Bab 3 Miss Komunikasi

74 19 1
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-

"Oi Barra api lama amat." Ucap Juna karena sudah sangat lama menunggu manusia yang sudah seperti mayat hidup sekarang.

Barra langsung duduk di hadapan Juna dengan wajah ditekuk. Ia menidurkan kepalanya di atas meja.

"Capek ternyata kuliah, pengen jadi meng aja. Makan, minum, just meow meow."

"Dah makan dulu soto lo!"

"Thanks bang. Btw lo mau ngomongin apa tadi?" Tanya Barra pada kakak tingkat yang satu fakultas dengannya sekaligus seniornya di BEM.

"Masalah proker, nanti aja. Makan aja dulu. Gue juga masih ada rapat ini." Ucap Juna menunjukkan laptopnya.

Barra mencibir. "Pantesan nyari di pojok."

Sembari mengunyah Barra membuka ponselnya. Begitu banyak pesan yang masuk, karena ia memang orang sepenting itu. Jadi jangan marah kalau semisal chat seseorang baru ia balas dua hari kemudian, itu pun kalau ia memiliki masa gabut untuk scroll chat ke bawah. Dan ia akan mengabaikan chat-chat tidak penting terutama dari nomor tidak dikenal. Kecuali dari awal pesan ada kata-kata sopan santun baru ia akan membukanya.

Pertama-tama ia harus membalas chat dari orang-orang yang sekiranya penting seperti keluarga, manager, anak BEM dan panitia proker yang ia pegang. Lalu ia akan membalas chat dari para monyet. Yah walau tidak penting tapi cukup menghibur. Dan karena ia tidak ada teman bicara karena Juna sibuk, jadi ia memutuskan membalas chat yang lain yang mungkin penting.

BRAKKKKK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAKKKKK

Juna kaget saat Barra tiba-tiba saja menggebrak meja. Ia mendelik kesal. "Apa? Kesurupan lo?"

"Bang coba lo kasih rekomen besok gue nikah adat apa?"

"Geser otak lo kebanyakan gambar hah?"

"Bang beneran." Kali ini Barra merengek. "Gue masih nggak nyangka ayang gue bakalan make a move duluan anjir. Kayanya dia suka gue deh."

"Apa sih anjing? Bisa nggak bicara dengan konteks?"

"Gue dichat Winara." Ucap Barra dengan mata berbinar.

"Oh."

Untuk beberapa saat suasananya jadi hening. Sampai lagi-lagi Barra menggebrak meja yang membuat Juna kaget untuk kesekian kalinya.

"Bisa nggak lo jangan tantrum sehari aja? Heran gue." Kesal Juna.

"Ya masa respon lo gitu doang? Lo tuh seharusnya ikut bersuka cita atas pencapaian bro lo yang paling kece ini tahu."

Juna tersenyum lalu bertepuk tangan layaknya anak kecil. "Wah selamat ya Barra." Ucap Juna lalu ekspresinya berubah datar. "Dah kan?"

"Ah nggak seru lo. Emang nggak ada yang tulus temenan sama gue."

Love TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang