DUA

1K 126 10
                                    

"Jaemin harus makan yang banyak, supaya bisa tumbuh besar dan menjadi anak pintar"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaemin harus makan yang banyak, supaya bisa tumbuh besar dan menjadi anak pintar"

"Jaemin mau jadi anak hebat. Hebat seperti bunda."

"Nanti kalau sudah besar, Jaemin akan belikan bunda; rumah yang besar, dan makanan yang enak-enak"

Jungwoo tidak henti-henti tersenyum kala menyuapi anaknya. Makanannya tidak mewah, hanya sup jamur dengan nasi sisa kemarin. Tapi anaknya tampak lahap sekali.

Jaemin begitu lucu dan menggemaskan. Tidak henti berbicara meskipun mulutnya tengah mengunyah. Membuat semua rasa lelahnya hilang, meskipun keringatnya kian menetes.

"Bunda, kapan Jaemin bisa bertemu ayah?" Suapan dari Jungwoo tertahan mendengar pertanyaan itu.

Si manis menatap sang anak dengan mata yang memerah seketika.

"Jaemin... Ingin sekali lihat ayah?" Tanyanya ragu-ragu dan dibalas anggukan oleh Jaemin.

Jungwoo menghela nafas panjang, haruskah dia berbohong lagi pada anaknya?

"Jaemin pasti akan bertemu dengan ayah. Ayah adalah orang yang—"

"Baik, pintar, sopan, dan lembut" Potong Jaemin. Dia hapal karena Jungwoo selalu berkata begitu tiap Jaemin bertanya soal ayahnya.

Raut wajah Jungwoo berubah sedih, ia kasihan pada anaknya yang tidak memiliki sosok seorang ayah di sampingnya sementara hidupnya begitu buruk. Jungwoo selalu berusaha untuk memenuhi peran ayah dan bunda sekaligus untuk Jaemin.

Tapi nyatanya, seorang anak tetaplah membutuhkan sosok ayah di sampingnya, tidak peduli sekuat apapun seorang ibu berusaha memenuhi dua peran untuk anaknya.

Jungwoo meletakkan mangkuk makanannya dan memeluk erat Jaemin. Berusaha mati-matian menahan air matanya, sekaligus meminta maaf di dalam hatinya.

"Kau pasti sangat merindukan ayahmu"

"Maafkan bunda yang belum bisa memberimu kebahagiaan yang penuh ya, nak?"

"Tapi bunda janji akan membahagiakanmu, bunda janji"

Jaemin terdiam, tidak memberi respon apapun. Hanya mengeratkan pelukan hangat sang bunda. Dalam hatinya pun, Jaemin merasa bersalah. Tidak seharusnya dia menanyakan hal ini terus, bundanya pasti sedih.

"Maaf, bunda" Ujar si kecil.

Meneteslah buliran air dari manik indah itu, hatinya terasa nyeri bukan main sekarang. Semakin ia eratkan pelukan itu, merasakan tubuh kecil Jaemin yang menjadi alasan ia hidup sampai detik ini dan nanti.

'Dia hanya seorang anak, ya Tuhan. Kenapa hidupnya begitu sulit'

Batin Jungwoo.

Tidak ingin terlalu larut, Jungwoo segera menghapus air matanya dan kembali menyuapi sang anak. Kehidupan menyedihkan ini adalah makanan sehari-harinya, tidak perlu terlalu diratapi.

LANGIT [Luwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang