🖤 14. Bukan Pesulap Ijo

43 19 10
                                    


[MENERJANG_BATAS]

Enjoyyy

🖤🖤🖤

***

"Hai, Mas."

Seperti biasanya, Javian menatap Johnny angkuh. Lelaki pemilik lesung pipi itu tidak membalas sapaan Johnny. Dia juga tidak tega untuk mengusir setelah melihat adiknya yang sedang galau.

"Saya mau cari Vira, ada 'kan Mas?" tanya Johnny basa basi.

"Kalau saya jawab, nggak ada, kamu mau pergi?"

Johnny tersenyum, sampai menunjukkan tanda imut di bawah matanya. "Pasti saya tunggu."

Javian tersenyum remeh. Kendati begitu, dia membuka pintu lebih lebar. "Dia lagi galau, mikirin seniornya yang nggak ada kabar!"

"Saya lagi sibuk skripsian, Mas. Ini saja baru balik dari kampus," jelas Johnny membuntuti Javian masuk.

"Memangnya yang jadi pacarmu itu saya?"

Kening Johnny berkerut, heran dengan jawaban kakak Javier yang super mengesalkan itu. Setahunya, hanya perempuan yang memiliki masa senggol bacok. Namun, agaknya Javian pun memiliki juga, malah lebih parah.

"Saya nggak butuh penjelasan kamu." Javian menjelaskan dengan malas. "Sana, temui Javier. Ingat, jangan macem-macem."

Johnny segera naik ke lantai atas, tentu saja untuk menemui Javier. Terhitung sudah dua kali dia masuk ke kamar kekasihnya.

Pertama, waktu kencan Javier tertidur. Karena susah dibangunkan, dia pun menggendong gadis itu sampai kamarnya.

Ini yang kedua. Johnny mengetuk pintu lebih dahulu. Lama tidak terbuka, dia pun mencoba memutar gagangnya. Mengintip dari sela-sela, tampak Javier tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuh.

"Vira?" panggilnya. "Kamu tidur beneran?"

Javier masih belum terjaga bahkan tidak terganggu sedikit pun. Johnny gemas melihat gadis itu, tampak nyenyak sekali dilihat dari mulutnya yang sedikit terbuka.

Pelan, lelaki itu mengusap pipi tembam sang kekasih. Hingga, tidak lama setelah itu Javier terusik. Dia mengerjap pelan dan kaget melihat Johnny ada di sana.

"Loh, Kak Johnny?" Javier bangkit, sedangkan lelaki itu tersenyum.

"Maaf, ya, ganggu kamu istirahat."

Entah kenapa, melihat Johnny emosi Javier kembali bangkit. Netranya berkaca-kaca siap menumpahkan tetesan air kegalauan.

"Ada apa, kok cemberut gitu?" tanya Johnny mengusap kepala Javier pelan. "Oh, iya. Kata Mas Javian ada yang lagi galau, nih, alasannya sih, nggak dikasih kabar sama seniornya. Siapa kira-kira, kamu tau nggak?"

Javier menepuk paha Johnny, air matanya tumpah sejak tadi. Untung saja tidak ada isak tangis, yang ada hanya kekehan malu juga kesal menjadi satu.

"Kakak kemana saja, sih. Nggak kasih kabar sama sekali seharian, Javier tuh, takut!" ungkapnya menggebu.

"Takut kenapa?"

Javier mengusap pipinya, Johnny pun membantu. "Ya, takut kalau kak Johnny tiba-tiba hilang."

"Kakak bukan pesulap ijo, ya."

"Aku serius!"

"Iya, Kakak tau. Tapi sekarang viralnya 'kan pesulap ijo yang bisa ngilang itu," jelas Johnny terkekeh. "Kakak nggak akan ke mana-mana, kamu jangan khawatir, dong."

Javier menghambur ke pelukan Johnny, dia sekarang sudah terbiasa dengan kehadiran lelaki itu. Rasa sayangnya bahkan membuat dia takut kemungkinan buruk terjadi. Padahal itu hanya pikiran Javier saja yang terlalu buruk.

"Besok main ke rumah mau, Ecan sama Ahen nanyain kamu terus."

Javier mengangguk. "Mau! Sekarang juga boleh. Ayo, aku juga kangen sama mereka."

[MENERJANG_BATAS]














Butuh asupan, nih, caranya hanya dengan vote dan komen, caw😁😁😁

Menerjang BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang