14 ||Istana🌻

4 3 0
                                    

14||Istana
🌻🌻🌻

Sudah seminggu cellci dan leon tidak berkomunikasi. Dan sudah seminggu juga leon tidak tinggal di rumah cellci. Cellci pun semakin pendiam dan lebih banyak menyendiri. Tubuhnya pun semakin kurus, tanda hitam di bawa mata dan mata yang bengkak.

"Gue kasian anjir sama cellci,"ucap bara yang diangguki oleh veo dan sarga.

"Lo gak mau samperin apa? Minta maaf gitu,"senggol veo pada lengan Leon.

Leon tak menjawab, seolah tidak mendengar ia berjalan dengan santai ke kelas. Walupun dalam hati nya terasa ada yang menjanggal.

"Samperin yuk,"ajak sarga pada veo dan bara.

Mereka berdua mengangguk dan menghampiri cellci yang berjalan sendirian dengan pandangan kosong.

"Haiii mbak Cell yang cuanteknya ma syaa allah,"sapa bara sambil tersenyum manis.

Seakan tak mendengar cellci terus saja berjalan.

Mereka bertiga yang melihat itu kasihan.

"Gak seru ni kalau kayak gini,"ucap veo.

Yang diangguki bara dan sarga.

Sesampainya di kelas, fanya dan teman-temannya memandang jijik ke arah cellci.

Mereka bertiga menghalang jalan gadis itu.

"Kasian banget,"ucap fanya pura-pura sedih dan mendapat gelak tawa dari kedua temannya.

Fanya memandang cellci dari ujung rambut hingga ujung kaki,"Yeuhh jelek banget."

"Gue mau lewat,"ucap cellci berusaha untuk lewat.

Fanya memegang kedua bahu cellci,"etss tunggu dulu dong. Sepupu lo yang paling baik ini pengen main-main dulu sama lo."

Plakk.

Fanya menampar pipi cellci namun sang empu yang di tampar tidak menghindar dan hanya pasrah.

"Woww lo udah mau mati, yah?"tanya fanya sembari tertawa.

"Gue lagi gak pengen bertengkar, fan. Tolong lo ngertiin gue."

Fanya dan teman-temannya tertawa,"apa? Lo kenapa hah? Udah gila lo? Yakali gue ngertiin lo."

Fanya mendorong tubuh cellci hingga gadis itu terjatuh ke lantai.

Cellci meringis kesakitan.

"Anjir. Bangun Cell,"ucap damar yang tak sengaja melihat keadaan cellci.

Damar membantu cellci bangun.

"Makasih mar."

"Lo udah keterlaluan anjing,"ucap Radit pada fanya dan teman-teman nya.

"Takut banget,"ucap farah pura-pura takut.

"Ada pahlawan kesiangan ni gys,"ucap fanya mendapat gelak tawa dari kedua temannya.

"Kurang ajar! Sopan lo sama kakak kelas lo, hah?!"bentak damar.

Ekspresi fanya kini berubah menjadi tidak suka,"apa urusan lo, hah?!"

"Dia temen kita. Sekali lagi gue liat lo gangguin dia gue bakal nyuruh bokap gue buat keluarin lo!"ucap damar menatap tajam fanya dan teman-temannya.

Ya ayah damar adalah pemilik sekolah metardika.

Fanya tidak bisa berkutik.

"Cabut."

Mereka bertiga pun akhirnya pergi dari sana.

Pangeran AleonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang