27. ventisette

184 13 1
                                    

            

                          ♡♡♡♡♡
                ____________________
                    Happy reading
               ——————————
                   
                          ♡♡♡♡♡

Ini adalah bulan ke empat dimana Hima mengandung anak ke tiganya. dan Xavier berencana pergi mengecek kandungan hima apakah sehat atau tidak.

"Hima!" Panggilnya dengan sedikit sentakan.

"Shuttt. Jangan teriak teriak."

"Maap, ayo?"

"Hn, ayo." Ia menggenggam tangan Xavier dengan erat.

"Issh." Dengusnya.

"Kenapa?"

"Ga usah pegang pegang." Dengusnya sambil menyentak tangan Hima yang menggenggam tangannya erat.

"Kenapa ga boleh?"

"Ga boleh!"

"Beri aku alasan yang logis." Perintahnya. Hima bersedekap dada sambil menatap tajam Xavier.

"Huh? Tak ada alasan logis, aku hanya malas bergandengan tangan denganmu." Katanya.

Hima mengangkat satu alisnya dan tanpa pikir lama ia membopong Xavier dengan enteng, tak peduli jika Xavier sudah memberontak sejak tadi. Dan mulai meninggalkan tempat ia dan Xavier berdebat tadi.

"Himaa, turunin. Harga diriku sebagai cowok tulen hilang tau." Rengeknya

"Jika orang baru pertama melihat dirimu. memang, dirimu tak terlihat seperti lelaki biasanya."

"Maksudmu aku boti?!" Ia mulai tersulut emosi akibat ucapan Hima.

"Bisa jadi, orang berpikir jika kau adalah lelaki yang seperti itu. Faktanya kamu itu malesubku."

"Enak aja! Turunin gak?!" Ia semakin tersulut emosi sepertinya.

"Jangan jauh jauh dariku, nanti kau bisa di culik oleh om-om pedo. Mau?"

"Gak takut. Turunin himaa!"

"Sudah sampai." Hima menurunkan Xavier di jok mobil, tepat duduk di sebelahnya.

Lalu mobil tentunya berjalan melajur pergi dari kawasan mansion Hima.

-

-

-

"Nona Shimizu. Anda sudah di tunggu."

"Baik, terima kasih." Ucapnya tanpa ekspresi. Tentu dengan kalimat Singkat padat dan jelas.

Xavier dan Hima masuk kedalam ruangan usg. Lalu Hima berbaring di brankar. Dan Xavier yang duduk di kursi konsultasi.

"Apa nona, masih sering berolahraga tuan?" Tanyanya pada Xavier. Karna memang dokter itu tau persis apa yang sering Hima lakukan.

"Masih tuh dok! Bilangin dok, marahin! Dibilangin ga pernah di denger. Bandel!" Ucapnya dengan perasaan yang menggebu-gebu.

Dokter itu terkekeh pelan melihat ekspresi Xavier yang lucu.

"Kau, Hima! Masih saja melakukan hal itu. Ak-" sebelum Candy menyelesaikan ucapannya. Dipotong dengan Hima.

"Kau, Tak usah ikut ikut. Yang bisa memarahiku hanya kesayanganku." Ucapnya tegas dan memandang Candy sengit dan tatapan itu penuh dendam.

"Baiklah. Mari kita mulai dengan mengecek kandunganmu."

Lalu Candy mengoleskan suatu krim. Dan mulai menggesekkan alat usg itu di atas perut Hima. Perut itu masih terlihat rata.

Piccolo Marito?(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang