Titik Rendah

343 17 0
                                    

Putri masuk kembali ke dalam kamar setelah setengah jam kemudian. Setelah memberikan Arka waktu untuk menanangkan diri.

Ia berjongkok di depan Arka dan membelai pelan kepala Arka. Arka yang menyadari kehadiran Putri langsung menngangkat kepalanya.

"Put!" panggil pemuda itu lirih.

Putri tak menjawab, ia langsung membantu Arka duduk. Terlihat jelas bekas air mata di sudut mata pemuda itu. Putri tak tega, ia lalu memapah tubuh Arka menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar. Setelah sampai, Putri langsung membantu pemuda itu membuka bajunya yang penuh ompol itu. Tak ada yang bersuara, mereka berdua saling diam.

Setelah itu, Putri lalu mengusap wajah Arka dengan air terlebih dahulu. Putri terpaksa mendudukkan pemuda itu di lantai karena dalam keadaan darurat. Putri baru menyadari kalau saat ini, hampir semua bagian tubuh Arka tidak lagi berfungsi. Termasuk tangan kirinya.

Tanpa rasa jijik, Putri memandikan setiap inci tubuh Arka. Mati-matian ia menahan agar tangisnya tak pecah. Putri tega melihat kondisi Arka yang memburuk dengan cepat.

Sementara Arka tak mampu berkata apapun. Ia juga baru menyadari kalau saat ini tagan kirinya juga sudah kehilangan fungsinya. Kini, pemuda itu sepenuhnya akan bergantung sengan orang lain.

Jujur saja, Arka belum siap sedikitpun. Kemarin, ia masih bisa mengurus dirinya. Tapi sekarang,untuk membersihkan bagian paling pribadi dirinyapun sekarang sepenuhnya bergantung kepada Putri.

"Udah wangi!" ucap Putri setelah ia selesai memandikan Arka.

"Put!" ucap Arka lirih.

Putri yang sedang menyeka wajah Arka sengan handuk langsung menoleh.

"Kenapa?" tanya Putri.

Arka menghela napasnya berat sembari mengumpulkan tekatnya bulat-bulat.

"Anterin aku ke panti jompo!"

Terkejutkah Putri?

Jawabannya iya. Namun, sebisa mungkin Putri bersikap senormal mungkin.

"Kenapa? Emang kamu kakek-kakek?" tanya Putri enteng.

"Put, aku nggak mau nyusahin kamu!" Arkabenar-benar berada di titik terendahnya saat ini.

"Udah ya, nanti kamu masuk angin! Kita keluar dulu dari sini!"

Putri lalu memapah Arka kembali ke dalam kamar. Kemudian membaringkan tubuh Arka kembali ke atas kasur yang sebelumnya sudah di alasi dengan perlak.

Dengan telaten, Putri membalur tubuh suaminya itu dengan minyak telon. Putri lalu mengambil sebuah popok yang biasanya digunakan untuk lansia.

"Maaf ya Ka. Ini agar peristiwa kayak tadi nggak terjadi lagi!" ucap Putri yang mulai memasangkannya kepada Arka.

Arka hanya bisa menangis dalam diam. Harga dirinya benar-benar hancur saat ini.

Setelah selesai manggantikan pakaian untuk Arka, Putri memilih untuk ikut berbaring di samping pemuda itu.

Arka masih diam seribu bahasa. Putri tak akan memaksa pemuda itu untuk bicara. Ia tahu kalau Arka butuh waktu untuk menerima ini sepenuhnya.

****

Malam harinya, terpaksa Arka dilarikan ke rumah sakit karena pemuda itu demam tinggi. Putri meminta tolong kepada Raffa untuk mengangkat suaminya itu ke atas mobil. Setelah itu, ia langsung menghubungi orang tua Arka. Karena Putri merasa, saat ini Arka membutuhkan mereka. Mungkin Arka bisa lebih nyaman dengan orang tuanya itu sekarang.

Setelah memeriksa keadaan Arka, dokter mengatakan kemungkinan Arka sakit karena syok dengan kondisinya yang memburuk lebih cepat dari dugaan mereka. Dokter juga mengatakan kalau saat ini mereka benar-benar harus menjaga kesehatan mental Arka. Karena pasien dengan kondisi seperti Arka biasanya akan mengalami perubahan mood yang ekstrim karena belum sepenuhnya menerima keadaan.

Arkana SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang