Bab 11 | Ice Cream

415 108 263
                                    

⚠️Mengandung Gula

Dilarang salting!!!

Vote komen wajib!!!

Happy Reading ❤️

asupan dulu biar mleyot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

asupan dulu biar mleyot

🍁🍁🍁

Aku masih berdiri di depan pagar rumah Nala. Masih terbayang wajah Nala yang menunduk. Aku sangat yakin gadis itu menangis. Aku merasa bersalah, apakah kata-kataku tadi terlalu menyakiti hati Nala?

"Nggak usah dipikirin, Bang! Tuh anak paling besok udah kayak biasanya. Kalau nggak lo tegur, bisa sampai pagi mereka pestanya," ujar Aska. Sepertinya dia paham aku sedang merasa bersalah karena memarahi Nala.

"Gue khawatir, Ka. Baru kali ini gue marahin dia. Dia pasti kaget," tuturku.

"Gue tengok dia kalau gitu. Lo disini aja Bang!" Aska lalu kembali masuk ke rumah Nala. Pelan-pelan dia membuka pintu depan agar tak bersuara.

Aku menunggu di luar dengan sabar. Semoga Nala di dalam baik-baik saja.

Selang beberapa menit Aska kembali. Anehnya dia tertawa geli. Aku menatapnya heran.

"Aman, Bang. Lagi beberes dia. Begitu lihat gue dia langsung mau gebuk pakai gagang sapu. Ngatain gue cepu gara-gara gue bawa lo kesini," jelasnya. Aku mendesah lega.

"Dia nggak nangis?" tanyaku.

"Abis nangis sih kayaknya. Suaranya sengau kayak orang pilek."

Aku sudah menduganya. Mungkin aku harus meminta maaf besok. Aska merangkul pundakku, sejak kapan dia setinggi ini? Lalu kami pulang.

🍁🍁🍁

Sabtu pagi. Aku turun ke ruang makan. Hanya ada Amma yang sedang menyiapkan sarapan. Aska pasti masih tidur karena dia libur sekolah.

Aku lalu duduk menyantap nasi goreng telur buatan Amma. Enak seperti biasanya. Amma sedang memasukkan nasi goreng ke dalam kotak makan, lengkap dengan telur ceplok dan nugget ayam.

"Buat Nala ya, Ma?" tanyaku meski yakin memang benar. Amma mengangguk.

"Biar Abang yang ngantar, Ma!" usulku.

"Boleh, Bang! Bawain buahnya juga, ya?" jawab Amma lalu menyiapkan dua butir apel fuji. Dimasukkannya kotak makan dan apel itu ke dalam kantong plastik.

Semalaman aku masih kepikiran bocah itu. Kurasa dia merapalkan doa agar aku memikirkannya sampai seperti ini. Aku harus segera meminta maaf. Aku akan mampir ke rumahnya sebelum berangkat kerja.

🍁🍁🍁

Kupencet bel rumah Nala. Dua kali. Cukup lama pintu baru dibuka. Terlihat muka bantal Nala dengan rambut yang dia cepol asal-asalan. Matanya membulat kaget.

Sad Things About Renala [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang