🖤 17.

37 19 20
                                    

[MENERJANG_BATAS]

Enjoyyy

🖤🖤🖤

***

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, tiga bulan berlalu setelah kejadian itu. Johnny semakin sibuk dengan skripsi, meskipun memiliki otak cerdas tidak membuat lelaki itu terhindar dari revisi.

Namun, dibandingkan ketiga temannya. Agaknya Johnny lulus lebih dahulu, terlihat dari skripsi yang sudah memasuki bab lima.

Kisah cinta antara Johnny dan Javier masih tetap berlanjut, meskipun jarang memberi kabar. Gadis itu tidak menuntut lebih, dia mengerti jika mahasiswa akhir selalu sibuk.

Seperti sekarang, Javier duduk di teras. Melihat gelapnya langit malam bertabur bintang, sesekali dia mengecek ponsel. Mungkin saja pesan dari Johnny datang setelah seharian tidak ada kabar.

Hingga deru mobil masuk pekarangan rumah, Javian keluar setelahnya bersama seorang perempuan.

Melihat itu Javier tentu kaget, pikirannya mengatakan jika sang kakak sudah mendapatkan jodoh.

Senyum Javier terukir indah, Javian yang melihat tentu merasa aneh. "Kenapa?"

"Ini calon Mas Javian, 'kan," kata Javier langsung.

"Apa, calon?!" kata Javian, kemudian melirik perempuan bermata sipit yang berdiri di sampingnya. "Nggak mungkinlah, calon Mas model beginian, melotot saja nggak bisa."

"Bapak jangan ngejek saya, dong-"

Javian mengangkat tangannya. "Kamu mau saya pecat?"

Perempuan itu terdiam, agaknya dia tidak berani mengatakan apa pun yang membuat pekerjaan menjadi taruhannya.

Javian melirik tajam, kemudian masuk rumah. Javier yang melihat jadi ikut kesal.

"Pantes aja nggak punya pacar, galak banget, sih, Mas!" ungkap Javier, kemudian menatap perempuan yang masih berdiri di depannya. "Nama kakak siapa?"

"Oh, kenalin. Namaku Intan, sekretaris Pak Javian."

Javier mengangguk. "Oh, cuma sekretaris. Javier kira calon istri."

"Bukanlah," ungkap Intan. "Ngomong-ngomong, kamu siapa?"

"Aku Javier, adiknya Mas Javian."

"Wah, hebat banget kamu, Dek," kata Intan takjub.

"Maksudnya?"

"Bisa bertahan sama maug," sahut gadis itu santai.

[MENERJANG_BATAS]

Entah kenapa, Johnny merasa sumpek akhir-akhir ini. Selain tugas skripsi, dia juga memikirkan beberapa followers youtubenya yang tiba-tiba mengirim pesan lewat instagram.

Mereka menagih untuk membuat konten lagi, ada yang menyuruhnya tracking gunung, ada juga yang menyuruh dirinya untuk mengenalkan Javier.

Hampir tiga bulan dia tidak memposting di chanelnya, karena kesibukannya membuat Johnny tidak ada waktu untuk membuat konten.

Johnny Trail adalah nama channel miliknya, biasanya berisi konten tentang keseruan menggunakan motor trail dan kegiatan sehari-hari bersama ketiga sohibnya.

Terakhir postingan yaitu waktu tahun baru, di mana dia menikmati kembang api bersama Javier. Itu pun hanya berdurasi 5 menit, banyak yang berkomentar tentang siapa perempuan itu karena dia jarang bersama perempuan.

Johnny ingat, dia belum memberi kabar Javier seharian ini. Saat akan mengirim pesan, tiba saja sambungan telpon dari Tasya membuat dia urung.

"Halo, kenapa Tas?"

"Jo, kamu bisa jemput aku nggak? Ban motorku kempes. Aku udah telpon Niken, tapi nggak diangkat. Dimas juga!"

Johnny tampak mengusap keningnya, dia berpikir apakah bisa mengiyakan permintaan temannya itu. Namun, kasihan juga jika tidak ada yang membantu. Tidak apa-apalah yang penting niat Johnny baik.

"Share lokasi, sekarang."

"Oke, aku tunggu Jo. Makasih, ya."

Tidak lama kemudian Johnny mendapatkan lokasi Tasya berada, dia bergegas ke sana karena waktu semakin malam

Lokasi yang Tasya berikan tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya 10 menit menggunakan motor. Netra Johnny menelisik pinggir jalan, hingga dia melihat perempuan yang berdiri di toko tutup sendirian.

"Johnny!" panggil Tasya senang. "Untung kamu cepat datang, tadi ada dua pengamen lihatin aku terus, jadi takut!"

Johnny turun dari motor sembari melepas helm, dia mendekati Tasya. "Bocor apa kehabisan bensin?"

"Bocor, tuh lihat. Ban depan kempes." Tasya menunjuk ban motor bagian depan.

Johnny mengambil ponselnya, dia sibuk mengirim pesan kepada bengkel langganannya. Untung saja bengkel tersebut masih buka dan mau datang.

"Kita tunggu orang bengkel datang," kata Johnny. "Kamu dari mana, malam-malam keluyuran, perasaan ini bukan rumahmu?"

Tasya mengangguk. "Emang bukan, ini aku dari rumah Niken mau pulang. Pas aku naik, motor mendadak oleng. Untung nggak jatuh."

Tidak lama kemudian dua orang dari bengkel datang, mereka hanya membawa pompa agar motor Tasya terisi angin sebelum dibawa ke bengkel.

"Makasih, ya, Bro. Maaf, ngerepotin."

"Ndak apa-apa, Mas. Santai saja," ungkap salah satu pegawai bengkel.

Johnny mengangguk. "Ngomong-ngomong, bisa diambil kapan, nih?"

"Besok agak siangan saja, ya, Mas. Soalnya bengkel banyak pelanggan."

"Oke, nggak apa-apa, besok siang diambil," kata Johnny.

"Kalau begitu kami pamit, Mas, Mbak," kata karyawan bengkel sopan. "Saya bawa dulu motornya."

Johnny mengangguk. Setelah kepergian mereka, dia menuju motornya diikuti Tasya. "Aku antar pulang, rumahmu di mana?"

Tasya memberi tahu alamat indekosnya yang dekat kampus, tetapi dari tempat mereka butuh waktu setengah jam.

Hampir sampai tujuan, mendadak hujan turun begitu deras. Terpaksa Johnny menepikan motornya di emperan toko, tanpa dia tahu di dalam ada seseorang yang mengenali mereka.

[MENERJANG_BATAS]













👉🏼🌟 jangan lupa, ya😁

Menerjang BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang