Putri merasakan kepalanya berdenyut nyeri saat ia membuka matanya. Ia baru sadar kalau tangannya sudah terpasang infus. Putri mencoba mebcerna apa yang terjadi. Kepingan ingatan mulai tersusun dari ingatannya. Yang terakhir ia ingat adalah saat tubuhnya meluruh ketika dokter mengatakan Arka sudah tidak memiliki harapan untuk bertahan hidup.
Air mata Putri kembali menetes. Ia tak bisa berdiam diri di sini. Ia harus mengecek kondisi suaminya itu. Tanpa berfikir panjang, Putri lalu mencabut jarum infus yang ada di tangannya. Ia lalu bergegas keluar dari ruang rawatnya. Namun, baru sampai di depan pintu, mamanya masuk. Tentu saja, wanita yang melahirkan Putri itu sontak kaget. Ia langsung menahan tangan Putri agar tidak melanjutkan langkahnya.
"Putri mau ketemu Arka ma!" protes Putri saat mamanya menahan pergelangan tangan gadis itu.
"Putri, kamu masih terlalu lemah untuk berjalan ke sana!" Mama mencoba menasehati.
Namun, bukan Putri namanya kalau tidak keras kepala. Ia melepaskan paksa genggaman mamanya dan berlari menuju ruang ICU, tempat Arka dirawat. Namun, ketika sampai di sana. Tidak ada siapa-siapa. Bahkan, sudah ada pasien lain yang yang menempati kamar yang ditempati Arka.
"Suster, pasien yang di sini tadi dimana ya?" tanya Putri khawatir.
"Oh, pasiennya sudah dipindah ke rumah singgah mbak!"
Putri menghela napas lega. Pikirannya sudah kemana-mana tadi. Ia sangka sesuatu yang buruk terjadi kepada Arka. Ternyata, ia terlalu berpikiran negatif. Ternyata Arka sudah dipindahkan kembali ke rumah singgah.
Putri segera meninggalkan tempat itu. Gadis itu bergegas kembali ke rumah singgah sesegera mungkin. Ia sangat mengkhawatirkan Arka sekaligus merindukan lelaki yang hampir tiga tahun ia nikahi itu.
____
Hal pertama yang Putri lihat ketika sampai di rumah singgah adalah senyuman manis dari Arka. Pemuda itu nampak tersenyum saat Bobi melontarkan candaan ajaibnya. Putri lalu masuk ke dalam kamar.
"Asik banget becandanya!" ucap Putri dengan senyuman manisnya.
"Eh, Put. Lo udah datang?" sapa Bobi mengalihkan perhatiannya.
"Mama sama papa Arka mana?" tanya Putri tidak melihat keberadaan mertuanya.
"Oh, tadi katanya ada urusan mendadak. Jadi mereka hubungi gue!"
"Hmm, kenapa mereka nggak telpon gue?"
Ada sedikit rasa kecewa di hati Putri.
"Mereka kasian sama lo Put. Kata mereka lo belakangan ini sering kecapean!"
Putri tak lagi menyahut. Ia lalu mendekati ranjang yang ditempati suaminya itu.
"Hai!" sapa Putri.
Arka mengedipkan matanya sekali. Pemuda itu menatap Putri dengan tatapan rindu.
Putri yang mengerti lalu mensekati Arka dan memeluk suaminya itu sayang.
"Gue keluar deh, puas-puasin lah kalian berdua!" ucap Bobi yang merasa canggung.
"Makasih ya Bob!" ucap Putri tulus.
Pemuda itu lalu mengacungkan ibu jarinya.
Sepeninggal Bobi, Putri kembali mengalihkan fokusnya kepada Arka.
Suaminya itu nampak menyedihkan dengan bantuan alat pernapasan. Putru lalu menggenggam tangan Arka dan mengelusnya sejenak.
"Makasih ya, masih kuat menjalani ini semua!"
Arka tak merespon. Mata pemuda itu berkaca-kaca. Ada rasa lelah yang dirasakan oleh pemuda itu. Apalagi, untuk saat ini, hidupnya akan bergantung kepada mesin karena sudah tidak dapat bernapas sendiri. Tapi, melihat Putri yang bahagia dengan kehadirannya, Arka jadi tidak tega. Tapi, disatu sisi, ia merasa kalau waktunya udah tidak lama lagi.
"Sayang, kenapa? Apa terlalu berat?" tanya Putri.
Arka memejamkan matanya. Ia tak sanggup menatap mata istrinya itu.
Putri lalu mendekat. Ia menghapus air mata suaminya itu menggunakan tisu.
"Nggak papa sayang! Ada aku di sini!" ucapnya sambil menggenggam pergelangan Arka.
Putri takut sekali. Ia takut kalau Arka memilih untuk meninggalkan ia untuk selama-lamanya.
Ingatan Putri sebelum ia pingsan kembali menari-nari di otak gadis itu. Masih diingatnya saat mama Arka mengatakan kalau ia harus sabar. Putri sangka, Arka sudah tiada. Namun, ternyata tak semengerikan itu, namun tetap membuat Putri syok liar biasa, sampai gadis itu kehilangan kesadarannya. Semua itu terjadi karena pada saat itu, Arka harus melakukan prosedur ventilasi infasif yang tak lain adalah operasi trakeostomi yang dihubungkan langsung dengam ventilator. Operasi yang dilakukan untuk pasien yang sudah tidak bisa bernapas sendiri. Bisa dibilang pasien yang membutuhkan perawatan 24 jam sehari seumur hidupnya.
Tentu ini merupakan berita yang menyedihkan. Artinya, Arka sudah tidak bisa apa-apa lagi, termasuk bernapas. Putri sampai ngeri sendiri melihat selang yang dihubungkan ke dalam leher Arka. Pasti semua itu sangat menyakitkan.
Tapi, pemuda itu tetap tabah. Buktinya, Arka masih bisa tersenyum mendengar celotehan Bobi. Membuat Putri menjadi merasa bersalah. Apa ia tega melihat suaminya seperti ini?
Tapi, Putri sangat menyayangi Arka. Ia akan menerima bagaimanapum kondisi pemuda itu asalkan Arka tetap di sisinya. Putri berjanji, ia akan melanjutkan perjuangan Arka untuk membantu sesama. Ia akan menolong Arka-Arka yang lain, seperti Arka yang mewujudkan pembangunan rumah singgah ini.
***
Hari-hari Putri berjalan seperti bagaimana biasanya. Gadis itu berangkat kerja mengurusi rumah singgah menggantikan Arka, syuting beberapa iklan, dan juga mengurusi media sosial dirinya dan juga Arka. Setiap hari, banyak endorsment yang masuk kepada Putri. Kebanyakan memang karena Arka. Tapi, sebagian besar, uang yang masuk akan Putri masukkan ke dalam rekening Arka, tentu saja untuk membantu biaya pengobatan Arka yang tidak sedikit. Memang, tabungan Arka dan orang tuanyanya lebih dari cukup, namun Putri tidak bisa hanya berpangku tangan, ia harus ikut membantu keluarga Arka. Salah satunya yaitu dengan menerima endors di media sosial.
Teman-teman Putri dan juga Arka juga selalu ada buat mereka. Bahkan, Kenzo yang dulunya tidak pernah dekat, malah sekarang jadi dekat dengan keluarga Putri dan juga Arka. Bahkan, sesekali pemuda itu akan menemani Arka disaat Putri harus bekerja. Salah satu yang membuat mereka lebih dekat adalah, sekarang Raffa bekerja sebagai meneger Kenzo, otomatis keduanya menjadi dekat.
Dan yang tidak disangka selanjutnya adalah, Arka memutuskan untuk menyetujui pembuatan film yang mengangkat kisah hidup pemuda itu. Dan pemuda itu memilih langsung Kenzo sebagai pemeran utamanya. Yang tak lain adalah memerankan karakter Arka mulai dari perjalanan karirnya hingga bagaimana cara Arka berdamai dengan takdir.
Putri tidak menyangka suaminya akan memilih jalan itu, karena dari awal Arkalah yang keberatan dengan pembuatan film tersebut. Namun, lama-lama pemuda itu melunak. Ia memberikan seluruh hidupnya untuk berbuat kebaikan. Karena keuntungan film ini akan disumbangkan, karena itulah akhirnya Arka setuju. Ia ingin memneri manfaat kepada sesama hingga akhir hayatnya nanti.
Bagaiman mereka bisa tahu itu keinginan Arka?
Padahal pemuda itu sudah tidak bisa apa-apa lagi. Papa Arka mencari cara untuk bisa berkomunikasi dengan anaknya itu. Ia ingin Arka bisa hidup layaknya orang normal. Lalu, papa Arka mencari alat untuk bisa dijadikan Arka untuk berkomunikasi. Akhirnya, beliau menemukan cara melalui sensor mata Arka. Alat yang akan menerjemahkan apa yang akan diucapkan Arka dengan media tablet canggih. Untuk itulah, Arka masih bisa memiliki hidup yang berkualitas dan memberi manfaat kepada orang lain.
Terpuruk?
Tentu pernah dialami Arka. Bahkan, pemuda itu pernah melakukan percobaan bunuh diri. Namun, dengan dukungan dari Putri, orang tua, keluarga, serta teman-temannya, Arka membuktikan kalau ia bisa bangkit. Ia bisa menjadi Arka yang namanya sangat harum hingga akhir hayatnya.
Apakah akhirnya pemuda itu menyerah?
Tidak, Arka tidak menyerah. Hanya saja, waktu yang diberikan Tuhan untuk dirinya sudah habis.
Tepat 4 tahun setelah vonis yang diterima ya, Arka berpulang. Pemuda itu pulang dengan segala kebailan yang ia lakukan.
Tamat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana Samudra
RomansaMenikah dengan seseorang yang telah menjadi idolamu sejak lama. Membayangkannya saja Putri tak berani. Tapi ini nyata, Putri menikahi Arkana Samudra, idolanya. Terlihat mengagumkan, bukan? Tapi, kenapa jadinya tak sesuai dengan yang diharapkan Putri...