26. ventisei

196 12 0
                                    

            

                         ♡♡♡♡♡
               ____________________
                   Happy reading
              ——————————
                   
                         ♡♡♡♡♡


Kini esok hari setelah Hima berjanji akan membawa Xavier ke arena menembak.

"Himaa!" Pekik Xavier, suara itu menggelegar satu mansion.

"Sst, jangan kebanyakan teriak." Tegurnya

"Kamu lama." Sebalnya. Ia memajukan bibirnya ke depan

"Ayo." Hima menggandeng tangan Xavier lalu berjalan menuju mobil.

Mobil Xavier mulai melaju keluar dari kawasan rumah. Mobil itu melaju dengan kecepatan lumayan tinggi.

______________________________________

"Star!" Pekik Hima setelah ia sampai di arena menembak.

"Halo tuan." Sapa Starvy ramah.

"Ajari aku menembak."

"Baiklah, ini revolvermu." Katanya sambil menyodorkan revolver yang Xavier design kemarin.

"Bagaimana caranya?"

"Sebelumnya apakah kau sudah di beri izin oleh nona Hima?" Tanya star memastikan.

"Sudah! Aku sudah di beri ijin Star!"
Jawab antusias Xavier.

"Baik, jadi yang pertama dan yang wajib tuan pastikan adalah, pandangan."

"Pandangan?"

"Kau harus menatap lawanmu itu dengan cermat tuan. Pandangan lurus kedepan. Sekarang lihatlah kertas hvs putih yang tergantung itu"
Ucapnya menunjuk kertas hvs yang memang digantung untuk latihan permulaan. Lalu diikuti Xavier dengan antusias yang membara dalam tubuhnya.

"Iya."

"Anggap itu musuhmu. Dan angkat revolvermu itu, ke arah titik yang ingin kau tembak."

"Seperti ini?" Revolver Xavier kini sudah sempurna tinggal menarik pelatuknya saja.

"Hati hati jangan sampai salah sasaran tuan. Pikirkan hal yang menyebalkan saat akan menyerang musuhmu itu."

Xavier tampaknya kini melengkung kan bibirnya kebawah seperti memikirkan sesuatu yang memang sebal untuk diingat.

"Tarik pelatuknya!"

Dor!

Dor!

Dor!

Tiga tarikan pelatuk itu mendarat sempurna di kertas hvs itu. Berada di titik tengah persis.

"Wow, kemampuanmu sangat bagus tuan. Aku akan merecomendasikan kau ke nona Hima, untuk melakukan proyek selanjutnya."

"Proyek?"

"Kita akan menyelidiki masalah yang ada di jerman."

"Kapan?"

"Mungkin nanti setelah kami selesai mengorek beberapa informasi. Sekitar 2 tahun lagi."

"Baiklah! Recomendasikan aku." Ucap Xavier semangat.

"Ayo kita latihan di dalam saja. Arena tembak yang asli."

Lalu mereka mulai menghilang di lapangan arena menembak tadi. Menuju ke ruang inti.

"Nah jika sekarang, itu adalah papan yang susah untuk di rusak, itu papan yang akan kita gunakan untuk sasaran tembakmu tuan."

Sementara Xavier mendengarkan penjelasan star dengan memakai peralatan yang dibutuhkan untuk menghindari celaka. Seperti rompi, kaca mata, sarum tangan. Yang biasanya di sediakan di arena tembak.

Piccolo Marito?(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang