Subuh ini Jungwoo terduduk di pintu belakang rumah bordil itu. Lututnya lemas, tubuhnya lunglai. Pertama dalam hidupnya ia mendapat berita duka yang amat menyobek hatinya.
Barusan Jira mengatakan bahwa Ten telah meninggal dunia, terjatuh ke jurang. Polisi telah menemukan jasadnya bersama seorang pria asing.
Hati Jungwoo begitu sedih, satu-satunya temannya di sini sudah pergi untuk selamanya. Bahkan Jira tidak memberi izin pada Jungwoo untuk pergi melihat jenazah temannya itu.
Tidak ingin terlalu larut, Jungwoo pun dengan memaksakan diri; berdiri dan berjalan pulang menyusuri jalanan di malam hari.
Air matanya terus turun walaupun sudah di hapus berkali-kali. Siapa lagi yang akan menyemangatinya saat sedih? Siapa yang akan memeluknya ketika ia menangis?
Lelaki kecil itu selalu menyimpan lukanya sendirian, kemudian menghibur orang lain. Berpura-pura semua baik-baik saja.
Jungwoo mengeratkan jaketnya, udara semakin dingin. Bulan bersinar terang dihiasi bintang. Sejenak si manis berhenti berjalan dan mendongak ke langit. Helaan nafasnya terasa berat.
"Teman, kau sudah berada di pangkuan Tuhan sekarang. Terimakasih sudah menjadi temanku"
Air matanya menetes lagi. Kehilangan sahabat memang sesakit ini.
5 tahun ia habiskan dengan berjuang bersama Ten, menghadapi kerasnya kehidupan rumah bordir. Kini temannya telah berpulang lebih dulu, meninggalkan dirinya yang harus berjuang sendirian sekarang.
Setelah berjalan cukup lama, ia pun tiba di rumah kecilnya. Tapi si manis tersentak kala melihat seorang lelaki duduk di teras rumahnya sembari menghisap sebatang rokok.
"Lucas?" Segera Jungwoo menghampiri lelaki jangkung itu.
"Lucas? Kenapa di sini?"
Melihat kedatangan orang yang ia tunggu, Lucas mematikan rokoknya dan berjalan mendekati sang hyung.
"Aku menunggumu, hyung" Ucapnya.
"Menungguku? Untuk apa?"
Lucas tanpa aba-aba langsung menarik tangan Jungwoo masuk ke dalam, "aku merindukanmu, ayo makan bersama."
Seketika pipi putih si manis merona merah. Entah apa yang terjadi padanya, ia sering tersipu malu oleh kalimat sederhana Lucas.
Di dalam ternyata meja makan kecil Jungwoo sudah tertata beberapa jenis makanan. Tentu dirinya kaget, apa Lucas membeli semua ini? Iya. Itu tidak jadi masalah, uangnya banyak.
"Apa menjadi OB di rumah bordil itu memang harus kerja hingga dini hari, hyung?" Jungwoo terdiam sejenak mendengar pertanyaan Lucas. Kemudian dengan sedikit kikuk ia menjawab.
"Iya, menyamakan dengan jam operasinya"
"Berarti jam pulangnya sama dengan para pelacur di sana? Eh? Aku rasa para pelacur itu tidur di sana" Jungwoo seketika gelagapan dan mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT [Luwoo]
FanfictionLucas akan tetap mencintai Jungwoo, tak peduli sekotor apapun lelaki manis itu. Lucas mencintai Jungwoo seperti dia mencintai langit. ______________________________________________ WARN! BXB MPREG Sexual Abuse Rape #1 LUWOO (15/05/24) #1 HOMO (16/0...