˚ ༘♡ ⋆。˚ 🍂ꕥ
Malam menjelang begitu cepat, Birva saat ini tengah berada di balkon kamarnya. Memandang malam sunyi yang di sinari cahaya rembulan, adalah salah satu hal yang Birva lakukan untuk mengeluarkan seluruh keluh kesahnya dalam diam sembari memandang pandangan alam di atasnya.
"Kira-kira ibu lagi apa ya di sana? Terus gimana kabarnya sama Ayah setelah ga ada aku ya?..." Dia bergumam, memikirkan kabar kedua orangtuanya. Walaupun kehidupannya sekarang bahagia, tapi Birva juga merindukan kehidupannya di dunianya dahulu. Birva juga sedikit merasa sedih karena memikirkan keadaan orangtuanya setelah tidak ada kehadirannya, rasanya dia ingin mengulang kembali agar tidak seceroboh waktu itu saat mengendarai motor. Tapi apa daya? Waktu tidak bisa di ulang.
Birva hanya bisa menghela nafas, dan terus melanjutkan hidupnya di dunia fiksi ini entah sampai kapan.
Tes.
Setetes air jatuh ke wajah Birva, gadis itu mendongak. Mendapati gerimis hujan mulai turun, dan seiring waktu semakin deras.
"Hujan?"
Birva mengulurkan tangannya merasakan tetesan air membasahi telapak tangannya, entah kenapa hal itu malah membuat perasaannya sedikit lebih tenang.
Perasaan campur aduk memenuhi hatinya saat ini, rasanya Birva ingin tidur di bawah hujan lebat sembari merasakan dinginnya angin dan air yang membasahi tubuhnya.
Birva tidak sadar ada seseorang di belakangnya, yang tak lain adalah Damar. Pria itu menatap gadis di depannya sejak tadi, dia tidak ingin mengganggu ketenangan Birva apalagi raut murung yang di tunjukan Birva semakin membuat Damar memilih untuk diam.
'main hujan kayaknya seru, lama juga gua ga main hujan.' - Birva.
Baru saja berbalik Birva terkejut mendapati kehadiran Damar dengan setelah kasualnya tengah bersender pada pintu balkon.
"Mas Dam-"
"Ada apa?" Damar menyela.
"Sejak kapan kau berada di sini?"
"Entah."
Mendengar jawaban Damar Birva menghela nafas berusaha untuk sabar menghadapi pria di depannya ini.
"Ikut saya sebentar." Ujar Damar tanpa menunggu jawaban langsung berbalik masuk kembali.
Birva segera mengikuti, entah kemana tapi sepertinya Damar ingin membawa Birva ke halaman belakang Rumahnya yang terdapat kolam renang. Di sana juga terdapat gazebo yang di sertai tempat duduk empuk.
"Kenapa kita ke sini?" Birva bertanya kepada Damar yang hanya diam, sampai Pria itu melangkah menjauh dari tempat teduh. Membuat pakaian yang di kenakan Damar seketika basah.
"Hey- jawab aku terlebih dahulu!" Kesal Birva mengejar Damar, seketika pakaian Birva juga ikut basah kuyup karena guyuran hujan yang begitu daras.
Mendengar itu diam-diam Damar terkekeh, dia suka melihat raut kesal dari Birva entah kenapa. Bahkan saat Birva yang ingin merebut ponselnya waktu itu, walaupun wajahnya tampak datar dia diam-diam menikmati kekesalan pada wajah Birva.
"Kau suka hujan kan?" Damar mulai bicara, dia sebetulnya hanya menebak karena saat melihat yang dilakukan Birva di balkon tadi menurutnya Birva menyukai Hujan.
Langkah Birva terhenti, dia sedikit terkejut karena tiba-tiba Damar berkata seperti itu. Tidak salah, perkataan Damar ada benarnya. "Ya..." gadis itu menjawab dengan nada pelan.
Damar berbalik, dia terkejut melihat kaos putih yang di kenakan Birva menjadi sedikit menerawang karena terkena hujan.
Sedangkan Birva bahkan tidak sadar karena terlalu menikmati tetesan hujan deras yang sudah membasahi seluruh tubuhnya.
