3. Only figuran

3.5K 59 5
                                    

Rambut yang lurus, bulu mata yang tebal dan lentik, tubuh yang ideal dan bagus, Wajah bulat telur. Pintar.

Hanya satu kata untuk mendeskripsikan Karina "cantik".

Beda seperti diri sendiri itulah yang Nao pikirkan.

"Ya ampun, kenapa tidak dari kemarin sayang. Kan aku bisa memasak di rumahmu bersama Nao setelah pulang kerja~" ucap Rina dengan sedikit mencondongkan tubuhnya ke Erick seraya butuh belaian.

Nao melihat gerak-gerik yang berlebihan dari Rina semenjak orangtua mereka meninggal, Rina agak intens dan sedikit eroris ke arah Erick.

Bahkan ia langsung duduk di sebelah Erick yang tak peduli itu. Padahal dulu ketika datang ia harus bertanya dulu saat ingin melakukan sesuatu.

Melihat hal itu Nao hanya bisa meringis.

"Tumben sekali, ini belum lama kan. Kudengar adik kecil kita ini yang membuat masakan di rumah... ada apa kok tiba-tiba...?!" Timpalnya.

"A... aku ketiduran kak... jadi tidak sempat masak..." jawab Nao pelan, sambil melihat kakaknya, Erick asik melihat bingkisan yang dibawa.

"Kan sudah kubilang, jangan terlalu bekerja berat kita bisa menyewa orang untuk mengerjakannya..." ucap Erick ketus.

Nao tak berani membantah dan hanya menunduk saja.

"Ya ampun... padahal kemarin kakak sudah bilang pada kak Erick ini, untuk menyuruh ibu kakak sebagai asisten rumah tangga agar kalian tak perlu repot...

Tapi kakak laki-laki mu ini bersikeras menolaknya...." ucap Rina sambil menyiapkan piring wadah makanan, benar-benar seperti menantu idaman jika orangtuaku masih hidup.

"Jadi pembantu yang akan kakak sewa adalah ibu kak Rina ya..." batin Nao.

Mereka pun menyantap makanannya,

"Bagaimana rasanya, enak sayang~?!" Tanya Rina.

Sayang, bahkan kata itu tak pernah diucapkan ketika orang tua Nao masih ada.

Terserahlah, toh mereka pacaran kan...batin Nao lagi.

"Hm" jawab Erick mengangguk. Entah kenapa jawaban itu membuat Nao sedih.

Padahal ia sudah susah payah berlatih untuk dipuji kakaknya, seakan ucapan Erick menjadi jawaban tak langsung bahwa makanan Nao yang belum lama ia makan itu adalah sampah...

Nao hanya mengambil sedikit, makanan itu.

Ia mencicipinya dengan cepat.

"Ada apa, kenapa kau hanya makan sedikit tak seperti biasanya.... " tanya Erick.

"Ah... sepertinya aku telat makan kak... jadinya tak bisa diisi banyak-banyak..." jawab Nao dengan senyum singkat.

"Jelaslah kau menyapu pekarangan rumah yang cukup lebar, seperti ini. Akhirnya kau juga yang merasakan, itulah kalau melawan perkataan orangtua...." Ucap Erick dengan alis tebalnya yang naik turun begitu pula dagunya sehingga terlihat jelas ia sedang marah.

"Kenapa bicara begitu dengan adik kecik sih sayang... biasanya seorang gadis itu makannya tidak banyak karena ia sedang memikirkan seseorang...

Nao kan sudah SMA kelas 3 sekarang... mungkin ia punya seseorang yang disukai~" sahut Rina.

Apa itu, menghubungkan makanan dengan keadaan jiwa? Kenapa kak Rina harus bilang seperti itu. Batin Nao.

"Siapa?!!" Tanya Erick dengan nada berat dan menekan. Bahkan ia sampai memukul meja dengan tangan besar dan berurat itu, hingga membuat Nao dan Rina kaget.

"Wa... walaupun ada...tapi aku tak harus bilang siapa orangnya pada kakak kan..." Bantah Nao lesu.

"Apa kau tak tahu di keluarga ini tak ada yang ditutupi kan..." ucap Erick.

"Cukup, kita sedang makan. Dan ada tamu disini... kalau kakak kecewa padaku tidak membuat makan malam aku minta maaf. Tidak perlu mengubah topik yang tak perlu. Aku sudah selesai makan dan akan kembali ke kamarku." Ucap Nao meninggikan suaranya hingga  Erick dan Rina terkejut, sorot mata Nao tak menunjukkan persahabatan untuk mereka.

Ia cepat mencuci piring dan pergi ke kamarnya di lantai 2.

"Nao, sejak kapan kepribadian mu berubah seperti ini!, aku bertanya padamu baik-baik". Erick berteriak dan ingin menyusul namun Rina menghentikannya.

"Maaf aku terlalu ikut campur, kukira hubunganku dan Nao sudah dekat..." ucap Rina sedih. Namun Erick tak menanggapi perkataan itu, ia hanya melihat ke lantai 2 kamar adiknya berada itu.

Aku tahu aku hanya pemeran figuran saat kalian bersama, batin Nao.

Ia menutup dirinya dengan selimut, meredam kesedihannya. Menutup rapat bibirnya yang bergetar,

Aku merindukan papah dan mamah. Batinnya pilu

Beberapa jam setelahnya tepat di jam 21.30.

Erick mengetuk pintu dengan pelan,

"Nao, apa kau tidur?!, jika tidak aku pergi sebentar mengantar Rina. Jangan lupa kunci pintu saat aku tak ada ok.

Ia bahkan lebih memilih pergi dengan pacarnya daripada mengkhawatirkan adiknya. Apa salahnya ia mengajakku, mengantar kak Rina,  oh iya, aku adalah pengganggu dalam hubungan mereka.

Batin Nao lagi.

Ia tak menghiraukan suara mobil kakaknya yang keluar dari garasi itu. Dan pergi.

Kembali sesampainya Erick dirumah, ia mengunjungi kamar adiknya, anehnya pintu itu tak terkunci seperti biasanya. Erick jadi percaya kalau adiknya kecapean mengurus rumah belum lagi dirinya.

Kebiasaannya belum berubah dari kecil hingga sekarang,  ia bahkan menyelimuti seluruh tubuhnya, bagaimana ia bernafas kalau begini, apa dia tidak sesak.. batin Erick sambil berjalan ke tempat tidur adiknya.

Ia membuka selimut dan kagetnya, ia masih melihat beberapa butir air mata yang jatuh melalui pipi adiknya itu.

Bibir Nao yang masih tertutup rapat yang ia gigit dengan giginya, membuat muka Erick mengeras dan mengepalkan tangannya.

"Papah, mamah bolehkah aku ikut?!" Ucap Nao sambil mengigau pelan.

Erick sangat terkejut dengan perkataan itu.

Erick mengelus pipi Nao dengan lembut, ia mengubah posisi tidur Nao terlentang. Dan menurunkan selimut di bawah dada Nao agar tak pengap.

Ia sedikit membuka bibir Nao perlahan, ada bercak kemerahan di sekitar bibir dalam adiknya.

Ia menekan perasaanya lagi dengan cara menggigit Bibirnya. Konyol,

"Nao, ternyata selama ini aku tak menjagamu dengan baik, dan aku juga tak pernah menjadi kakak yang baik..." Ucapnya lembut sambil mengelus rambut adiknya.

Ia memerhatikan wajah adiknya yang kelelahan secara fisik dan mental itu. Dan mendekat ke arah wajah Nao,

Lalu mengecup bibir adiknya.

"Maaf." Ucapnya lagi dengan nada berat dan lembut. Lalu ia pergi.

Bersambung
.
.
.
.

Gini lah ya tokoh utama kia setelah Erick, waktu didandani temen (eh spoiler)  si Naomi Smit adik tiri yang polos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gini lah ya tokoh utama kia setelah Erick, waktu didandani temen (eh spoiler)  si Naomi Smit adik tiri yang polos. 🤣🤣🤣
Bakal di unboxing sama siapa ya🤣🤣🤣

Brother's PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang