnny, mahasiswa populer yang tidak hanya tampan, pintar, tetapi juga populer akan kesendiriannya terlihat khawatir berat.

[MENERJANG_BATAS]

Johnny senang setelah mendapatkan acc dari kedua dosen pembimbingnya, lelaki itu baru ke luar ruangan langsung disambut oleh ketiga sahabatnya. Tidak lupa Tasya yang akhir-akhir ini ikut nimbrung bareng mereka.

"Gimana, bro," kata Yudis, sembari mengunyah cilok milik Tasya.

Johnny mengajak teman-temannya untuk pindah tempat, tujuannya sekarang gazebo dekat parkiran.

Tasya terus tersenyum kala mendengar cerita Johnny, dia ikut bersyukur jika skripsi lelaki sudah ter-ACC.  "Aku ikut senang, Jo, bagaimana kalau kita daftar pendadaran bareng, biar bisa ujian barengan juga."

"Nah, ide bagus itu," kata Prastio menatap Johnny dan Natasya. "Kalian cocok, sama-sama otak profesor."

Natasya mendapat pujian seperti itu merasa melayang, sedangkan Johnny terlihat bisa bahkan lelaki itu sepertinya tidak menggubris perkataan dari Prastio.

"Ngawur." Yudis menimpuk belakang kepala Tio, kemudian melanjutkan bicaranya, "si Jojo udah punya pawang, tolong diingat."

"Anjir, lupa."

Johnny menghela napas, kemudian bangkit dari duduknya. "Gue mau ke kantin, haus banget."

"Ah, Jo. Aku ada air," kata Tasya, dia tersenyum sembari menyerahkan tumler miliknya. "Kebetulan belum aku minum."

Johnny memerhatikan botol yang Tasya berikan, dia merasa sungkan jika menolak. Namun, getar ponselnya membuat dia secara tidak langsung mensyukuri hal itu.

Raut Johnny lekas berubah, Tasya memerhatikan dengan jelas. Dalam pikirannya, apakah telpon tersebut dari lelaki bernama Javier. Namun, kenapa Johnny amat senang.

"Iya, Javier. Kamu ke mana aja, kok, gak bales pesan ... astaga, iya, aku ke sana. Maksih, Maisya."

Tanpa pamitan, Johnny lekas berlari. Tasya terkejut dengan hal itu, hingga rasa penasaran membuat dia bertanya kepada ketiga sahabat Johnny.

"Johnny kenapa, sih, kok kayak khawatir gitu?" tanya Tasya. "Terus, Javier itu siapa?"

Dimas menatap Tasya dengan mata elangnya, tanpa memikirkan perasaan gadis itu dia berkata, "Javier pacar Johnny."

Ramai mahasiswa yang berlalu-lalang agaknya tidak membuat Tasya terganggu. Setelah mendengar jawaban Dimas, jelas sekali ada perubahan dari sikap serta raut wajahnya

Yudis dan Prastio boleh tidak sadar, tetapi berbeda dengan Dimas yang mengenal lagak perempuan seperti Natasya.

[MENERJANG_BATAS]








Maaf, ya, lama update teman-teman. Otaknya lemot gara-gara gak dapet thr😁

👇🏻 Jangan lupa, tinggal pencet.

Menerjang BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang