Separuh_39

1K 116 11
                                    

A fanfiction

.

Separuh Utuh

.

Na_Ren

.

Dont expect too much
.
.
JANGAN BAWA CERITA INI KE RL KALIAN
.
.
BIJAK DALAM MEMBACA.
.
.
INI PANJANG BANGET 😮‍💨
.
.
Read it, enjoy, comen, jan lup kasih bintang >_<

-

Jam diatas meja menunjukan pukul 3 sore, Renjun duduk di meja kerjanya sembari bertopang dagu, kopi yang tergeletak diatas meja sepertinya sudah lama tak ia sentuh, membuat bulit-bulir air pada cupnya turun membasahi permukaan meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam diatas meja menunjukan pukul 3 sore, Renjun duduk di meja kerjanya sembari bertopang dagu, kopi yang tergeletak diatas meja sepertinya sudah lama tak ia sentuh, membuat bulit-bulir air pada cupnya turun membasahi permukaan meja.

Jeno pergi ke perusahaan, Jisung pergi jalan-jalan bersama orang tuanya, Mark dan Haechan sibuk bersama 127 dan Chenle yang tidak bisa diharapkan, si Jaemin juga pergi sejak 2 jam yang lalu.

Renjun menghela nafas panjang, ia seperti pengangguran yang tidak punya pekerjaan. Cowok ini menjatuhkan kepalanya diatas meja, matanya menoleh ke luar melewati skat balkon, kilau oren cahaya matahari yang menerobos masuk membuat suasana kian temaram, terasa sangat tentram.

"Sebenarnya kalian lagi pada ngapain sih" gumam Renjun di kesepian yang perlahan mulai ia rasakan, ia seperti tak berdaya tanpa seseorang didekatnya, ia seperti bukan apa-apa tanpa 6 orang di hidupnya, ia tidak akan menjadi Renjun yang sekarang tanpa member Dream.

Ada banyak ketakutan yang sering Renjun rasakan akhir-akhir ini, ia takut orang-orang terdekatnya akan menghilang, Renjun mengkhawatirkan Jaemin dan Jeno, keduanya mungkin sering berkelahi satu sama lain, tapi apa yang akan terjadi jika salah satu dari mereka memutuskan untuk pergi, Renjun tidak ingin salah satu dari mereka menghilang, belum lagi dengan keanehan yang perlahan ia rasakan.

Ia pikir ada seseorang yang sering keluar masuk asrama, Renjun sebenarnya tak yakin dengan perasaannya itu, tapi sering kali Jaemin dan Jeno berdebat akan sesuatu yang tidak mereka lakukan, mungkinkah mereka yang berbohong atau memang ada orang lain yang masuk ke asrama.

Seperti ucapan Jeno waktu itu, permusahan dia dan Jaemin itu murni, dia tidak akan pernah memaafkan orang yang ikut mengacau, jangan bilang Jeno sudah menyadari itu sejak lama.

Pandangannya menatap lukisan berwarna kuning di sudut, ia terfokus pada lukisan itu "kamu bakal disini bareng dream sampai akhir kan?" gumamnya pada si pemilik lukisan.

Sedangkan Jeno terlihat memasuki pemakamam umum dengan mantel dan topi- membuatnya tersamarkan dari pandangan orang-orang di sekitar, suasana pemakaman cukup lenggang meskipun ada prosesi pemakaman.

Tidak ada rasa takut sedikitpun. Jeno melangkah memasuki tempat menyimpanan abu, rak-rak tinggi menjulang dengan hiasan di setiap kotaknya. Jeno tidak pernah lupa dengan tempatnya masih di blok A rak nomor 3 kemudian baris nomor 12.

Separuh Utuh-Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang