Putri memperhatikan lagi penampilan Arka dari atas sampai ke bawah. Memastikan lagi apa suaminya itu sudah rapi dari atas sampai ke bawah. Sentuhan terakhir, Putri memakaikan Arka sepatu sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang ke dua tahun yang jatuh tepat pada hari ini.
Putri tersenyum, ia bersyukur karena hari ini ia masih diberikan kesempatan untuk mendampingi Arka membuka pusat perawatan dan juga rumah singgah bagi pasien yang menderita penyakit kronis seperti dirinya. Untuk itu, ia akan memastikan Arka nyaman. Ia mau Arka bangga dengan apa yang telah pemuda itu capai.
"Udah siap?" tanya Putri.
Arka mengedipkan matanya yang berarti sudah.
Putri lalu mendorong kursi roda Arka menuju tempat dimana keluarga dan teman-teman mereka sudah berkumpul sebelum acara dimulai.
Ada mama, papa, Raffa, Bobby, mama Putri, dan juga Putra di sana. Mereka menatap Arka dengan bangga. Pemuda itu berhasil mewujudkan impiannya dalam kondisi yang jauh dari kata normal. Bahkan, dengan keberhasilannya, Arka mampu membantu puluhan orang yang bernasib sama dengan dirinya untuk kualitas hidup yang lebih baik. Karena rumah singgah yang dibangunnya bukan hanya untuk tempat singgah para pasien kronis, namun juga untuk pusat perawatan bagi pasien yang divonis dengan sisa usia yang tidak lama lagi.
"Semangat Ka, sebentar lagi impian kita semua akan terwujud!" ucap papa sampil menepuk pelan bahu Arka.
"Ma kha sih Ppa!" ucap Arka.
Satu persatu semua anggota keluarga menyemangati Arka. Berharap pemuda itu tak canggung untuk tampil di publik setelah sekian lama semenjak komdisinya menjadi seperti ini.
___
Tibalah waktunya bagi Arka untuk meresmikan Rumah singgah yang ia bangun bersama keluarga dan teman-temannya. Setelah acara pembukaan selesai dilaksanakan, akhirnya acara inti pada hari ini akan segera dimulai.
Hadirin yang datang di luar ekspektasi Arka. Bahkan, puluhan wartawan ikut hadir pada malam itu. Juga beberapa penggemar Arka yang masih setia bersama pemuda itu.
Putri mendorong kursi roda Arka menuju panggung. Gadis itu juga kkut mendampingi suaminya itu di atas panggung.
Ada rasa gugup saat Arka melihat begitu banyaknya orang yang hadir pada malam ini. Juga puluhan lampu kamera tak hentinya menyoroti mata Arka. Walaupun ini sudah jadi hal biasa bagi Arka sebelumnya, namun kali ini berbeda. Arka tampil di muka publik saat kondisinya sudah tak seperti dulu lagi. Atau lebih tepatnya saat Arka menjadi seorang difabel.
"Se-lam-mat ma-lam sem-muanya!" Arka mulai membuka acara.
Nampak orang-orang yang ada di depan mulai berbisik melihat keadaan Arka yang baru mereka lihat setelah sekian lama. Arka sudah tidak bisa apa-apa lagi. Tubuh pemuda itu sudah lumpuh total dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bahkan, untuk bicara saja sudah sulit dan harus dibantu dengan alat pengeras suara.
"Te-ri-ma ka-sih u-dah ha-dir di-acara pem-bu-ka-an ru-mah sing-gah dan pu-sat per-rawa-tan Sam-mud-ra."
Putri menatap haru suaminya. Arka nampak bersusah payah mengucapkan kata demi kata yang akan ia ucapkan. Tapi Putri yakin, suaminya itu bisa. Arka adalah manusia paling hebat bagaimanapun keadaannya.
"Sa-ya ti-dak a-kan bi-sa me-wu-judkan sem-muah tan-pa du-ku-ngan ka-lian sem-mua. Pa-pa, ma-ma, Raf-fa, ma-ma mer-tua, Put-ra. Ter-le-bih is-tri sa-ya ter-cin-ta."
Arka mengedipkan matanya ke arah Putri. Membuat cahaya kilatan kamera mengarah kepada Putri yang baru saja dipublikasi oleh Arka.
"Ma-ka-sih sa-yang. Ma-ka-sih te-lah ber-ta-han sam-pai saat i-ni. Ka-mu yang bu-at a-ku sad-dar kalau i-ni bu-kan ak-hir dari se-gala-nya. A-ku ada di-sini se-karang i-tu ka-rena ke-kuatan dar-ri kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana Samudra
RomanceMenikah dengan seseorang yang telah menjadi idolamu sejak lama. Membayangkannya saja Putri tak berani. Tapi ini nyata, Putri menikahi Arkana Samudra, idolanya. Terlihat mengagumkan, bukan? Tapi, kenapa jadinya tak sesuai dengan yang diharapkan Putri...