ִ ࣪𖤐 Birva, seorang remaja jompo dari golongan menengah yang suka menggoda om om berduit (tentunya yang masih fresh dan ganteng) harus merenggut nyawa karena tidak sengaja bertabrakan dengan sebuah mobil saat dirinya sedang mengendarai motor dengan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sorry For slow up, agak sibuk dikit ga ngaruh
˚ ༘♡ ⋆。˚ 🍂ꕥ
"Aku ingin memberikan satu permintaan pada kalian." Hendra angkat bicara, dia menatap kelima Pria itu.
"Apa itu?" Wade menjawab, dia menatap Hendra.
"Jaga Birva sampai aku kembali pulang, jangan sampai aku mendengar berita seperti ini lagi. Kalau tidak bisa menjaganya dengan baik aku tidak segan membunuh kalian." Hendra berkata dengan tatapan menusuk pada Mereka, aura gelap hampir mengelilinginya. Tapi mereka tidak ada yang takut, karena mereka tentunya akan menjaga Birva bahkan tanpa diberi perintah.
"Tanpa kau beritahu aku akan melakukannya." Felen berkata sembari menyesap batang rokoknya. Sedangkan Damar, dia tidak merespon karena sebelum Hendra memerintahkan. Damar yang lebih dulu di tunjuk untuk menjaga Birva.
Keenam pria itu merasa kembali ke masa lalu, sebab mereka sudah beberapa tahun tidak kumpul seperti ini lagi setelah Hendra menikah.
Karena jika ada hal serius mereka akan berkumpul untuk mendiskusikan sebuah rencana, dengan otak pintar Hendra yang suka menyusun rencana cadangan bila rencana awal gagal.
Kediaman mereka di alihkan dengan suara kedatangan Cecilia dan Birva yang sudah kembali dari pembicaraan pribadi.
"Sayang, kita harus berangkat sekarang karena pesawat menuju Inggris akan pergi 1 jam lagi." Ujar Cecilian menghampiri Hendra, Hendra tersenyum dia pun berdiri dari duduknya.
"Baiklah, Birva jaga dirimu. Kalau sesuatu terjadi, panggil saja Ayah oke?"
Birva mengangguk mengerti, dia merasa senang saat Hendra mengusap Surainya dan Cecilian yang mencium pipinya sebagai ucapan perpisahan.
Kedua pasangan itu akhirnya pergi dari sana dengan di antar oleh supir pribadi Birva, sedangkan Birva menatap kepergian orang tuanya sampai benar-benar hilang dari pandangannya.
Tapi ada satu hal yang tidak Birva mengerti sekarang, punggungnya entah kenapa tiba-tiba merasa merinding. Dan saat menengok kebelakang, benar saja Kelima pria yang tengah duduk santai di meja makan itu menatap Birva.
'astaga, kalau gua ada salah minta maaf deh..' Batin Birva, walaupun sebenarnya tidak ada yang salah. Tetapi Birva sedikit takut jika di tatap lima pria sekaligus, apalagi mereka semua adalah tipe ideal Birva. Jadi Bitva merasa hal yang bercampur, Antara takut+salting.
"Ada apa ya??" Birva bertanya dengan sedikit kikuk.
"Ah- tidak, kau kembali saja ke kamar mu. Kita harus mendiskusikan sesuatu." Balas Felen, dia menyeringai entah apa yang akan di bahas mereka sampai menyuruh Birva kembali ke kamar.
'se-pribadi itu ya?' Sebenarnya Birva agak kesal, tapi dia juga tau privasi seseorang. Birva pun mengangguk dan pergi ke atas menuju kamarnya.
Melihat kepergian Birva, Felen beralih menatap Gernald dan Wade. "Hm, aku tau kita sudah tidak bertemu lagi setelah kejadian 10 tahun lalu. Tapi karena Hendra memerintahkan untuk menjaga Birva bersama, apa kalian bisa bekerjasama sampai Hendra kembali?" Ujar Felen.