Tidak tahan melihat pemandangan di depannya, Damar berbalik membelakangi Birva, "lebih baik kau berteduh kalau tidak ingin terkena penyakit." Ujar Damar berjalan menuju Gazebo berniat untuk berteduh.
Sedangkan Birva? dia tidak mau menurut, lebih memilih berjalan menuju pinggir kolam renang, dan duduk di sana sembari memasukkan kedua kakinya ke dalam air kolam.
Melihat Birva yang memilih duduk diam di Tengah derasnya hujan, Damar melihat hal itu dengan wajah heran sekaligus penasaran. "Apa yang dia pikirkan?"
Tiba-tiba Birva menjatuhkan tubuhnya ke dalam kolam, seketika Damar terkejut. Merasa harus menolong gadis itu, tanpa pikir panjang Damar ikut masuk. Berniat menolong Birva, takut gadis itu tidak bisa berenang karena kolam ini cukup dalam.
Berbeda dengan sudut pandang Damar, Birva hanya ingin menceburkan tubuhnya ke dalam air tanpa berniat melakukan apapun, bahkan Birva bisa berenang tetapi sengaja melemaskan tubuhnya agar terapung.
Gadis itu tiba-tiba dikejutkan dengan tarikan tangan seseorang, "apa yang kau pikirkan huh?" Geram Damar memandang Birva tajam.
"Eh- kenapa?" Birva terkejut mendapati tubuhnya menempel dengan Damar, dia bisa merasakan kehangatan tubuh Damar dari balik kemeja putih yang sekarang sudah menjiplak sepenuhnya tubuh kekar Damar.
"Apa yang kau pikirkan sampai menjatuhkan tubuhmu ke dalam? Kalau kau tidak bisa berenang bagaimana? Jangan membuat Hendra marah padaku hanya karena kebodohan mu." Jelas Damar kasar.
Bahkan satu tangan Damar yang memegang pinggang Birva semakin mengencang setelah mengatakan itu.
Birva terdiam, dia bingung harus menjawab bagaimana. Bukan karena takut, tapi Birva sedang menahan diri agar tidak menerkam om-om satu ini karena tubuhnya yang menggoda itu.
"Fine.. aku hanya ingin menjernihkan pikiran ku." Jelas Birva mengalihkan pandanganya.
Posisi mereka saat ini begitu dekat, bahkan Birva bisa merasakan deru nafas Damar di telinganya.
Hujan yang awalnya deras mulai mereda dengan rintikan kecil, kedua sejoli itu masih dalam posisi yang sama. Dengan sang gadis yang canggung harus berbuat apa, karena kalau menolak, Birva tidak akan merasakan hal ini. Hal yang dulu sering dia bayangkan ketika melihat lelaki tampan di sosmednya.
Berbeda pemikiran, Damar sekarang tengah menatap Birva lekat. Yang awalnya hanya menatap kecantikan Birva dengan rambutnya yang basah, sekarang turun ke bawah. (Cabul)
'sialan, apa yang barusan ku lihat.' Damar membatin setelah melihat belahan dada Birva yang terlihat di balik kaosnya.
Beberapa saat mereka lewati, sampai akhirnya Damar menuntut Birva keluar dari kolam. Mendudukkan gadis itu di tepi kolam, setelah itu dia ikut naik.
Tanpa berkata apapun, Damar tiba-tiba menggendong Birva ala bridal style dan membawanya masuk kembali ke dalam.
Birva tidak protes, yang terpenting bagi Birva. Mereka tidak menyentuh sesuatu yang sensitif bagi para gadis pada umumnya.
Bahkan keduanya tidak sadar, kalau saat mereka berada di luar. Adanya seseorang yang memperhatikan dari kejauhan.
"Kita cari waktu yang tepat."
˚ ༘♡ ⋆。˚ 🍂ꕥ
KAMU SEDANG MEMBACA
Birva Harem's
Novela Juvenilִ ࣪𖤐 Birva, seorang remaja jompo dari golongan menengah yang suka menggoda om om berduit (tentunya yang masih fresh dan ganteng) harus merenggut nyawa karena tidak sengaja bertabrakan dengan sebuah mobil saat dirinya sedang mengendarai motor dengan...