🖤 11. Ragu

48 25 17
                                    


[MENERJANG_BATAS]

Enjoyyy

🖤🖤🖤

***

Tidak terasa libur tahun baru sudah berakhir, Javier kembali masuk kuliah seperti biasanya. Bersama Maisya, gadis itu berjalan menuju kantin setelah menyelesaikan kelas pertama.

Jam menunjukkan pukul 10 pagi, masih tergolong pagi, sayangnya gerimis turun tanpa tanda kali ini. Tidak ada mendung, meskipun awan lebih putih dari biasanya.

"Males banget, Mai."

Maisya menoleh. "Males kenapa?"

"Kamu nggak lihat, hujannya deres banget."

Mereka berada di persimpangan, antara menuju kantin, taman dan parkiran, serta jalur masjid. Mana pun yang mereka tuju, tentu harus pasrah dengan yang namanya basah. Beda cerita jika sedia payung atau jas hujan, sedangkan keduanya malas membawa benda tersebut.

"Sebenarnya aku ada jas hujan, sih, " ungkap Maisya.

"Mana, aku aja yang pake."

"Ada di jok motor," jelas gadis itu dengan senyum menyebalkan.

Javier menghela napas pendek. "Kenapa nggak sekalian di Tokyo."

"Udahlah, basah sedikit aja. Ayok, laper, nih!"

"Aku baru keramas, tau."

Mereka berdebat, beberapa mahasiswa melihat dengan bermacam presepsi yaitu takut basah.

"Udah sih, terjang aja. Pada takut air apa gimana?" sahut Dika, mahasiswa seangkatan mereka hanya saja berbeda jurusan.

Lelaki itu dengan santai berlari menyeberang hujan, kemudian mengibaskan rambutnya beberapa kali. Setelah selesai, dia melambai sembari berkata, "Duluan, ya, ukhti-ukhti."

"Nah, kan. Ayok, nanti kita kibas-kibas rambut kayak si Dika!" sentak Maisya menyeret lengan Javier.

Terpaksa gadis itu ikut kemauan temannya, tetapi bersama kala menerjang hujan. Netra Javier melihat Johnny satu payung dengan seorang mahasiswi, jantungnya berdebar kencang. Terasa sakit, tetapi tidak kentara.

Siapa perempuan itu? Johnny pun tampak senang bisa satu payung dengan mahasiswi cantik.

Maisya melakukan apa yang dia katakan, yaitu mengibas rambut serta bahunya yang basah. Tidak buruk, meskipun sedikit lepek.

Dia menatap Javier yang tampak terpaku, kemudian melihat arah pandang temannya itu yang tertuju ke kantin fakultas.

"Eh, itu Kak Johnny?"

Javier mengerjap. "Ayo, aku mau makan soto aja yang anget-anget."

[MENERJANG_BATAS]

Johnny menginjakkan kaki di kantin, dia melepas jaket levisnya kemudian dikibas-kibaskan. Jaketnya basah di bagian bahu kiri, padahal dia menumpang payung dengan teman sekelasnya.

Netra lelaki bongsor itu menatap Adara yang melipat payung, sebelum temannya pergi dia berceletuk, "Hadeh, Dar. Sama aja aku hujan-hujanan, nih, ceritanya. Ikhlas gak, sih, lu."

"Terima nasiblah, udah tau payung kecil pake acara nebeng segala!" Adara meletakkan payung di tempat yang sudah disediakan, setelah itu pergi lebih dahulu masuk kantin.

Makanan yang berkuah biasanya cocok disantap ketika hujan, begitu juga dengan Johnny. Dia antre di stan bakso, sesekali bercanda dengan mahasiswa yang dikenal.

Meskipun mereka junior, tidak membuat pertemanan mereka terhalang. Kali ini Johnny sendirian. Prastio dan Yudis ikut rapat terakhir sebelum keluar dari kegiatan mahasiswa, sedangkan Dimas tadi pamit ke toilet.

Mereka berada di semester tujuh yang mana sibuknya mahasiswa juga mahasiswi mengenai berbagai kegiatan penunjang kelulusan, seperti kkn, magang juga skripsi.

Untung saja Johnny mempunyai kecerdasan yang membuat kedua temannya sedikit tertinggal, dia sudah menyelesaikan magang bersama Dimas di semester lima dan sekarang dia disibukkan dengan pengajuan judul skripsi.

Setelah mendapatkan bakso bersama es jeruk, Johnny lekas mencari meja kosong. Netranya melihat Javier dan temannya makan sembari berbincang. Tentu dia tidak mau melepas kesempatan dekat dengan gadis itu.

"Vira, Memey," sapa Johnny dengan senyuman, dia meletakkan pesanannya di meja samping Javier. "Nggak ada larangan duduk di sini, 'kan."

Maisya tersenyum. "Nggak ada Kak, gabung aja nggak apa-apa."

Johnny tersenyum, sedangkan Javier diam saja. Dia sibuk dengan soto ayam pesanannya.

"Buat kamu," kata Johnny sembari memindahkan dua butir bakso ke mangkuk soto milik Javier.

Gadis itu jelas kaget, dia menolak pemberian Johnny. Mereka berdua tampak berdebat, Maisya yang melihat hanya terkekeh.

"Udah, makan aja, Jav. Lagian, kamu sukses dietnya 'kan. Kalau naik, ya, tinggal jogging lagi," sahut Maisya santai.

"Kamu masih jogging?"

Javier mengangguk, dia masih kesal dengan paksaan Johnny. Mungkin situasinya berbeda jika tidak ada kejadian menyakitkan seperti yang dilihat tadi.

"Bolehlah aku ikut, aku nggak pernah jogging soalnya. Pengin tau aja, sekaligus temenin kamu," kata Johnny semangat.

Javier menghela napas. "Kak Johnny bisa jogging sama pacar kakak yang tadi aja, ngapain sama aku."

Mendengar itu Johnny menatap javier, dia merasa tidak asing dengan sikap gadis itu. Dalam hati dia tertawa, merasa senang melihat Javier dalam keadaan seperti itu.

"Jiah, cemburu 'kan Lu."

Johnny berdehem, dia menghentikan makannya sejenak. "Kan aku udah bilang, aku ada pacar kalau kamu mau jadi pacarku."

Suara tersedak membuat keduanya menoleh, Maisya segera meraih es teh dan menenggaknya buru-buru. "Jadi, kalian lagi pdkt?"

[MENERJANG_BATAS]














Nb: Maaf jika Ada yang salah terkait soal kegiatan mahasiswa tiap semester. Info tersebut berasal dari searching di google.

Seperti biasa, janlup vote dan komen, yaw.
Maturnuwun🙇🏻‍♀️
Kamsahamnida🙇🏻‍♀️

***

Menerjang BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang