GEWEES JEHIAN

279 21 18
                                    

Sore hari barulah Seno bersamaan dengan Raka datang ke rumah sakit. Kini tinggal mereka berempat yang berada diruang itu, teman teman Jehian sudah pamit pulang sejak siang tadi.

"Kok bisa gini si, Je?" tanya Seno dengan raut khawatir.

"Yah mana gue tau, bang"

"Lain kali jangan maksain diri kamu, gini kan jadinya. Orang tua kamu udah abang infoin, mereka udah otw kesini"

"Yah kok dikasih tau si"

"Lah masa lo dirawat gini mereka nggak dikasih tau" cibir Raka.

Jehian menghela nafasnya. "Mampus gue ntar bakal diceramahin lagi" ucapnya yang membuat ketiga pemuda ditempat itu terkekeh.

"Je, rasanya pingsan gimana si?" tanya Raka dengan watados.

"Pertanyaan lo nggak mutu banget sumpah" cibir Yohan.

"Gue penasaran, seumur hidup gue belum pernah ngerasain pingsan"

"Sini pala lo gue timpuk pake sepatu biar lo pingsan" ucap Yohan sambil berusaha melepas sepatunya. Sementara itu Raka suda berlari untuk menghindari Yohan.

"Heh rumah sakit ini, jangan ribut disini" ujar Seno berusaha melerai keduanya.

"Biasa bang, nggak gelud nggak komplit hidup mereka"

Tok tok tok!

Ceklek!

Seketika pandangan mereka tertuju ke arah pintu dan terlihat lah sosok yang mengetuk pintu itu yang ternyata adalah pak Jamal sekeluarga.

"Loh udah rame toh" ucap pak Jamal.

"Alo bang Jehi" sapa Rio yang ternyata ikut juga bersama Setya.

Dengan cepat bu Widya mendekati kasur yang ditempati Jehian.

"Gimana keadaan kamu, nak?" tanya bu Widya dengan raut khawatir.

"Masih sedikit sakit, bu"

"Bang Jehi, ini ada buah buahan buat abang" ucap Setya sambil menyodorkan sebuah keranjang yang berisi buah buahan.

Bu Widya mengambil alih keranjang itu dan menaruhnya di nakas dekat tempat tidur Jehian. "Jangan lupa dimakan yah"

Jehian mengangguk pelan sambil tersenyum. "Makasih banyak, pak, buk"

"Ini buat kalian bapak beliin martabak" ucap pak Jamal menyodorkan sebuah kresek yang diterima oleh Seno.

"Makasih banyak, pak"

"Makan sekarang mumpung masih anget"

Seno, Raka, Yohan, Sheryl, Rio, dan Setya mulai menyantap martabak pemberian pak Jamal sambil lesehan di lantai yang sudah dialasi karpet.

"Untung belinya agak banyakan tadi" batin pak Jamal memperhatikan mereka.

"Orang tua kamu udah tau?" tanya bu Widya sambil mengupas jeruk untuk Jehian.

Jehian menganggukkan kepalanya "Kata bang Seno udah otw kesini. Paling besok pagi nyampe"

Bu Widya mengangguk pelan sambil menyuapi jeruk ke mulut Jehian.

Setelah makan Setya berlari ke arah tempat tidur Jehian. "Bang, rasanya diinfus gimana?"

"Wih sakit banget, cil. Rasanya tuh kayak digigit harimau, mau mati deh rasanya" malah Raka yang menjawab.

Setya bergidik ngeri. "Masa si?"

"Jangan percaya sama Raka, omongannya nggak bener semua" ujar Yohan.

KOMPLEK NEO HARAPAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang