04

2.5K 138 2
                                    

Akhirnya ketiga mobil tersebut melaju meninggalkan halaman rumah Hambalang yang jarak dari rumah ke gerbang utamanya saja sangat jauh. Perjalanan pulang tidak selama perjalanan pada saat pergi tadi, tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka sudah tiba kembali di rumah Kartanegara. Kirana mengalami kesulitan saat ingin turun dari mobil sehingga kembali lagi Lino yang membopongnya untuk masuk kerumah. Hal tersebut dinotice oleh bapak yang raut wajahnya langsung berubah khawatir.

"Loh kamu kenapa Kirana?" tanya bapak tegas. Teddy yang berdiri di belakang bapak juga memperhatikannya, namun dengan tatapan yang entahlah, Kirana tidak bisa mendeskripsikannya.

"Engga pak, tadi kurang hati-hati jadi kepleset di belakang." jelas Kirana berbohong, karena jika ia mengatakan sejujurnya Teddy pasti akan langsung dimarahi habis habisan didepan banyak orang, tentu Kirana kasihan.

"Hati-hati nakk aduh kasian kamu, Lino pelan pelan bantunya ya." iba bapak lalu berjalan memasuki rumah.

"Lo yakin mau pulang kalo gini Kiran?" tanya Deril sambil mengangkat tas di kedua tangannya.

"Yakin lah, lagian rumah gw deket kok aman sih harusnya." jawab Kirana yang perlahan mulai melangkah dibantu Lino.

"Saya antar kamu pulang." kalimat itu menghentikan langkah Kirana dan Lino, serta pergerakan mereka yang lainnya. Rajif dan Deril langsung bertatap-tatapan seperti berkomunikasi lewat mata.

"Gausah gapapa pak, saya masih bisa nyetir sendiri." tolak Kirana.

"Yakin? mau nginjek gas pake apa kamu? orang kaki kananmu bengkak gitu. Udah nurut aja, sana tunggu di mobil saya, barang barangmu nanti saya ambilin." tegas Teddy memberi kunci mobilnya pada Lino dan langsung meninggalkan mereka masuk menyusul bapak.

"Udahlahh Kiran, nurut aja apa nuruttt. Jarang-jarang loh Pak Teddy begini." jawab Rajif dengan wajah tengil sambil menaik turunkan alisnya.

Akhirnya mau tidak mau, Kirana yang masih dibantu Lino berjalan menuju mobil Teddy yang terparkir di depan rumah, Lino membukakan pintu depan, dan membantu Kirana duduk di kursi sebelah kemudi.

"Makasih ya mas Lino, maaf banget ngerepotin". ucap Kirana.

"Santai Kiran, jangan panggil gw mas ah, aneh rasanya. Biasanya pada manggil bang, tapi khusus kamu langsung panggil nama aja bolehhh."

"Lah setau aku mas lino lebih tua deh, emang boleh manggil nama? ga sopan ah." tangap Kirana.

"Boleh donggg, apa yang ngga boleh buat kamu??" iseng Lino.

"Buaya darat." jawab Kirana sambil menatap Lino malas, dan disambut gelak tawa Lino. Kayaknya Lino receh banget ya.

"Udah gw masuk dulu ya, selamat ngedate sama Pak Teddy." setelah mengucapkan kalimat itu Lino langsung lari menjauh dengan tawa yang menggelegar, dan dibalas teriakan Kirana "LINOOOOOO!!!!".

༶•┈┈୨♡୧┈┈•༶

Tidak lama pintu kanan belakangnya terbuka, muncul lah Teddy yang menenteng tas nya juga barang Kirana. Setelah menaruh barang-barang tersebut, Teddy membuka pintu kemudi dan mulai melajukan mobil fortuner hitamnya meninggalkan Kartanegara.

"Kamu pulang kemana?" tanya Teddy tanpa menoleh dan pandangannya tetap fokus pada jalanan.

"Menteng pak, dekat Bundaran HI" jawab Kirana. Dan obrolan mereka berhenti disitu, yang ada hanya lagu 'Satu Yang Tak Bisa Lepas' yang berputar memenuhi mobil itu.

Kirana menikmati lagu tersebut sambil menikmati pemandangan di luar jendela, Meskipun waktu sudah menujukan pukul 23.38, tetapi Jakarta bagaikan kota yang tak pernah mati, Jakarta di malam hari memang seindah itu. Saking asiknya ia tidak sadar kalau mobil Teddy berhenti di sebuah apotek dan si pengemudi sudah berada di luar sedang membuka pintu apotek. Tak lama Teddy kembali dengan membawa kantong kresek putih berlogokan apotek tersebut. Bukannya membuka pintu kemudi, Teddy malah membuka pintu tempat Kirana duduk.

"Mana kakimu yang sakit?" tanya Teddy.

"Yang kanan pak." jawab Kirana sambil kebingungan.

"Saya minta maaf, saya tadi ngga sengaja. Saya buru buru dipanggil sama bapak, bukannya saya ga mau nolong kamu." jelas Teddy sambil mengoleskan salep di kaki Kirana dan sedikit memijitnya. Setelah dirasa cukup, Teddy membalut rapih pergelangan kaki Kirana dengan perban. Lalu Teddy kembali masuk ke kursi pengemudi, dan mulai menjalankan mobilnya.

"Kita belum kenalan Kirana." Kirana agak terkejut mendengar kata-kata Teddy.

"Ya bapak hari ini sensi banget dari pagi." gumam Kirana sekecil mungkin berharap Teddy tidak mendengarnya.

"Hahaha, maaf ya kalo saya bikin kamu ngga nyaman, padahal ini baru beberapa hari kamu kerja sama bapak." ucap Teddy

"Huft. Sejujurnya saya bingung kalau berhadapan sama orang baru, apalagi perempuan. Karna ngga banyak perempuan yang berinteraksi langsung sama saya, biasanya perempuan ya hanya rekan kerja bapak atau kolega bapak, trus keluarga saya, udah itu doang. Mana lagi saya setiap hari ngikut bapak kemana mana, staff-staff bapak juga semuanya laki-laki, ya saya bingung aja. Maaf ya." terang Teddy dengan muka yang masih fokus ke jalanan.

"Hah? Pak Teddy ngomong sepanjang itu?" Kirana terkejut pertama mendengar Teddy berbicara panjang padanya.

"Gausah gitu Kiran." jawab Teddy sambil terkekeh.

Dan ya, mereka mengobrol hingga mobil Teddy berhenti sempurna di depan rumah Kirana. Kirana yang baru mau membuka pintu ditahan oleh Teddy yang buru-buru langsung turun dan membukakan pintu Kirana.

"Ayo saya bantu sampai dalam."

Kali ini Kirana berjalan dibantu oleh Teddy yang tangan kirinya melingkar sempurna di pinggangnya, dan tangan kanannya yang menggenggam erat tangan Kirana. Hingga sampailah mereka di depan pintu rumah Kirana.

"Mobil kamu di rumah bapak ya? Besok gimana berangkatnya?" tanya Teddy.

"Oh aman pak, saya ada mobil satu lagi." jawab Kirana

"Tapi yakin bisa nyetir? Udah besok saya jemput aja. Gaada penolakan! Saya pulang dulu." pamit Teddy.
bisa pake gojek padahal, modus lo ted🫵

"Oh iya ini ada salep lagi buat pinggangmu, tadi kepentok kan? takutnya lebam, jangan lupa dipake Kirana." lanjut Teddy

"Siap pak terima kasih banyak, hati hati dijalan!!" ucap Kirana sambil sedikit berteriak, karena Teddy sudah berjalan memasuki mobilnya. Jendela mobil terbuka menampakan Teddy yang melambaikan tangan padanya, disambut dengan pose hormat oleh Kirana.

"🫡🫡🫡"

Kirana memasuki rumahnya, mengunci pintu dan berjalan perlahan menuju sofa di ruang tamu. Kirana duduk sambil memegangi dadanya.

"Kok jadi aneh deg degan gini sih, lo kenapa Kiran?"


















UHUYYY KIRAN DUGUN DUGUN TUHHH
aku up besok lagi yaaaaa
jangan lupa vote nyaaa
Terima Kasihh🩵🩵

You're the one - TIWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang