"Kau adalah orang pertama yang ku ajak kemari...."
...
.
.
.Ucapan yang seakan menggema dalam pikiran dan meresap ke dalam hati Nao.
Membuat ia diam seribu bahasa.Banyak pertanyaan yang ingin ia layangkan namun pikirannya memberontak untuk mengeluarkan kata-kata yang dikira hanya sia-sia.
Noe menepis tangan kakaknya. Seketika ia bangkit dari tempat duduknya dan pergi.
"Aku kedinginan. Aku akan masuk ke mobil duluan sambil menunggu kakak."
Melihat gelagat Nao dan perilaku Erick padanya yang mendapat penolakan, Erick hanya tersenyum tipis.
Ia cukup kaget melihat adiknya menepis tangan nya sendiri.
Dari awal aku sudah mengira ini tidak mudah
Pikirnya.
Beberapa menit Erick melihat langit malam itu sendirian untuk mengatur ulang pikiran dan suasana hatinya.
Tak lama ia pun kembali ke mobil. Dan melihat adiknya sudah menutup dirinya dengan balutan jaket pemberiannya.
Ia tak ingin melihat wajah kakaknya. Demikian juga kakaknya yang sudah tau apa yang adiknya pikirkan.
Mungkin Nao bingung, atau dia marah atau dia kecewa.
.....
S
esampainya di rumah mereka di sambut oleh paman dan bibi yang khawatir. Bibi yang langsung memeluk hangat nona mudanya. Sedang Erick keluar belakangan tanpa ekspresi.
"Anda kemana saja nona, saya sudah membuat makan malam kesukaan nona..." Bibi berkata demikian untuk meredakan suasana.
"Antarkan saja ke kamar bi... aku terlalu lelah untuk makan bersama." Jelas Nao.
Setelah mandi.
Nao masih membayangkan kata-kata kakaknya itu.
Bagaimana aku bisa menjadi orang pertama yang kakak ajak. Bukankah kak Rina adalah pacarnya. Mungkin kakak lebih mementingkan keluarganya. Atau ia tak ingin membuat ku sedih lagi. Makanya ia terpaksa membawa ku ke sana...
Banyak pemikiran tabu yang saling berdesakan.
Tok, tok, tok!
Suara pintu itu di ketuk.
"Apa kau sudah tidur Nao... bolehkah aku masuk..." Jelas itu adalah kakaknya.
"Oh iya, tidak apa-apa kak. Masuk saja pintunya tidak di kunci..." Nao.
Erick memperhatikan dengan seksama adiknya yang mengelap-elap rambut ikalnya yang basah sehabis mandi.
Mengenakan piama berwarna biru lembut.
"Aku mengantarkan makananmu kemari...". Erick menaruh makanan itu di meja santai dalam kamar Nao.
"Kenapa kakak repot-repot. Aku bisa mengambilnya sendiri kalau bibi tidak bisa mengantarkannya..." jawab Nao.
Erick berbalik ke arah Nao mengambil handuk yang di pegang Nao dengan lembut. Ia langsung duduk di samping Nao.
"Turun ke bawah... aku akan mengeringkan rambutnya...." Erick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother's Prison
General FictionSejak kecelakaan keluarga Smith, Naomi Smith terpaksa harus kehilangan orangtuanya. Sekaligus menjadi pewaris tunggal sebagai tuan tanah dari perkebunan tanaman pangan seluas 50 hektare di pedesaan. Sayangnya karena umur yang masih 18 tahun, hak as...