ִ ࣪𖤐12. Mantan

5.3K 448 14
                                    

˚ ༘♡ ⋆。˚ 🍂ꕥ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˚ ༘♡ ⋆。˚ 🍂ꕥ

Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya, karena guru-guru yang melakukan rapat juga mungkin karena gosip tentang Layla menyebar begitu cepat membuat mereka semua sekarang beralih memaki Layla dan memusuhi gadis itu.

Sedangkan Birva baru saja ingin menjalankan motornya, perhatiannya teralihkan pada sebuah mobil hitam yang berhenti.

Dia melihat seorang wanita bersurai Blonde keluar dari mobil itu dan menghampiri Layla, sepertinya itu adalah Mama Layla. Wanita itu berusaha menenangkan Layla yang terus menangis tersedu-sedu.

Birva sempat merasa kasihan, bukan kasihan terhadap anaknya tetapi pada mamanya yang memiliki seorang anak dengan gangguan mental seperti Layla.

'duh mau kasihan sama mamanya, tapi dia bilang keluarganya selalu bisa ngelakuin apapun buat ngebela dia.' Batin Birva menghela nafas tidak habis pikir dengan keluarga Layla.

Tiba-tiba Birva di kejutkan dengan sentuhan di lengannya, saat menoleh ternyata itu adalah Zevan.

"Eh- Om Ze?"

"Birva- dari mana saja kamu? Aku mencari mu dari kemarin, bahkan panggilan ku tidak kau angkat." Zevan bertanya dengan nada sedikit menekan. Bahkan cengkramannya sedikit mengencang.

Mendengar itu Birva teringat saat dia tengah bersama Gernald, Zevan sempat meneleponnya tetapi Gernald melempar ponselnya begitu saja saat ingin di angkat. Dan sialnya Birva seorang pelupa soal hal kecil, jadi dia tidak teringat untuk menelepon Zevan kembali esoknya.

"M-maaf, kemarin aku menginap di rumah temanku. Dan saat kamu menelepon aku tidak mengecek notifikasi panggila, jadi aku tidak tau..." Bohong Birva, dia sebenarnya tidak enak jika harus jujur. Karena entah kenapa jika Birva berkata jujur akan terjadi sesuatu pada Xaverius bersaudara dengan Zevan.

Zevan menghela nafas, "fine, lain kali katakan kepadaku jika kau berada di luar." Ujar Zevan dengan wajah datar karena masih sedikit kesal, tetapi juga tersirat kekhawatiran pada kata-katanya.

Birva mengangguk kecil sebagai tanda mengerti.

"Zevan?" Suara itu mengalihkan perhatian Birva dengan Zevan.

Ternyata yang memanggil adalah Mama Layla, hal itu entah kenapa seketika membuat raut wajah Zevan berubah. Dia terkejut pada awalnya, dan langsung tergantikan dengan raut tak suka menatap Wanita di depannya.

"Papah?..."

Birva terkejut saat tiba-tiba Layla berlari memeluk Zevan, Layla memeluk dengan erat sembari bergumam. "Papaah, Layla merindukan papah..."

Sedangkan Birva hampir di buat melongo dengan adegan di depannya saat ini, jika Layla adalah anak Zevan. Jadi wanita yang berada di depannya ini adalah mantan istri Zevan benar?

'wait- wait, apaan nih? Umur Layla sekarang antara 15/16 karena ini masih di pertengahan cerita novel jadi ni orang masih kelas 10. Setauku di novel, Zevan umurnya sekarang antara 37/38 tahun. Dia nikah muda berarti? Pantes masih fresh, padahal anaknya udah dua... Duh kenapa gua pikirin sih, bikin pusing.' - Birva.

Berbeda dengan Birva yang hanya diam, Zevan segera mendorong jauh Layla dengan pelan. "Apa yang kalian lakukan di sini?"

"Zevan, Biar aku jelaskan-"

"Cukup Elisa, kau bukanya sudah menikah dengan lelaki yang sudah memuaskan mu waktu itu. Untuk apa kau menjelaskan lagi? Kita sudah tidak punya hubungan." Jelas Zevan dengan nada kasar pada mantan istrinya itu, Elisa.

"Tapi papah-"

"Dan kau, sepertinya kau tidak mengetahui satu hal. Kau bukan anak dari keturunan ku, jangan memanggilku papah. Hanya Tara yang boleh, karena dia yang benar-benar keturunan ku."

Zevan berkata sembari menatap Layla dengan tidak suka, "Birva, aku akan menunggu di rumah mu." Merasa muak dengan kedua hama di depannya Zevan berjalan keluar dari area sekolah. Untung saja tidak banyak siswa di sana, jadi tidak ada yang mendengar percakapan tadi. Karena kalau ada yang mendengar pasti akan menjadi gosip baru, dan pastinya Birva akan kena imbasnya juga.

Mendengar itu Birva tanpa pikir panjang menjalankan motornya keluar melewati gerbang, dia tidak perduli dengan tatapan tak suka dari Layla karena ucapan Zevan barusan.

.
.
.
.
.


Sampai di Rumah Birva, Birva untuk beberapa saat hanya diam. Sama dengan Zevan yang memilih untuk sibuk dengan ponselnya, sepertinya dia jadi terbebani karena pertemuan barusan yang membuatnya tidak ada niatan mengajak Birva berbicara.

Merasa sedikit muak, Birva mengambil langkah berani. Sebenarnya dia tidak suka ikut campur urusan pribadi seseorang, tapi karena Birva sudah mengetahui sedikit masa lalu Zevan. Dia harus benar-benar tau kebenarannya, daripada membuat kesalah pahaman di kemudian hari.

"Om Ze... Apa maksudnya Layla bukan keturunan Om?"

Zevan menatap Birva, untuk beberapa saat dia tidak menjawab. Sepertinya dia bingung harus menjawab seperti apa, "soal itu.."

"Maaf jika aku tidak menjelaskan dengan rinci, sebenarnya saat aku melakukan hal itu dengan Elisa pertama kali. Aku menggunakan pengaman."

Birva sedikit terkejut, dia kembali bertanya. "Lalu, bagaimana mantan istri mu bisa hamil?"

"Dia melakukannya dengan pria yang sama, aku tau karena dia sudah sering melakukan hal itu dengan pria yang pernah berhubungan badan dengan Elisa."

"Dan alasan aku tidak menceraikannya saat aku mengetahui hal itu, karena dia telah mengandung. Kalau aku menceraikannya, keluarganya dan Ayahku tidak akan setuju. Karena saat itu aku juga tidak ada waktu untuk mencari bukti perselingkuhannya, pekerjaan ku lebih penting waktu itu."

"Jadi... Kalau tidak ada bukti, Om Ze tidak bisa bercerai dengannya?" Pertanyaan Birva di angguki Zevan.

"Saat Tara lahir... Aku jadi bisa meluangkan waktu ku dan mengumpulkan bukti untuk bercerai, karena aku tau Tara lahir juga karena ke lalaianku."

Birva mengangguk mengerti, 'suram juga kisah Zevan.. lagian Kakek gua kenapa nyelesain masalah dengan pake acara ngejodohin sih? Kan Zevan jadi banyak beban, tapi ngomong-ngomong Ayah gua juga gitu ga ya?'

.
.
.
.
.

Di rumah Layla.

"Mah! Apa hubungan Birva dengan Papah? Kenapa mereka kelihatan dekat?" Ujar Layla dengan nada kesal, sementara Elisa menghela nafas geram dengan celotehan anaknya yang sejak tadi membahas mantan suaminya, Zevan.

"Diam lah Layla! Kamu hanya membuat beban pikiran mamah bertambah saja, kamu kira Mamah tidak memikirkannya juga?"

"Ish, tapi Mahh Layla ga mau Papah Layla di ambil Birva!"

Elisa terdiam, dia sepertinya tengah memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan Birva.

"Layla, kemari."

Mendengar itu Layla mendekat, dia mendengarkan penjelasan mamahnya. Dan terlihat jelas kedua anak dan ibu itu tengah membicarakan langkah-langkah untuk menghilangkan Birva dari hadapan Zevan, tetapi mereka tidak mengetahui satu hal yang harusnya penting untuk mereka ketahui. Kalau Birva termasuk dalam keluarga Zevan.

Itu salahnya terlalu sering bermain pria, sampai tidak tau orang-orang terdekat suami sendiri. (Wkwkw)

˚ ༘♡ ⋆。˚ 🍂ꕥ


Birva Harem's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang