Happy Reading
-
-
-
-
-Duk
Mitha hanya melirik saat Barra meletakkan sekotak donat di atas meja ruang tengah, tempat Mitha sedang menonton TV. Mitha hanya diam lalu mengabaikannya.
Yah itu memang yang sering mereka lakukan. Bersikap tidak saling peduli.
"Gue beliin buat lo. Makan!" Ucap Barra yang masih tidak dijawab oleh Mitha.
Barra menghela napasnya. "Are you okay? How was your day?" Tanya Barra mengikuti saran dari Wina walau dengan nada sedikit kaku.
"Ngapain nanya-nanya?" Tanya Mitha judes.
"Gue cuma pengen tahu kalau adek gue baik-baik aja kan sekarang?" Ucap Barra menghela napasnya.
Tidak ada jawaban lagi dari Mitha. Barra pikir ucapan Wina salah. Jadi ia menoleh ke arah adeknya yang duduk tepat di sampingnya. Barra kaget saat ia melihat adeknya menangis dan mengusap air matanya dengan kasar ketika Barra menoleh.
"Eh lo kenapa? Ada masalah? Lo bisa cerita sama gue." Ucap Barra masih dalam posisi kaget.
Mitha menepis tangan Barra saat Barra ingin mengusap air matanya. "Kenapa Akak peduli? Seharusnya sekarang Akak marah sama aku!"
"Kenapa gue harus nggak peduli? Kenapa gue harus marah?" Tanya Barra bingung.
"Karena biasanya Akak gitu!" Seru Mitha meninggikan suaranya yang membuat Barra kaget.
"Hei calm down! Kenapa lo bisa nyimpulin begitu?"
"Karena Akak emang gitu, selalu nggak peduli. Dan selalu marah tanpa nanya dulu sama aku!"
"Kapan gue gitu?"
"Setiap hari."
"Lo ngomong apa sih?"
"Akak kan selalu sibuk sama kehidupan Akak diluar. Akak pulang paling pas udah larut malam, kalaupun pulang lebih awal Akak palingan langsung masuk kamar. Emang kapan Akak peduli? Kalau aku salah Akak pasti langsung marahin aku tanpa nanya alasan aku ngelakuin itu. Kenapa sekarang Akak peduli sama keadaan aku?!"
Barra kaget akan pernyataan yang diberikan oleh Mitha. Ia rasa tidak ada yang salah akan hal itu, tapi kenapa Mitha tiba-tiba mengungkit dan menyimpulkan kalau ia tidak peduli.
"Lo ada masalah ya?"
"BANYAK!"
Barra kaget ketika Mitha tiba-tiba berteriak lalu menangis kencang. Barra tidak pernah melihat Mitha menangis sekencang ini selama ia remaja beranjak dewasa. Terakhir kali Mitha menangis sekencang ini seingat Barra ketika Mitha SMP, saat tulangnya patah karena cidera main basket.
"Tata tenang ya. Jangan nangis." Ucap Barra panik dan bingung harus menghadapi Mitha seperti apa. Biasanya dalam situasi seperti ini orang tuanya lah yang akan menenangkan Mitha. Tapi sekarang orang tua mereka sedang berada di luar negeri.
"Kenapa nggak boleh? Akak sekarang ngelarang aku buat nangis?" Tanya Mitha sewot.
"Nggak gitu." Ucap Barra panik lalu memeluk adeknya itu. Walau awalnya Mitha memberontak tapi akhirnya ia diam dan menangis semakin kencang. "Maaf ya, gue nggak tahu masalah lo. Tapi gue nggak seburuk itu sampai nggak peduli sama masalah adek gue. Kalau ada masalah atau ada yang jahat sama lo, bilang aja sama gue!"
"Bohong! Buktinya Akak nggak peduli."
"Gue bukan nggak peduli, tapi lo nggak mau cerita. Gue bukan cenayang yang bisa tahu masalah lo tanpa lo bilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Trap
FanfictionBagaimana seorang gadis yang selalu mengeluh akan jomblo sebenarnya memiliki pengagum rahasia? Bagaimana kalau tiba-tiba sang gadis harus harus melayani pengagum rahasia karena suatu jebakan? *** "Jodoh itu dijebak bukan ditunggu." -Barra Nararya "...