14. Confess

1.1K 31 5
                                    

Area 🔞😚
Bocil harap nyingkir.
Kalau masih bandel dosa tanggung sendiri.
.
.
.
.
.
Nao... tidak bisakah kau melakukan kissing denganku..."

Erick berkata dengan lembut. Matanya sendu, ia pasrah dan penuh harap.

Sampai-sampai Naomi merasa salah mendengarnya...
.
.
.
.
.

"Apa kakak bercanda?!, kakak kan sudah punya pacar..." sedikit kesal

"Dengan Rina?! Aku tak benar-benar menganggap hubungan kami itu serius. Dari awal aku sudah bilang padamu....

Ada berbagai macam hubungan yang dimiliki orang dewasa. Aku dan dia lebih cocok di katakan partner bisnis...

Dia yang memaksakan perasaannya bukan aku...

Kau pikir aku cukup bodoh, mau menikahi wanita yang ambisium menarik perhatiannya dengan menjatuhkan harga diri nya karena aku kaya dan mapan?!

Jangan bercanda Naomi..."

Meskipun kata-kata kakaknya terdengar aneh dan penuh teka-teki tetap saja Naomi merasa tindakan Erick yang memberi harapan ke Rina adalah kesalahan.

"Jika kakak tidak benar-benar menyukainya, jangan memberinya harapan kak. Setiap gadis itu juga punya hati dalam menyukai seseorang. Ia pasti sedih mendengar ucapan kakak." Jelas Nao.

"Seperti kau yang punya hati dengan pemuda saat kencan buta itu ya~" ejek Erick.

"Jika aku punya seseorang yang kusukai aku sudah pasti menolaknya dengan tegas..."

"Lalu siapa orang yang kau sukai, kalau bukan dia... kau bahkan bisa membohongiku yang lebih lama bersamamu dari pada dia. Katakan saja siapa?!" Erick.

"Bukan urusan kakak... kenapa kakak ingin tahu, kakak kan umurnya lebih tua, jadi kenapa kakak tidak duluan saja mengatakan siapa wanita itu, dan mengajaknya menikah... sudah jelas itu Ri-..."

"Kau...(menyela)

Kalau ku bilang itu kau, kau juga pasti tidak percaya... bagaimana kau bisa mempercayai orang yang selama ini bersikap ketus dan dingin padamu kan..." jawab Erick santai.

Tapi tangan Erick yang menggenggam Naomi begitu kuat dan meyakinkan. Naomi juga pernah mendengar orang bisa jujur kalau sedang mabuk.

Mereka diam beberapa saat. Dengan raut muka yang memerah dan panas, itu sudah menjadi bukti cukup untuk mengutarakan perasaan mereka.

Perasaan Naomi terasa meluap-luap, ia ingin mengatakan semua yang ia rasakan pada kakaknya. Tapi ia tak mampu.

Tes tes...

Naomi terisak.

"Kakak... benar-benar seenaknya...

Bagaimana aku bisa jatuh cinta pada orang lain, kalau kakak seperti ini... " isaknya.

Bagaimana tidak beberapa waktu lalu Naomi melihat souvenir gelang yang ia sukai ketika ia jalan-jalan di pantai bersama kakaknya, ia tak berpikir kakaknya akan membelikan gelang itu.

Sampai saat setelah ia bangun malam itu, gelang itu sudah terikat kuat di pergelangan tangan kirinya.

"Hei, aku tidak bermaksud membuat mu sed-" belum sempat bicara,

Bibir mungil Naomi sudah mengecup bibir Erick duluan.

Erick agak kaget, pikirannya masih bingung.

"Kuharap tindakan ku sudah cukup menjawab semuanya, jadi kakak tidak perlu bertanya.."

Naomi langsung menoleh, mengusap air matanya.

Ia ingin pergi dan melepas genggaman kakaknya.

Tapi kakaknya menggenggamnya semakin erat sampai-sampai menariknya.

"Kalau begitu, ayo lakukan dengan serius kali ini..." Erick berkata dengan lembut. Dan senyum moody nya.

Bahkan adiknya yang berdiri dengan mudah diubah posisi menjadi berada di pangkuannya.

Naomi agak kaget dengan reaksi kakaknya.

"Tidak mau!"

"Tidak mau... kau bahkan sudah terlanjur mengaku Naomi... tidak ada yang bisa kau tutupi sekarang..." Erick berkata jail.

"Uh... uh lepas..."

"Tenang lah... kau seperti kucing yang ketakutan... aku bahkan belum mencicipi mu..." Erick menghentikan pergerakan Nao yang menggeliat di pangkuannya.

"Naomi..." Ucapnya lembut.

Naomi menoleh, ada beberapa tetes air di pipinya.

Erick mendekatkan wajahnya.

Menjilat lembut air mata itu, sambil mengecup-ngecup.

"Hehe... cengeng..." Ucapnya santai.

"Every part of you is mine... Naomi..." erick berbisik lembut.

Ia benar-benar bisa membuat tubuh maupun perasaan Naomi menjadi hangat.

Ia menghirup dalam tulang selangka Naomi. Membenamkan dirinya untuk mencium lebih dalam aroma khas wangi sabun adiknya itu.

Lalu perlahan menuju leher Naomi yang jenjang membuat pergerakan gadis itu mati rasa.

Ia mengecup ngecup leher itu berulang kali.

"Uh kak... berhenti...ukh..."

Kecupan itu berubah menjadi kissmark dan sedikit sakit.

"Aku hanya menandai punyaku..." Erick tertawa kecil.

Tak hanya sampai di situ, Erick langsung bergerak cepat menyambar bibir adiknya. Setelah melihat wajah adiknya yang merah merona.

Mencium, melumatnya tanpa jeda. Meskipun itu adalah pertama kalinya untuk Naomi. Ia tak bisa melawan dorongan gairah kakaknya maupun ia sendiri.

Ia hanya pasrah mengikuti setiap gerakan kakaknya.

Menidurkan adiknya ke kasur.

Menghujaminya dengan ciuman intens yang sangat bertubi-tubi.

Bahkan Naomi sampai kesulitan mengatur nafasnya. Setelah melihat adiknya kelelahan ia menggigit gigit telinga adiknya itu.

"Tidak akan kubiarkan siapapun menyentuhmu Naomi...

Hanya aku... aku yang boleh...

You're mine..." Ucapnya.

"Kau tahu berapa lama aku menahan untuk melakukan ini...

Aku sudah menahannya bahkan saat pertama kali aku lulus SMP...

Dan aku bersyukur aku mendapatkan nya sekarang...."

Erick yang awalnya menahan tubuhnya dengan topangan tangan, tak mampu lagi menahannya. Karena tubuhnya mulai lemah karena alkohol dan pikirannya semakin pusing.

Ia akhirnya jatuh di pelukan adik yang ia baringkan itu.

"Kakak?!"

Naomi yang masih bingung dengan apa yang ia alami tentu terkejut melihat kakaknya pingsan.
.
.
.
.
.

.
Bersambung.

Brother's PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang