32. Trentaduo

159 13 0
                                    

Happy read all.






















Perjalanan yang begitu lama telah usai sekarang ini. Mereka sudah turun dan sampai di markas yang berada di Germany.

"Nona Shimizu, saya telah menemukan satu dari 3 kaparat tua itu." Ucap salah satu suruhan Hima.

"Dimana dia?"

"Dia berada di kota x, dan nampaknya akan kembali ke kota ini. Untuk bertemu 2 kaparat lainnya, Nona."

"Baiklah, terima kasih. Terus awasi kaparat itu dan jangan sampai lengah setitikpun" peringat Hima.

Ajudan itu mengangguk lalu membungkuk. Dan setelahnya pergi dari tempat Hima berada.

"HIMA!" teriaknya, membuat orang telinga orang tuli.

"Kenapa?" Jawab Hima datar.

"Aku menemukan informasi."

Hima menaikkan satu alisnya, dan menatap Xavier yang sudah duduk di sebelahnya sambil memegang tablet.

Xavier mengutak atik tabletnya, sambil terus berbicara.

"3 kaparat itu masing-masing mempunyai Casino yang bercabang di negara ini. Tapi semua itu terbuat dari uang yang di korupsi dari perusahaan Kevlar milikmu dan beberapa perusahaan lainnya." Ucapnya dengan sedikit mendumal.

"Lalu, ada lagi?"

"Ah ya. Ku dengar mereka membuat pesta minggu depan. Kita bisa merencanakan sesuatu, dan cepat kembali." Ucap cerdiknya

"Baiklah. Kumpulkan anak-anak."

"Oke." Xavier memencet tombol hijau pada telepon genggamnya untuk menelpon Star. Agar dia saja yang memanggil, para rekan yang lain.

"Star, bisa kumpul di aula tiga? Panggil rekan-rekan juga."

"Baiklah, Xavier."

Tutt.. tutt..











Mereka semua kini duduk di aula tiga untuk berdiskusi. Auranya Tampak mencekam di aula tiga ini.

"Kita akan membuat beberapa tim." Sela Hima.

"Informasi apalagi yang kalian dapat?"

"Tuan pertama, sedang berada di bandara untuk melakukan penerbangan menuju kota ini. Nona."

"Kapan dia akan sampai?"

"Mungkin sekitar jam 11 malam nanti."

"Kita akan melakukan rencana 1, kau siap Xavier?" Tanya Hima sedikit ragu.

"Aku selalu siap, Sayang." Godanya, dia mengecup sekilas pipi Hima.

"Baiklah, Reno. Kau stay pada tempat didekat, Xavier. Levi kau stay memantau lewat kalung pengintai Xavier." Ucap Starvy menjelaskan.

"Baik."

"Segera!" Lalu semua bubar mengerjakan tugasnya masing masing.

-

-

-

11.24 P.m

"Tuan. Mobil sudah siap." Sementara yang dipanggil tuan itu, menoleh.

"Baiklah, Mari." Pria itu berjalan mendahului ajudannya, dan saat sampai didepan Mobilnya.

Mobil merk roll-royce black ghost badge.

Terdapat seorang lelaki, dengan wajah imut dan manis. Sedang meringkuk disamping mobil.

"Hey Kleiner? Was machst du? (Hei, nak? Apa yang kau lakukan?)" Ucap pria itu. Sambil memegang pundak anak laki-laki. Yang sepertinya ketakutan.

"I- I'm sorry S-sir. I'm little b-bit speak Germany." Ucap anak lelaki itu ketakutan.

Pria dewasa itu berjongkok dan.

"Where you from?"

"I'm from indonesian."

"Oh kamu dari indonesia. Tidak apa-apa saya tidak jahat."

Anak lelaki itu perlahan mendongak, dan menatap pria itu intens.

"Ada apa, nak?"

"I-itu om, d-disana a-ada orang jahat. M-mereka menginginkan u-uangku. Padahal aku tidak punya uang" jawab anak itu gagap.

"Dimana nak?"

"I-itu disana." Ucapnya seraya menunjuk arah gang kecil di pojok sana. Yang terlihat gelap.

"Kenapa kamu bisa nyasar kesini?"

"Hufft, aku mencari pamanku, om. Dia berjanji akan mengembalikkan semua uangku yang dia ambil. Setelah dia pulang dari german. Tapi dia gak pernah kembali. Sementara ibu dirumah sakit-sakitan. Jadi aku kemari menyusul dan ingin meminta pertanggung jawaban."

"Kenapa kamu bisa kesini? Kamu naik apa, nak?" Tanyanya.

"Aku m-meminjam uang tetanggaku.." ucap anak itu menunduk.

"Jadi kamu tak punya tempat tinggal disini?"

"A-aku tidak punya siapa-siapa." Lirihnya.

"Bagaimana jika kau ikut denganku, sampai menemukan pamanmu?"

"Hmm? Bolehkah?"

"Tentu saja. Lagi, kau anak manis. Bahaya jika tak dijaga. Disini banyak orang jahat."

"B-begitu kah?"

"Iya, jadi aku akan pastikan kau aman bisa denganku."

"Baiklah. Terima kasih paman, kau baik sekali.."

"Aishh kau itu anak manis. Ayo, Jaden." Panggilnya ke ajudannya.

"Iya, tuan?"

"Bukakan mobilnya." Perintahnya.

"Baik tuan." Ia segera berlari dan membukakan pintunya.

"Aarghh" pekiknya saat mengangkat tubuh anak itu.

"Siapa namamu, nak?"

"Namaku Xavier, om."

"Xavier ya? Nama yang bagus." Ucapnya sambil mengusak hidung anak lelaki itu.

Lalu mereka melajur pergi dari bandara itu.



Mereka siapa ya? Apakah bagian rencana dari mereka akan berjalan lancar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka siapa ya? Apakah bagian rencana dari mereka akan berjalan lancar?

Baca terus sampe akhir yaaa

Aku agak mumet mikirnya soalnya.

Makasih yang udah baca, yang udah vote.

Btw boleh gak si? Kalo minta kalian yang baca itu, vote? Kek masa baca-baca aja? Kan kureng gitu :D

Oke sekali lagi terima gaji yang udah voteeee

11-07-2024

Piccolo Marito?(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang