Bab 20 Pernyataan

72 12 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-

"Barra, kayanya lo nggak perlu antar jemput gue deh. Gue bisa bawa motor sendiri." Ucap Wina saat masuk ke dalam mobil Barra.

"Tapi gue udah janji sama abang lo. Yakali gue ingkar janji, entar gue kena bogeman abang lo." Ucap Barra tidak bohong, tapi itu hanya salah satu alibi agar bisa bertemu dengan Wina setiap hari.

"Nggak kok, dia ngancem doang. Buktinya gue selamat sampai sekarang."

Barra memandang Wina tidak percaya. "Lo jangan menyetarakan diri lo sama gue Winara. Lo itu adek kandung dia, lah gue? Pokoknya gue akan tetap tanggung jawab. Lagian gue kangen sama lo."

"Ya?" Tanya Wina agak kaget dengan suara pelan yang dibilang Barra. Antara ia salah dengar atau ia tidak fokus.

Barra menghela napasnya lalu memandang Wina dalam. "Boleh gue tanya sesuatu?"

Wina merasakan suasana jadi sedikit berbeda sekarang. Ia pun membuang mukanya. "Tanya aja."

"Kenapa lo jauhin gue?"

"Nggak ada yang jauhin lo." Jawab Wina jadi gugup dan tidak berani memandang ke arah mata Barra.

"Apa itu semua karena Nala?"

Wina kaget dan refleks menoleh ke arah Barra. "Hah?!"

"Gue sama Nala udah temenan dari kecil. Mungkin dari dia baru lahir. Maaf kalau semisal itu mengganggu lo. Dan fyi aja, Nala udah punya pacar. Tapi kalau lo ngerasa terganggu, gue bisa kok jauhin dia." Ucap Barra tiba-tiba.

"K-kenapa lo butuh pendapat dari gue?"

"Karena gue suka sama lo."

Wina kaget akan pernyataan itu. Ia tidak bisa berkata-kata. Rasanya ia ingin turun saja dari mobil ini sekarang juga. Huh rasanya suasananya jadi aneh.

Tiba-tiba Barra mengambil sebelah tangan Wina yang membuat Wina kaget. Ia jadi menoleh dan melihat Barra sudah menunduk dalam. Wina jadi gusar sendiri melihat pemandangan itu.

"Wina, gue tahu ini tiba-tiba. Gue nggak tahu lo udah nyadar atau belum tentang ini. Tapi gue bilang gini bukan untuk bebanin lo. Gue cuma pengen lo tahu perasaan gue. Tapi kalau lo nggak suka, lupain aja apapun yang gue bilang tadi."

Wina diam untuk beberapa saat, hatinya sempat goyah akan kata-kata Barra. Tapi disaat bersamaan ia jadi mempertanyakan apakah semua yang Barra katakan adalah sebuah kebenaran atau kebohongan. Karena itu ia melepas tangannya dari genggaman Barra.

"Maaf." Ucap Wina tanpa menoleh ke arah Barra.

"Wina," Panggil Barra lirih tapi Wina tetap memandang ke arah depan. Hati Barra seketika nyeri seakan sudah tidak ada harapan lagi. Rasanya keberadaan Wina semakin jauh dari jangkauan. Ia jadi meruntuki pernyataan cinta yang terburu-buru.

Barra menghela napasnya tidak ingin membuat Wina merasa semakin tidak nyaman. "Lo mau kemana?"

"Tolong anterin gue ke kos." Ucap Wina yang masih sangat bimbang dengan perasaannya. Dan membuat sepanjang jalan hening yang mencekam.

Akhirnya mobil tersebut berhenti tepat di depan gerbang kos Wina. Barra masih belum membuka suara, begitupun dengan Wina yang masih diam di tempatnya. Rasanya kaku hanya untuk bergerak. Wina tidak pernah berada di posisi seperti ini.

Wina memejamkan matanya dalam-dalam untuk menenangkan diri lalu menoleh ke arah Barra yang tengah menatap kedepan dengan tatapan kosong. "Barra, I think a relationship built on lies will not work well."

Love TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang