...
"Xavier!" Pekiknya memanggil Xavier, yap Itu adalah Verios. Dia berlari dengan kencang ke arah Xavier, dan menyeruduknya.
Xavier tersentak ketika tubuhnya terangkat agak tinggi. Ia reflek memukul pundak Verios. "Ei, bangsat ni?" Umpatnya.
"Hust! Omongannya." Tegur Verios, menepuk pelan bibir Xavier.
"Aihh, turunkan. Kau pikir aku itu bantal!" Pekik Xavier protes. Xavier memukul-mukul bahi Verios dengan keras.
Verios meringis kesakitan. "Duhh iyaa aduh, sakit.." cebiknya, ia malah sok imut di depan Xavier. Bibirnya melengkung kebawah membuat Xavier bergidik ngeri.
Xavier melengos pergi dari sana dan menuju kolam. Ia duduk di pinggir kolam, dan menikmati suara percikan air. Setengah kakinya ia masukan ke air.
Kolam renang mansion Hima telah direnovasi, banyak pepohonan sekarang di pinggir-pinggir kolam. Membuat suasana sejuk dan asri, eih jangan khawatir jika kolam itu jorok. Setiap hari akan ada pembersih kolam yang datang membersihkan.
Xavier memejamkan mata, tak mengatahui jika sudah ada seseorang yang menyeringai menatapnya.
Byur!
Tubuhnya ditarik masuk kedalam kolam, ia gelagapan. Takut jika ia akan tenggelam, Xavier menutup matanya. Padahal ia di gendong ala koala oleh seseorang.
Orang itu terkekeh geli melihat begitu kocaknya kondisi muka Xavier.
"Hei lihatlah, bahkan kau tak berada di air." Ucapnya membuat Xavier mendengus. Itu Hima, Xavier mencebikkan bibirnya ia memukul pelan bahu Hima, mengingat kalau ia memukul keras bahu Hima. Ia akan jatuh, padahal tidak. Pukulan itu tak terasa sama sekali.
Tak merasa, jika pipinya sudah memerah akan samburat merah. Ia memandangi wajah Hima, yang ughh
Sangat menggoda.Bagi Xavier..
Hima hanya memakai atasan sport bra dan celana ketat. Membuat Xavier salah tingkah dibuatnya. "Habis makan apa?" Tanyanya singkat, membuat Xavier bingung.
"Aku, aku belum makan apapun sih." Lupa akan hal itu, Xavier bru bangun tidur dan cuci muka serta sikat gigi. Ia langsung turun kebawah dan menemukan Verios yang menjahilinya. Jadi lah, ia pergi ke kolam, malah bertemu Hima.
Sepertinya hidupnya tak akan jauh dari kata jahil.
"Huh? Aku kira kau makan tomat. Wajahmu merah sekali seperti tomat." Ejeknya dengan tertawa keras, membuat wajah Xavier tambah memerah.
"Haish, dasar. Aku disana diganggu, disini di ganggu." Ungkapnya kesal, membuatnya semakin mendengus.
"Siapa yang mengganggumu?" Aura Hima yang tadi tertawa lebar, kini malah berganti dengan tatapan tajam.
Xavier gelagapan, niat ingin mengadu. tapi kalau begini, mending tidak usah mengadukannya ke Hima "u-uhm, tadi hanya Verios bercanda. Kau ini jangan terlalu serius kenapa?!" Amuknya.
Hima membawanya menaiki ke pinggir kolam kembali. Ia meninggalkan, Xavier yang terbengong di pinggir kolam. Ia asik berenang sendiri, tak memedulikan Xavier yang mendengus ketika kecipratan air.
Hima mulai naik keatas permukaan, ia tersenyum simpul kearah Xavier.
"AAKKKK!!!" pekiknya, Hima membopongnya tanpa bilang-bilang. Akan dibuat jantungan saja dia ini.
"Hey! Bilang dulu Hima! Aku kaget, nanti kalo jantungan kan ga lucu!" Amuknya.
-
-
-
Mereka semua sekarang berkumpul di meja makan. Banyak orang disini, tapi. Hanya terdengar suara sendok dan garpu saja yang bergesekan dengan piring.
"Hey," ucap Xavier berbisik.
"Makan dulu Xavier." Tegur Hima, membuat Xavier mendengus.
"Aku ingin bicara," ujarnya marah.
"Nanti setelah makan, Xavier." Ucap Hima dengan suara rendah yang tak ingin dibantah. Mau tak mau Xavier menurut.
Ia dengan buru-buru menghabiskan makanan. Karena semuanya telah selesai memakan makanannya.
Xavier menyuruh mereka berkumpul di ruang televisi, ia hanya ingin menanyakan sesuatu. Ia mendudukkan bokongnya dengan nyaman di sofa ruang televisi.
"Ada apa? Apa yang ingin kamu bicarakan Xavier?" Tanya Verios, sebenarnya dia penasaran. Tapi melihat Hima yang tidak bisa ditebak itu tiba-tiba marah. Membuatnya mengurungkan niatnya.
"Aku mau bertanya." Ucapnya, ia menggantung kalimatnya, takut akan menyinggung sebelah pihak. "Verios dan Vima kapan akan menikah? Bukankah kalian sudah merencanakan itu?" Tanyanya dengan hati-hati.
Verios yang tadinya bersemangat tiba-tiba menatap datar, melihat itu jantung Xavier tambah berdetak lebih kencang lagi.
"Kau hanya ingin menanyakan itu?" Herannya.
"Iya, habisnya aku pasti nggak bakal dikasih tau." Xavier mendengus.
Verios dan Vima beradu tatap, alisnya naik satu, membuat Xavier tambah mendengus.
"Aish, yaudahlah kalo gak mau kasih tau!" Marahnya, ia menghentakkan kaki pergi dari sana. Hatinya dongkol, malas dia tuh. Dia sudah hafal semua kebiasaan keluarga ini. Kalau bikin acara pasti dadakan, dan dia tidak diberi tau.
Brak!
Xavier menutup pintu dengan keras, ia kesal setengah mati. Dia kan tidak bisa memilih baju tiba-tiba.
Xavier melompat keatas ranjang lalu terlelap, mengabaikan semuanya yang mencoba mengetuk pintu dan membukanya. Huh, biarin pintunya dikunci sama Xavier. Kuncinya tidak ia copot, dan dipasang di pintu. Membuat smart door lock pun tak bisa dibuka.
Biarkan saja.
Mungkin besok Verios harus usaha empat puluh lima dalam membujuknya. Biasanya membawakan red velvet sih. Tapi entah ia akan membawa apa.
Xavier ini terkadang memang sangat random. Jiwanya masih terjebak di jiwa anak-anak. Ditambah, di mansion Shimizu. Ia tambah di manjakan, di beri kasih sayang. Walaupun ia hidup tanpa ibu, ia besar menjadi anak yang ceria. Dalam kurung, ia ceria tanpa ibu. Memendam semua keluh kesahnya, karna ia tak mungkin cerita kepada sang ayah.
To be continued
03-11-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Piccolo Marito?(ON GOING)
Ficção CientíficaStart : Rabu 20 des 2023 End : ??? Revisi : Jum'at 26 Apr 2024 Revisi done : Sabtu 25 Mei 2024 "Pria kecilku akan ku biarkan menjadi dominan?" "oh itu tidak akan pernah. sekalipun!" "Apakah aku bisa percaya? Cih, sifatnya terlalu anak anak." Smirkn...