LANGIT [Luwoo]

SATU

Sepasang kaki kecil dari seorang anak lelaki membuat bunyi yang cukup keras di ruang tengah. Dia berlari sembari memegang pesawat kertas seolah pesawat itu akan terbang.

"Luke, berhenti berlari" Tegur salah satu anak laki-laki lain yang tampak sedang memegang piring.

Namun yang lebih kecil tidak mau mendengar, dan terus berlari kian kemari. Yang lebih tua sampai jengah dan misuh-misuh.

"huh, susah sekali diberi tahu, nanti ja—"

~brakk!

"—tuh"

"hyung~" Yang lebih tua menghela nafas, adiknya ini memang bebal. Tidak mau disuruh diam, kalau sudah jatuh barulah dia mengadu.

Lelaki manis itu mendekati yang lebih kecil, kasian sekali dia tersungkur hingga jidatnya memerah.

"sakit, hyung~"

"Kan sudah hyung bilang; jangan lari-lari. Kau tidak pernah mau mendengarkan"

"aku jangan dimarahi, kan aku jatuh"

"Sudahlah, hanya lecet sedikit. Ayo sana makan"

Bocah itu menyengir ketika disuruh makan, seolah lupa dengan sakit di jidatnya.

"terimakasih, hyung. Aku mencintaimu"

"huh, dasar"

Lucas Wong.

Seorang pemuda kaya berusia 23 tahun yang bekerja menjadi manager utama di perusahaan sang papa. Meskipun terlihat seperti penganut nepotisme, nyatanya Lucas dari kecil sudah diajarkan ilmu bisnis oleh sang papa. Tak heran bila setelah dia lulus ilmu menejemen, dia hanya butuh waktu setahun untuk bisa meraih posisi itu.

Perusahaan papanya bergerak di bidang pembangunan prasarana. Wajar saja bila Lucas harus nomaden alias pindah-pindah, tidak menetap di satu kota. Ini dikarenakan dia harus terus memantau pembangunan yang dilaksanakan atas nama perusahaan sang papa.

Hari ini, Lucas bertugas di Seoul. Ada pembangunan kantor 10 lantai, dan itu artinya Lucas harus memantau dan menjadi saksi kemana perginya uang masuk dan keluar.