11. Date Simulation (II)

1.9K 44 0
                                    

Naomi melihat banyak pasangan berlalu lalang datang dan pergi.

Banyak yang mengabadikan momennya untuk berfoto, bermain olahraga pantai dan menikmati makanan yang di sajikan.

Melihat bagaimana mesranya pasangan yang Naomi lihat, ia jadi malu sendiri.

Tapi memang benar di samping itu semua, pantai yang ia datangi begitu indah.

Bahkan lebih indah dari pantai yang biasa ia kunjungi dengan orang tuanya.

Mereka melihat-lihat souvenir yang ada di pantai,

"Gantungan kunci dan gelang nya terbuat dari tumbuhan dan hewan laut. Indah sekali..." Naomi terpesona.

"Kau mau?!" Erick.

"Tidak... mmm mungkin aku akan membelinya lain kali, aku tidak terlalu menginginkannya..." jawab Naomi singkat.

Ia berfikir akan aneh jika kakaknya membelikannya. Apalagi kalau sampai Rina tahu.

Naomi tak ingin Rina berfikir negatif padanya. Ia hanya melihat-lihat sekeliling nya.

Melihat penjual eskrim yang sibuk melayani pasangan yang datang untuk membeli.

Tanpa sadar ia melihat kakaknya sudah ke arah sana untuk mengantri.

"Rasa Vanilla kan...?!" Erick memastikan.

Naomi hanya mengangguk, ia sedikit senang karena kakaknya tahu rasa eskrim kesukaannya.

Antrean itu agak jauh. Dikeribungi banyak orang.

Butuh waktu beberapa menit untuk mendapatkan eskrim. Tanpa sadar ada seorang pria yang memanggil Nao.

"Nona apa kau sendirian, mau bermain bersama kita-kita" ia sambil menunjuk dengan jempol ke arah belakang.

Di belakang ada 2 orang lagi yang menemani pria itu.

"Tidak, aku sedang bersama seseorang..."

Naomi berjalan mundur dari tempat dia berdiri.

"Jangan jual mahal, kau berdandan cantik dan bertingkah imut untuk menggoda para pria kan~" sambil menggoda ingin meraih tangan Naomi dengan tangannya.

Naomi merasa risih dan makin berjalan ke belakang.

"Tidak kau salah paham!" Tegasnya.

Ketika tangan itu hampir di dapatkan oleh pria tak dikenal.

Tiba-tiba tangan besar itu memegang bahu pria itu dengan penekanan intens.

"Aw, sakit" rintihnya. Lalu menoleh ke belakang.

Muka menyeramkan Erick membuat 3 pria itu bergidik takut.

"Aku baru meninggalkanmu sebentar mengapa kau tidak berteriak memanggilku saat kau di ganggu oleh orang-orang seperti ini?!"Ucap Erick kesal.

"Maaf..."ucap Nao sambil menunduk ia takut sekaligus lega kakaknya datang.

"Hei bung. Jangan kasar padanya. Kalau kau tak meninggalkan gadismu sendiri. Kami tidak mungkin menggoda seperti ini..." ucap salah satu pria itu.

"Enyahkah,

Aku tidak ingin mendengar bualan anjing, apa kalian tidak mengerti bahasa manusia. Ketika adikku sudah bilang dia bersama seseorang?

Bahkan aku yang berada di belakang kalian saja bisa mendengar rintihanya..."

Erick melihat mereka dengan tatapan intens seakan siap bertarung.

"Sudah hentikan saja ayo pergi..." ucap yang lain berbisik takut.

Setelah mereka pergi.

Erick memegang tangan adiknya itu dengan raut wajah khawatir.

"Kau tak apa?!"

"Oh, iya aku tak apa kak. Thanks sudah datang tepat waktu..."

"Syukurlah, ini punya mu..." sambil memberikan eskrim rasa vanilla itu.

Naomi mengambilnya dan mengucapkan terimakasih lagi.

"Punya kakak pasti rasa keju..."

Kakaknya melirik ke arah adik yang hanya setinggi dadanya itu.

"Hm, benar... kau masih ingat juga apa yang kusukai..."

"Hehe" Naomi merasa sedikit di puji.

Mereka berjalan sambil menikmati eskrim itu.

Melihat adiknya yang asik menjilat eskrim itu. Erick jadi penasaran dengan rasanya.

"Apakah itu enak?!"

"Enak, apa kakak mau?!" Tanya Nao.

"Sure". Erick

Nao memberikan eskrim itu pada kakaknya.

Eskrim itu mencair dan meleleh mengenai punggung tangan Naomi.

Erick langsung menjilatnya.

Melihat prilaku kakaknya yang aneh dan tak biasa itu membuat Naomi terpaku seketika.

Apalagi tatapan Erick yang intens ke arahnya.

"Ini terlalu manis untukku.. "

Ucapan lembut yang sedikit berbisik itu mampu membuat reaksi adiknya kaku dan malu.

Karena dari telinga sampai raut wajahnya memerah.

Menunduk tanpa kata.

Manis... (batin Erick ) sambil tersenyum jail.

Tak lama Erick melihat kedai seafood yang menyajikan berbagai macam makanan laut dan minuman khasnya.

"Nao, ayo pergi ke sana... kau suka kan..." Erick menunjuk ke arah kedai itu.

Adiknya mengangguk senang, dan mereka pergi ke sana untuk makan.

"Mau pesan apa tuan dan nona?!" Ucap pelayan.

Erick memesan semua kesukaan Naomi, bahkan tanpa harus ada reques darinya, kakaknya hapal semua masakan kesukaannya.

Sampai ia berfikir, apa ini benar-benar kakaknya.

Setelah makan-makan di kedai itu usai.
Erick mengajak adiknya ke pantai untuk melihat matahari tenggelam.

Naomi pun mengangguk senang. Karena ini adalah pertama kalinya ia jalan hanya berdua dengan kakaknya. Dan juga pertama kalinya ia melihat sunset bersama kakaknya itu.

Mereka berjalan di tengah-tengah muda-mudi, bukannya makin sore semakin sepi namun sebaliknya. Makin padat.

Erick memegang tangan adiknya dengan erat.

Meski pergelangan tangan adiknya terasa sedikit sakit karena di pegang terlalu erat.

Naomi tidak berfikir untuk menghentikan kakaknya kemudian menyuruh untuk melepaskannya.

Justru ia senang saat seperti ini dilaluinya dengan sang kakak.

Apakah aku aneh dan masokis, bahkan ketika kakak memegangku seperti ini aku sangat senang. Dan kenapa hatiku harus berdebat seperti ini...

Mungkin aku terlalu letih atau kecapean, tidak mungkin kan aku mempunyai rasa suka pada kakakku sendiri... batinnya.
.
.
.
.
Bersambung.

Catatan: Tolong tinggalkan jejak ya🤸

Brother's PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang