29. ventinove

176 11 0
                                    

            

                          ♡♡♡♡♡
                ____________________
                    Happy reading
               ——————————
                   
                          ♡♡♡♡♡

Xavier kini dibuat gelisah, karna Hima menjalani oprasi Caesar. Tapi yang dikhawatirkan baik baik saja didalam ruang oprasi itu.

"Xavier." Panggil seorang pria tegap namun bisa dikatakan usianya tak muda lagi. Namun masih tampan.

"Papi.." ia menghampiri pria itu, dan merengkuhnya erat.

"Kau yang tenang. Hima pasti akan baik baik saja didalam." Ujar papi Xavier menenangkannya, dan membelai halus surai rambut Xavier yang basah akibat keringat.

"Mana bisa tenang! Nih jantung udah jedak jeduk didalem!" Amuknya.

"Percayalah."

"Hufft" Xavier menghela nafas lalu ia duduk di bangku yang ada di depan ruang oprasi itu.

Namun belum ada 5 menit ia duduk. Sudah di panggil oleh seorang pria paruh baya juga. Pria bule tapi.

"Vier?"

"Iya? Oh baba!" Pekiknya.

"Gimana?"

"Sudah satu jam. Tapi belum selesai.." lirihnya.

"Haish, oprasi kan memang lama, Vier. Dulu mama Jima juga." Lalu hanya dijawab Havier dengan anggukan lirih.

Dan ternyata. Verios dan Vima ada di belakang baba. Mereka baru muncul setelah percakapan baba di balas anggukan Xavier.

"Sayang!" Panggil Verios.

"Diem anj, gue cowok tulen! Nanti di kira gay sama orang lain." Xavier mendengus sebal.

Verios menghampiri Xavier lalu duduk di samping Xavier. Lalu merangkul pinggangnya.

"Gue cowok Ver." Peringatnya. Ia sudah malas sebenarnya. Mengingatkan Verios jika dia cowok normal. Tapi Verios juga cowok normal. Buktinya dia akan menuju jenjang serius dengan Vima.

"Gue juga cowok." Ucapan Verios yang itu membuat Xavier sebal. Dan memulul tengkuk Verios dengan keras.

Plak!

"Aduh kok di pukul sih, yang." Lalu ia memeluk Xavier seolah Xavier yang mendekapnya erat. Menyandarkan kepalanya di dada Xavier.

*Paham?*

"Adek deg degan ya?" Goda Verios ke Xavier. Membuat tangan Xavier terangkat kembali.

Plak!!

Kali ini suaranya lebih renyah. Karna ia menepuk kepalanya.

"Aduhhh." Ringisnya.

"Aku udah goblok, kamu pukul tambah goblok kan jadinya!" Ujarnya.

"Jijik!?!" Xavier memberontak dari dekapan tangan Verios. Ia mencoba mencubit lengan Verios. Tapi bicep Verios lebih besar dari bicep Xavier.

Namun setelah penantian panjang, pintu oprasi dibuka dan menunjukan seorang dokter yang memakai pakaian serba putih di lengkapi cardigan biru plastik yang di penuhi bercak darah.

Xavier panik melihat cardigan plastik yang dokter itu kenakan penuh dengan darah.

"Ver! Dokter, Hima ga apa apa kan dok?!" Paniknya.

"Tenang dulu Xavier." Dia menahan xavier yang ada di pangkuannya agar tak memberontak.

"Ver Lepasin! Gue perlu bicara sama dokternya!"

Piccolo Marito?(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang