Mobil Teddy dihadapkan dengan gerbang setinggi 2,5 meter yang berdiri kokoh dihadapannya, lalu disambut hormat oleh para penjaga gerbang utama Hambalang. Teddy terus melaju hingga sampai di pekarangan rumah utama, terlihat ada mobil Bapak dan beberapa mobil lainnya terparkir. Mobil Fortuner hitam itu berhenti sempurna sejajar dengan mobil - mobil lainnya. Teddy menoleh ke sebelah kirinya tempat Kirana duduk.
"Kiran, bangun yuk. Udah sampe." Teddy membangunkan Kirana dengan sedikit mengelus lengan kanan Kirana.
Merasa tidurnya terusik, Kirana perlahan membuka matanya dan matanya menerjap - nerjap menerima cahaya yang masuk ke dalam netranya. Kirana mulai tersadar dan membuka matanya sempurna. Mereka berdua turun dan berjalan beriringan menuju dalam. Di dalam Kirana dan Teddy hanya menemukan Rizky yang sedang memangku laptop di paha nya.
"Yang lain pada dimana ki?" tanya Teddy.
"Barusan aja ke belakang, si Rajif ditantang kudaan sama Bapak." jawab Rizky tanpa mengalihkan fokusnya dari ketikan di laptopnya.
"Kamu ke belakang sana, saya naro koper kamu dulu." Teddy meninggalkan Kirana naik menuju lantai atas.
Kirana berjalan menuju pintu belakang, dan berpapasan dengan Agung yang berjalan masuk menuju rumah.
"Eh Kiran, lo ditunggu bapak di tempat kuda. Tahu tempatnya ngga?" tanya Agung menghentikan langkah mereka berdua.
"Tahu kok, yaudah gw ke bapak. Duluan mas." ujar Kirana beranjak pergi meninggalkan Agung.
༶•┈┈୨♡୧┈┈•༶
Kirana memilih untuk berjalan kaki menuju tempat berkuda, dibandingkan harus diantar dengan mobil golf yang biasanya memang digunakan untuk berkeliling Hambalang yang luasnya hingga belasan hektar. Rumah Hambalang sangatlah nyaman, benar benar seperti 'rumah', dengan langit cerah namun agak sedikit mendung, pohon - pohon yang menjulang tinggi dan dedaunan yang menari - nari melambai tertiup angin. Serta udara yang berhembus menerpa surai Kirana yang sengaja tak ia ikat dan dibiarkan tergerai.
Coba bayangkan, kapan lagi Kirana bisa menghirup udara sebersih ini? yang biasanya setiap hari menghirup polusi udara Ibu Kota.
Itulah alasan mengapa Kirana rela berjalan kaki dari bangunan utama menuju tempat berkuda yang jaraknya tidak bisa dikatakan dekat.Kedua penumpu tubuhnya terus melangkah hingga membawa empunya sampai pada hamparan tanah yang luas dihadapannya yang biasa digunakan untuk pacuan maupun polo. Kirana bisa melihat Bapak dan Rajif yang sedang memasang saddle pada punggung kuda masing - masing. Juga ada Lino dan Deril yang menyaksikan dari pinggir lapangan.
Kirana berjalan di pinggir lapangan menuju tempat Lino dan Deril duduk. Kedatangan Kirana tentu langsung disadari dengan mudah oleh Deril dan Lino, begitupun dengan Bapak yang masih sibuk dengan saddle kudanya.
"Sudah lama sampai cah ayu?" tanya bapak dengan senyuman yang terukir diwajahnya. Sepertinya bapak hari ini sedang berbahagia sekali.
"Baru kok Pak, tadi begitu sampai Kirana langsung kesini."
"Tadinya saya nantangin Rajif Polo lawan saya, tapi katanya gabisa katanya kurang orangnya. Alasan aja ya, bilang saja takut kalah sama saya hahahaha!" ucap bapak disambut tertawaan dari mereka.
Bapak mulai menunggangi kuda coklat keturunan Portugal dengan postur tinggi besar yang Bapak beri nama Príncipe. Begitupun dengan Rajif yang naik menunggangi anak kesayangannya, Mojo.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're the one - TIW
RomanceTentang Sastikirana Prameswara Herliani dan Teddy Indra Wijaya. Kirana yang bertanya tanya tentang bagaimana rasa cinta itu, dan Teddy yang pernah mengalami kegagalan dalam pernikahan. 🚨DISCLAIMERRRR!!!!🚨 sekali lagi aku tegaskan, ini hanya karang...