Bab 7 Pelajaran

80 16 4
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-

"Menurut lo desain mana yang bagus?" Tanya Barra pada Wina yang matanya telah menggeliat ke segala arah melihat-lihat banyak alat musik yang dipajang di toko dengan kagum.

"Ya?" Tanya Wina yang membuat Barra gemas sendiri. Sejak tadi Wina agak sedikit lemot karena fokusnya terbagi kemana-mana, tapi menurutnya itu lucu.

"Gue bingung mau milih yang mana. Kalau menurut lo yang bagus yang mana?" Tanya Barra lagi.

Wina terlihat meneliti setiap pick gitar yang ada. Menilik satu per satu, tapi ia lihat semuanya sama saja, sampai ia melihat satu yang agak unik dan tanpa sadar mengambilnya.

Wina tersenyum. "Ini lucu menurut gue. Kaya pick gitarnya Yichan yang dikasih sama Cheong-ah." Ucap Wina gembira seakan memenangkan sebuah lotre.

Yah walau ia belum menonton drama tersebut, tapi ia cukup mengikuti cuplikan-cuplikannya di media sosial sehingga ia tahu beberapa scene yang menarik.

"Tapi-"

"Kenapa?" Tanya Barra saat melihat wajah Wina cemberut.

"Warna gitar lo apa?" Tanya Wina yang membuat Barra mengernyit.

"Yang biasanya gue pake sih hitam putih warnanya. Kenapa?"

"Ah nggak cocok. Bentar gue pilihin-"

"Eh jangan! Gue juga suka sama Yichan. Jadi nggak apa-apa. Toh nggak akan ada yang lihat. Gue ambil yang itu aja." Ucap Barra.

Sebenarnya perkiraan Wina itu benar. Desain itu tidak cocok dengan Barra, karena di rumah pick gitarnya kebanyakan berwarna hitam atau putih. Ia jarang memilih warna pastel atau warna lain yang cerah. Tapi karena pick gitar itu adalah pilihan Winara, maka ia tidak akan menolak. Ia akan menjaganya dengan sepenuh hati. Bila perlu ia bawa terus sepanjang hari. Seperti Yichan, ia akan menggunakannya sebagai kalung berharap menjadi jimat yang mendekatkan mereka.

"Beneran nggak apa-apa?" Tanya Wina yang membuat Barra gemas dan tanpa sadar mengacak rambut Wina.

"Nggak apa-apa. Gue mau bayar dulu." Ucap Barra berlalu pergi. Rasanya kalau berlama-lama ia melihat wajah imut Wina yang ada ia yang bakalan ambyar sendiri.

***

Wina melihat-lihat alat musik. Walaupun ia tidak bisa memainkannya, tapi ia sangat senang melihat orang yang mahir bermain alat musik. Entahlah, tapi orang yang bisa bermain alat musik memiliki daya tarik tersendiri menurutnya.

Kalau matematika bisa dipelajari dengan melihat rumus. Tapi kalau musik dan seni itu tidak bisa. Orang yang buta nada tidak akan bisa bermain musik atau bernyanyi dan orang yang tidak memiliki jiwa seni, maka ia tidak akan bisa membuat suatu karya seni yang menarik.

Karena itu Wina sangat senang mengapresiasi seni. Kalau dalam science semua ada teori dan pakem-pakem yang mengikat. Maka di seni seseorang bisa bergerak bebas sesuai keinginannya.

Terkadang Wina iri dengan orang-orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi. Karena Wina sendiri terlahir sebagai anak science yang tidak memiliki jiwa seni. Yah setidaknya seperti itulah ia mendeskripsikan dirinya.

"Lo bisa main gitar?" Tanya seseorang yang membuat Wina kaget dan langsung menarik tangannya dari sinar gitar yang ia pegang. Ia menoleh dan kaget akan kedatangan Barra yang tiba-tiba.

"Tenang gue bukan setan."

Wina memegang dadanya karena terkejut. "Sejak kapan lo disini?"

"Sejak lo bengong ngelihat gitar sambil senyum-senyum."

Love TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang