Setelah melewati perkebunan gandum di ujung perbatasan yang mengarah ke hutan menuju pegunungan.
Erick menghentikan mobilnya, di bawah pohon rindang di pinggir penghabisan jalan aspal yang dibangunnya dulu bersama ayahnya.
Ada sepetak tanah yang dari kejauhan kelihatan kosong.
Erick keluar dengan membuka kencing baju atasnya. Ia cukup gerah dengan kejadian tadi. Dan membuatnya cukup jengkel
"Keluar...." Ucapnya dingin.
Nao pasrah, berfikir yang tidak-tidak tentang kakaknya, hal yang mengerikan apa yang akan dilakukan kakaknya nanti jika ia turun.
Hatinya menolak turun tapi tubuhnya berkata lain.
"Apa kau ingin kutinggalkan disini sendiri... ah~ manatau kau ingin ditemani pria yang tiba-tiba datang kemari dan memperkosamu. Dari pada berlindung pada kakakmu ini. Kau kan juga sudah dewasa (ejek erick)" lalu meninggalkannya.
Nao keluar dari mobil. Mengikuti jalan setapak yang ditempuh kakaknya.
Ia takut, kalau kakaknya berbuat hal buruk. Namun ia lebih takut orang yang menjadi satu-satunya keluarganya itu mendapatkan bahaya dari binatang buas atau hal lain misalnya.
Lalu kakaknya berhenti tiba-tiba. Menyipitkan matanya dari kejauhan.
"Sepertinya pria tua itu sudah tidur... hanya Lampunya saja yang menyala dari teras depan rumahnya..."
Ucapnya sambil melihat rumah paman yang merawat perkebunan itu.
Naomi juga melihat rumah itu. Mungkin karena suasana malam tampak terang karena purnama. Jadi berada di tempat seperti itu tidak menakutkan.
Ia melihat wajah kakaknya yang terpancar karena cahaya bulan itu, di tutupi beberapa bayangan dedaunan pohon yang membayang dari atas.
Tentu saja Naomi tau, kakaknya sudah tampan sejak awal. Jika seseorang akan mati di sini dibunuh kakaknya sendiri dengan wajah tampan dan tubuh yang besar dan jangkung, tidak ada kata tidak iklas bukan. Jika malaikat maut nya seperti ini.
Begitulah pikiran negatif Nao.
Ia membuang muka ke arah lain, karena tidak ingin memperjelas sirat wajah kagum pada kakaknya sendiri.
Tapi ia mencium aroma manis seperti cokelat. Ia agak terkejut.
"Nao... mendekatlah sedikit kemari..." Erick berkata santai sambil menyodorkan tangannya untuk diraih.
Muka Nao penuh kewaspadaan. Namun ia tetap tak bisa menolak untuk meraih tangan kakaknya.
"Aku tau apa yang kau pikirkan tentang ku. Aku tidak cukup gila untuk membunuh adikku sendiri..." tawa Erick mengembang. Membuat Nao kesal, namun juga lega.
Ada tanaman Casablanca Lilly di sana. Berwarna putih dengan enam kelopak pada masing-masing bunganya.
Tumbuh mekar dan terlihat sangat indah di malam hari, apalagi sepetak kebun itu terlihat terawat sekali.
"Apa, bagaimana bisa?!" Naomi berdecak kagum.
Erick menjelaskan sambil duduk di hamparan rerumputan teki itu dengan santai.
"Indah bukan. Dari mana lagi kau bisa melihat pemandangan indah di bawah bulan purnama sambil mellihat lilly bermekaran....
Di ujung perkebunan juga kau bisa melihat hutan dan gunung yang ada di belakangnya..." Erick.
Nao hanya menggangguk dan ikut duduk melihat perkebunan taman bunga lilly bersama kakaknya.
"Aku juga sering kemari, saat pikiranku sedang kacau.
Perkebunan ini sengaja di buat papa untuk mama. Karena mamah memang suka bunga Lilly. Jadi mereka sering kemari saat santai.
Tapi aku juga tak habis pikir mereka tidak pernah memperlihatkannya padamu... " Erick tertawa sinis.
"Mungkin bukan tidak mau, tapi belum saja..." Nao sedih mendengar perkataan itu dari kakaknya.
Erick terdiam sejenak. Ia ingat ayahnya pernah bilang.
"Papah juga bilang kalau aku mendapatkan seorang kekasih yang benar-benar ku cintai, aku boleh mengajak nya kemari...." Erick melihat serius ke arah adiknya. Dua matanya tajam menatap kearah wajah adiknya yang masih memandangi padang bunga lilly itu.
Erick juga teringat dengan kata papahnya. Adiknya sangat fokus belajar ingin mengikuti jejak kakaknya, sehingga saat orang tuanya mengajak ia keluar sering kali ia tolak jika itu mengganggu dengan tugas sekolahnya dan juga ia jarang bermain dengan teman sebayanya.
Sejak kepergiannya memang adiknya lebih introvert lagi dari biasanya. Ia tahu itu semua ketika melihat perubahan adiknya tiap-tiap ia pulang libur kuliah.
"Makanya, kalau pria tua ini tidak sempat mengajak putri tercintanya kemari. Aku harap kakak tersayangnya bisa menyempatkan waktu membawa adik tercintanya" ucap papah dulu sambil memegang kepala Erick.
.
.
.
Kembali ke suasana saat ini."Oh, baguslah...berarti kakak juga sudah membawa kak Rina kemari kan..."Ucap Nao tersenyum pahit dengan hal yang pasti sesuai dugaannya.
"Hahah, kata-kata mu lucu juga .. " Jawabnya.
"Bagaimana bisa perkataan ku itu kakak bilang lucu." Nao kesal dengan ejekan kakaknya yang menampakkan senyum sinis itu.
"Bagaimana aku bisa mengajak orang luar kemari.
(Seketika angin berhembus kencang ke arah mereka, membuat beberapa helai rambut Nao yang tak terikat itu menutupi wajahnya.
Erick menyeka rambut Nao yang berantakan dengan lembut. Nao cukup kaget dengan sentuhan kakak yang tak biasa itu.)
Kau adalah orang pertama yang ku ajak kemari...." Ucap Erick.
.
.
.
.
.
Bersambung.Makasih ya buat semua readers yang udah baca cerita receh gw. Udah vote, tapi gw rada egois nih...😅 boleh kaga sih gw minta komentar kalian apa gitu, karena dah berjalan sekian bab ga ada yang komen jadi gw bingung. Mana tau kan dari komentar kalian, bisa jadi ide buat bab selanjutnya. Yah kalau g keberatan sih👊.
![](https://img.wattpad.com/cover/366695074-288-k573923.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother's Prison
General FictionSejak kecelakaan keluarga Smith, Naomi Smith terpaksa harus kehilangan orangtuanya. Sekaligus menjadi pewaris tunggal sebagai tuan tanah dari perkebunan tanaman pangan seluas 50 hektare di pedesaan. Sayangnya karena umur yang masih 18 tahun, hak as...