1. Kak Erick

2.8K 53 1
                                    

Sudah 2 minggu sejak kepergian orangtua mereka, hanya ada Erick juga adiknya saja yang ada di rumah yang bisa di sebut sama seperti villa itu.

Erick hanya bolak-balik dari rumah ke perkebunan untuk mengurus segala keperluan yang dibutuhkan, baik lahan maupun SDM, agar hasil yang didapat bisa mendatangkan keuntungan maksimal.

Ia juga harus menghapuskan keinginan untuk bekerja di perusahaan yang ia impikan di kota.

Hal ini sekaligus menjadi pukulan berat juga untuk Nao, yang merasa karenanya lah orangtuanya bisa meninggal dan kakaknya harus memikul tanggung jawab yang berat.

Andai saja ia tak mengajak orangtuanya bicara saat sedang berkendara, mobil yang mereka kendaraan tidak akan bertabrakan dengan truk angkutan alat berat.

Awalnya Nao memang sering menangis saat mengingat kedua orang tuanya mengorbankan nyawa untuknya.

Namun kata-kata dingin Erick menahan perasaannya untuk berkeluh kesah dan menahan semua beban traumanya sendirian.

"Untuk apa kau menangisi kejadian yang telah lewat, toh tangisan mu juga tak akan membuat mereka kembali kan..."

Suara yang berat dan wajah yang dingin itu membuat Nao mati rasa.

Yang terlihat dimatanya hanyalah kebencian kakak laki-laki yang ditujukan kepadanya.

Nao ingin ikut dengan Erick dalam mengurus perkebunan milik orangtuanya, namun Erick melarangnya dengan keras.

"Mentalmu belum stabil dan pelajar SMA sepertimu tau apa soal pekerjaan ini. Kau bahkan masih sering menangis di tengah malam sampai membuat mata panda seperti itu, pikirmu aku tidak tahu.

Jika kau ingin melakukan hal yang bermanfaat, lakukan saja dirumah. Atau belajarlah dengan tekun..."

To the point, ketus dan tidak berperasaan begitulah kak Erick yang dikenal Nao selama ini dan tetap seperti itu.

Ketika Erick ingin mencari pembantu rumah tangga, Nao bersikeras melarangnya.

"Jangan kak, biar aku saja yang mengerjakan pekerjaan rumah, selama ini kan juga semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh aku dan ibu...

Rasanya kalau menyewa pembantu agak bagaimana..." Ucap Nao dengan nada lembut.

"Memang orang lemah sepertimu sanggup mengerjakan pekerjaan rumah yang sudah sama seperti villa ini, bisa-bisa kau ikut mati juga nanti..." jawab Erick enteng.

"Aku bisa mengerjakannya, bahkan aku akan membuat masakan untuk kakak juga jika perlu! Jadi kakak tidak harus membeli makanan dari luar, aku akan berusaha! Aku pasti bisa!" Bantah Nao.

Melihat kesungguhan adiknya itu, Erick tak bisa berbuat apapun, selain menerimanya.

"Terserah saja, mungkin itu hanya tahan beberapa minggu..." Jawabnya yang lagi-lagi bernada enteng.

Masakan yang dibuat Nao lebih kurang memang seperti layaknya masakan mamah mereka saat pertama kali dicoba Erick.

"Bagaimana rasanya kak?!" Ucap Nao penasaran bahkan ia masih memakai apron nya saat dimeja makan.

"Biasa saja, setidaknya itu bisa dimakan..." jawab Erick singkat.

Bukan jawaban yang Nao harapkan dengan perkataan "enak, kau pandai memasak" karena melihat kakak nya yang dingin itu.

Namun setidaknya hatinya senang.

"Syukurlah..." jawab Nao.

"Kenapa kau malah tertawa, Bodoh~" ucap kakaknya sambil menjitak kepalanya.

Tetapi kejadian selanjutnya membuat Nao malu dan sedih, karena ia kecapean membersihkan halaman depan yang sudah seperti lapangan golf itu, ia ketiduran di kamarnya.

Erick malas keluar untuk membeli sesuatu untuk dimakan lalu ia menelepon seseorang,

Karina, nama orang yang tak asing ditelinga Nao sejak pertama kali kakaknya dulu menginjakkan kakinya di SMA. Ia membawa seorang gadis bernama Karina Nelson.

.
.
.
Bersambung

Ambil pick dari pinterest, jadi penggambaran Erick si dingin blak-blakan dan toxic itu begini ygyMakasih dah mampir😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ambil pick dari pinterest, jadi penggambaran Erick si dingin blak-blakan dan toxic itu begini ygy
Makasih dah mampir😘

Brother's PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang