Ok guys!
Karna ada readers kita yang bilang si Erick bikin ramuan. Bener ! Tapi ramuan nya berasal dari tubuh sendiri, selamat menikmati😛🌚🔞💦
Bocil harap nyingkir, dosa tanggung sendiri!
(Dahlah banyak bacot kali penulis)
.
.
.
.
.
Shower itu membasahi tubuh jangkung Erick yang besar dan bidang, dengan otot-otot keras yang menyelimuti bagian tubuhnya.Membasahi kepalanya agar pikirannya bisa jernih dan tenang, namun tidak dengan sesuatu yang berada di bawah perutnya.
Seakan berkabar
Hei bro! I'am turn on♂️↗️🖐😃 kata junior kecilnya itu kalau ia bisa bicara.
Sial... apakah kau mau mempermalukan dirimu, di depan adikmu sendiri?!.
Batinnya.
Berulang kali ia melepaskan hasrat gairah seksualitas dengan cara solo player 🍆🖐 but its not enaugh.
Berfikir bagaimana ia pernah menikmati waktu bersama beberapa wanita di SMA maupun saat kuliah.
Semua nihil.
Oh, Come on dude!
Sh*t...
Membuatnya seketika jengkel memandangi barangnya yang berurat itu seperti tetap berdiri gagah menantangnya.
Bahkan tanpa mengeluarkan sauce sem*n setetes pun💧
What happen is't
Tangannya mengepal meninju dinding kamar mandi itu.
Tak mungkin kan aku harus memanggil wanita acak pada saat seperti ini.
But,
Sekelebatan wajah adiknya muncul dalam benaknya.
Bagaimana adiknya yang tampak kikuk dan malu-malu, jatuh ke pelukannya saat bermain air di pantai.
Wajah riang adiknya yang tertawa saat di foto.
Sampai pada titik di mana ia melihat tubuh adiknya yang transparan itu karena bajunya basah akibat hujan.
Mengingat dia berdiri di depan pintu kamar mandi beberapa saat lalu, menatap tajam cukup lama ketika adiknyasedang mandi.
Ia merasa ingin membuka paksa pintu itu dan melakukan hal tak wajar pada adiknya.
Seandainya pikiran dan hati nuraninya tidak bekerja sangat keras untuk menahannya.
Bahkan ketika adiknya keluar mengenakan kaos putih lengan pendek yang kebesaran dan menampakkan tengkuk leher dan tulang selangkanya.
Lolos membuat ia ingin melahap dalam dahaganya.
Dari dulu memang Erick tak pernah menganggap Naomi itu adiknya, meskipun ia berulang kali menghentikan dirinya.
Ada perasaan berbeda tiap kali ia melihat Naomi dari kecil sampai dewasa. Bahkan tiap-tiap kali ibu kandungnya itu mencoba menghentikan dengan ucapan dan tindakan yang lembut agar tak menyinggung hatinya.
Ia membayangkan bagaimana seandainya Naomi berada di kamar mandi bersamanya saat ini.
Dari tubuh belakangnya, memampakkan tubuh mungilnya yang ramping dan melepas tali bra itu secara perlahan dari belakang, lalu menoleh ke arah Erick dengan tatapan sendu antara malu-malu dan takut yang biasa ia tunjukkan pada kakaknya.
Kakak...
Kata lembut yang di bayangkan Erick bagaimana adiknya memanggilnya.
Membuat cairan kental bening itu menciprat berhamburan ke lantai.
"Hu...." menghela nafas panjang.
Shit... iam crazy....
Batinnya.
Ia keluar dari kamar mandi, mengatur nafas dan prilaku nya agar adiknya itu tak merasa risih.
Tapi adiknya malah tertidur menyamping.
Erick menyelimuti Naomi dengan selimut yang disediakan.
Ketiduran kah... bahkan sampai lupa memakai selimut...
Batinnya.
Ia mengecup lembut bibir mungil adiknya, tangannya mengepal saat sesuatu yang ia tutupi dengan handuk itu turn on lagi.
Ia menelpon resepsionis untuk membawakan 2 botol bir.
Selagi adiknya tertidur ia ingin membuat dirinya mengantuk karena mabuk.
Setelah bir itu datang ia pergi ke balkon, meminum bir itu sendirian sambil menyelinginya dengan merokok.
Ia tak mau adiknya tau apa yang dilakukan kakaknya dan tak ingin adiknya batuk karena asap rokok makanya sebisa mungkin ia menjauh.
Menyibukkan pikirannya dengan pekerjaan yang ingin di kerjakan besok, mengingat kembali masa kecil sampai ia kuliah.
Sesekali ia menghirup nafas panjang.
Saat 1 botol sudah habis di tenggak olehnya dan hanya tersisa seperempat air dalam botol satunya.
Ia merasa badannya menghangat dan pikirannya sedikit pusing dan ngantuk.
Ia bersiap ingin menenggak bir yang ada di gelas kecik itu.
Tapi tangan adiknya menghentikan gerakannya.
"Kak, sudah cukup... kakak mabuk, besok kakak kerja kan.. ini tak baik untuk kesehatan kakak" Naomi khawatir.
"Oh, Naomi ~ kau sudah bangun... tidurlah lagi... apa kau lapar? Apa perlu ku pesankan makan untuk di bawa ke kamar juga?!"
"Tidak kaka, aku tidak lapar... ini sudah jam 22.45 sudah larut. Ayo masuk ke kamar..."
"Aku akan tidur di sini Naomi, kau tau kan kakakmu ini orang yang jarang kedinginan. Lagipula aku sudah membawa selimut..."
"Walaupun begitu tetap saja kakak akan masuk angin di cuaca seperti ini, ayo masuk!" Menggeret lengan kakaknya.
"Bukankah kau merasa risih dengan ku, aku bau alkohol jadi kau saja yang tidur di tempat tidur itu..."
"Kalau kakak tidak mau, aku akan tidur di sini juga dengan kakak!" Kesal.
"Haha, dari dulu kau memang gigih..."
Erick menuruti adiknya sambil di papah karena ia mulai mabuk dan sempoyongan.
Naomi mendudukkannya di kasur dan mengecek suhu tubuh di dahi kakaknya.
"Badan kakak panas... apa perlu ku carikan obat ke luar?!"
Erick menatap tajam ke arahnya.
"Tidak perlu, aku baik-baik saja..." Jawabnya singkat.
"Baiklah, kita bisa tidur bersebelahan kalau begitu... " Naomi tersenyum lembut.
Tiba tiba ketika ia ingin melangkahkan kaki berjalan untuk tidur di sebelah kakaknya yang masih terduduk itu.
Erick memegang tangannya.
"Nao... tidak bisakah kau melakukan kissing denganku..."
Erick berkata dengan lembut. Matanya sendu, ia pasrah dan penuh harap.
Sampai-sampai Naomi merasa salah mendengarnya...
.
.
.
Bersambung.Tinggalkan jejak-kaki (komen) ntar kalau ada yang komen baru gw lanjutan.
Ngemis dan maksa🤡
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother's Prison
General FictionSejak kecelakaan keluarga Smith, Naomi Smith terpaksa harus kehilangan orangtuanya. Sekaligus menjadi pewaris tunggal sebagai tuan tanah dari perkebunan tanaman pangan seluas 50 hektare di pedesaan. Sayangnya karena umur yang masih 18 tahun, hak as...