🖤 19. Pingsan

36 23 10
                                    

MENERJANG_BATAS

ENJOYYY

🖤🖤🖤

***

Javier merasa badannya tidak enak, kepalanya pening, mual ditambah nyeri di perut bawahnya yang hilang timbul.

Gadis itu berpikir jika musim hujan membuat kesehatannya menurun, apalagi kemarin dia sempat kehujanan saat mengambil baju yang dijemur.

Sebenarnya hari ini Javier ada kelas siang, Johnny tahu akan hal itu. Namun, dia masih kesal dengan lelaki itu maka lebih memilih berangkat pagi.

Setelah bersiap-siap dan sudah memesan ojek, Javier segera keluar kamar. Rumah besarnya tampak sepi, biasalah, Javian akhir-akhir ini sibuk dengan pengeluaran produk terbaru.

Biasanya produksi pabriknya hanya berupa wafer, tetapi lelaki itu ingin menambah menu yang sedikit keluar jalur yaitu Mie Goreng Manttap.

Javier tidak mau ikut campur, dia sekadar tahu jika kakaknya sedang merilis trobosan baru. Dia hanya mendoakan, semoga pekerjaan kakaknya lancar.

"Mbak Nung, Javier berangkat, ya," pamit Javier kepada asisten rumah tangga di rumahnya.

"Iya, Neng. Ndak makan dulu, to?"

Javier menggeleng, melihat cumi asam manis yang biasanya menggugah selera sekarang malah membuat perutnya bergejolak.

"Javier buru-buru, nanti saja di kantin." Javier lekas pergi setelah mendapat telpon dari ojek yang dipesan. Namun, panggilan dari Mbak Nung membuatnya terpaksa berhenti.

Wanita baya itu menyerahkan kotak makanan sembari berkata, "Neng Javier mukanya pucet, daripada pingsan di kampus Mbak bawain bekal roti isi sama susu. Dimakan, ya, Neng."

Javier tersenyum, kemudian memeluk Mbak Nung erat. "Makasih, ya, Mbak. Mbak selalu perhatian sama Javier."

[MENERJANG_BATAS]

Selama kelas dimulai, Javier tidak bisa konsentrasi. Kepalanya semakin pening, ditambah keringat dingin membuatnya terpaksa merebahkan kepala di meja.

Maisya melirik, khawatir ketahuan dosen. Dia pun menjawil lengan Javier. "Javier, kamu ngantuk?"

Javier hanya diam, Maisya masih memerhatikan gerak-gerik dari dosen yang menerangkan menggunakan proyektor. Gadis itu tidak khawatir, andai saja dosen tersebut tidak terkenal galak dan tidak suka memberi hukuman.

"Sebentar lagi berakhir, tahan rasa kantukmu, Javier," bisik gadis itu.

"Sut, Javier!"

Tak!

Suara keras entah benda apa membuat seisi kelas terkejut, kecuali Javier. Dosen perempuan yang kerap dipanggil Miss Ajeng tampak menatap Maisya tajam.

Tentu saja gadis itu agak takut. Dia melirik Javier, tetapi temannya itu masih di posisi yang sama.

"Kenapa kamu berisik?" tanya Miss Ajeng. "Sadar nggak, suara kamu sangat mengganggu!"

Dengan keberanian yang menipis Maisya menjawab, "Ini, Miss, teman saya sakit." Itu alasan yang paling menghindarkan dirinya dari amukan macan rembah.

Miss Ajeng bangkit, semakin membuat Maisya ketakutan. Suasana kelas sangat sunyi, tidak ada yang berani bercakap sedikit pun. Dalam hati gadis 21 tahun itu berharap, semoga ada keajaiban mendadak.

"Dia tidur, bukan sakit," kata Miss Ajeng santai. "Coba bangunkan, temanmu."

"Javier," panggil Maisya sembari menggoyang punggung gadis itu pelan.

Tidak ada tanggapan dari Javier membuat Miss Ajeng tampak kesal, wanita berumur yang masih melajang itu ikut menggoyangkan badan Javier. Cukup kencang bahkan Maisya kesal melihatnya.

Namun, karena kencangnya dorongan dari dosen tersebut. Badan Javier oleng yang membuat seisi kelas geger, ternyata gadis itu tidak sadarkan diri.

"Astaga, Javier!" pekik Maisya.

"Eh, kenapa, tuh si Javier?"

"Waduh, pingsan!"

Miss Ajeng juga syok melihat keadaan Javier, wajah bersalahnya membuat dia cepat-cepat meminta agar beberapa muridnya membawa gadis itu ke klinik mahasiswa.

Dua mahasiswa menggotong Javier, sedangkan Maisya menatap Miss Ajeng dengan raut kecewa dan netra berkaca-kaca.

"Miss jahat banget, nggak berperasaan. Saya sudah bilang, teman saya sakit!" Setelah berkata begitu, Maisya keluar mengikuti Javier.

Tanpa Maisya dengar, dosen lajang tersebut meminta maaf secara pelan. Hanya beberapa mahasiswi di dekatnya yang mendengar hal itu.

[MENERJANG_BATAS]












👇🏻 klik, klik... Klik, klik... Klik, klik

Menerjang BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang