7. Bad habbit (Revisi)

1.2K 31 2
                                    

Ketika sampai di tempat parkir.

"Lepaskan bajumu dan pakai saja jaket yang kuberikan. Sementara kau berganti baju aku akan menunggumu di luar." Erick dengan tegas memerintah adiknya.

Melihat kakaknya yang marah besar Nao pun hanya menurut.

Sesaat kemudian ia memakai jaket kakaknya dan memegang baju itu.

Tapi sebelum mereka pergi Frey dan Reza berlari kecil datang ke arah mereka.

Reza tidak melawan beberapa saat yang lalu karena takut akan terjadi keributan. Dan membuat Nao malu nantinya.

"Kak Erick, ada apa?! Kenapa kau membawa Nao pulang?!" Tanya Frey. Sementara Nao hanya berada di mobil karena malu juga sedih melihat tingkah laku kakaknya itu.

"Apa kau bodoh?! Kau masih bisa bertanya kenapa aku membawa adikku pulang?!" Jawab Erick ketus.

Frey tak berani menjawab, ia tahu hal yang ia lakukan juga salah.

"Tapi bukankah tingkahlaku mu sudah keterlaluan, kau bahkan menyeret adikmu didepan banyak orang." Ucap Reza kesal.

"Memang kenapa kalau aku menyeret adikku?! Dari pada dia disentuh bedebah mesum sepertimu." Ketus Erick.

"Apa kau bilang, aku hanya mengkhawatirkan nya. Kau terlalu berlebihan sebagai seorang kakak." Bantah Reza.

"CUKUP!!!( Nao keluar dari mobil) tidak perlu berlebihan dalam menyalahkan teman-temanku, aku sendiri yang memaksa ingin ikut (belanya). Karena ini sudah selesai dan kau juga sudah datang, mari kita pulang kak..." Nao.

Erick melihat tangan adiknya masih memegang baju yang Nao pakai tadi, ia pun merebutnya dengan paksa.

"Pakaian siapa yang kau pakai?!" Enteng dan mencemooh.

"Aku yang meminjamkan pakaian untuknya, memang kenapa?!" Jawab Frey.

Pakaian itupun dilemparkan dan jatuh tepat dihadapan Frey. Seperti tidak berharga.

"Hah, bisakah kau lebih sopan santun sedikit dalam mengembalikannya kak..."  Frey sedikit kesal.

"Beruntung aku tak merobeknya dan memberikannya padamu. Beraninya kau memberikan bahan setengah jadi dan menempelkannya di tubuh adikku."  Jawab Erick enteng.

"Kau sudah sangat keterlaluan terhadap perempuan, sialan!" Reza tak bisa membandung amarahnya lagi.

Saat ia ingin melayangkan tinjunya, Frey langsung menahan tubuh Reza. 

Erick yang merasa tergantung dengan kata-kata itu, biasa saja seakan dia sudah siap kalau harus beradu tinju.

Namun tak sangkanya. Nao langsung maju kedepan merentangkan satu tangannya. Isyarat untuk mengakhiri itu.

Nao lalu menggelengkan kepalanya pada 2 orang temannya yang sedang berada di depannya saat ini.

Dua temannya merasa sedih, Nao memungut lagi baju yang ditemparkan kakaknya.

"Ini Frey,  kukembalikan..  terimakasih tadi itu sangat menyenangkan. Dan maaf..." ucapan Nao membuat Frey tak bisa berkata-kata. Ia hanya menggangguk dan menepuk pundak Nao.

"Heh, indahnya persahabatan kalian..." Erick mencemooh dengan tersenyum menyeringai dan masuk ke mobilnya.

Nao mengikuti dan berpamitan dengan dua temannya. Melalui gerak tubuh yang membungkukkan badannya.

Ia melihat wajah Reza melalui jendela mobil dan tersenyum sedih. Sayangnya kakaknya melihat bagaimana ekspresi adiknya dan segera menutup kaca jendela mobil itu.

"Cih, bedebah sialan." Batin Erick sambil melayangkan wajah kesal.

Mereka langsung pergi setelah Erick menyalakan mobilnya.

Sepanjang perjalanan Nao tidak mengucapkan sepatah katapun ia juga memiringkan tubuhnya ke arah kaca jendela luar mobil itu tanpa melihat kakaknya.

Ia merasa kecewa dengan kelakuan kakaknya itu.

Melihat prilaku adiknya yang kecewa pada sikap keterlaluannya. Erick tiba-tiba memutar arah ke jalan lain.

"Kak kita mau kemana?!"Tanya Nao keheranan.

Erick hanya diam dan fokus menyetir mobilnya, hingga sampai pada suatu tempat yang Nao juga belum pernah melihatnya.
.
.
.
.
.
Bersambung

Brother's PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang