SEASON II: ┊❛ 02 ༉‧₊˚✧

105 18 1
                                    

.
.
.

hari seperti biasanya, shina yang selalu betah berlama-lama di kost nagi, kebablasan sampai malam hari. dia memang tidak pernah produktif kalau ada di tempat ini. tapi nagi dan eksistensinya, membuatnya nyaman.

lihat saja sekarang dia sedang merebahkan diri di atas tubuh 190 cm si cowok. matanya terpejam, tapi dia tidak benar-benar tertidur. dia hanya merasa nyaman pada usapan tangan nagi di kepalanya.

"balik nggak, yang? aku anterin," suara nagi membuatnya membuka mata kemudian.

"pengen nginep. tapi besok ada acara keluarga besar," shina bergumam. ternyata memang kemalasan itu bisa menular ya.

"nginep aja kalo gitu. kissing sama aku sampe bibir mati rasa,"

"jangan kayak orang mesum deh bicaranya," shina bergerak duduk. dia meregangkan beberapa sendinya yang terasa kaku. tidak digerakan selama beberapa menit.

"mau pulang?"

shina mengangguk. "aku pulang sendiri aja. udah malem banget."

"justru udah malem, makanya aku anter lah, sayang. kamu otaknya kenapa sih? cara pikirnya aneh banget."

shina diam sejenak, menatap nagi dari atas sampai bawah. seperti orang yang baru pertama kali bertemu, sedang menilai seseorang. "ujung-ujungnya aku yang bawa motor kan?"

nagi menyeringai, "khusus malem ini, aku yang bawa motornya." dia kemudian berdiri, mengambil jaket yang menggantung di pintu lemari, memakainya, dan menyambar kunci motornya.

"ayo," katanya. melihat shina tak bergerak dari kasur.

"nganterin doang atau...?" tidak salah kan kalau shina berharap mereka akan memiliki night ride romantis?

"emang mau ngapain lagi? kan kamu udah makan."

memang salahnya terlalu berharap pada si bodoh yang hanya memprioritaskan permainan rpgnya. shina menggeleng kemudian, sebelum turun dari kasur dan menguncir rambutnya.

"eh, yang.. bentar!" nagi menarik rambut shina yang sudah diikat rapih.

"BISA JANGAN NARIK RAMBUT, GAK?!" shina melotot tajam. bukan karena sakit. tapi tangannya sudah pegal harus menguncir rambut panjang dan tebalnya itu setiap hari.

"iya, maaf. tapi kita ciuman dulu, dikit. besok pasti kamu sibuk terus gak ada waktu buat ke sini," nagi segera merengkuh tubuh shina dan mencium bibirnya tanpa seizin pemilik.

shina menghela napasnya. dia bahkan tidak pernah terkejut lagi dengan adegan seperti ini yang dia lakukan bersama nagi. ekspresinya santai. lain sekali ketika pertama kali mereka berciuman. rasanya shina seperti habis melakukan 7 dosa besar.

tapi sekarang, saat tangan nagi sengaja menjatuhkan kunci motornya, kemudian merayap masuk ke dalam kemeja biru mudanya, shina tidak terkejut atau heran lagi.

sebaik-baiknya nagi menahan kendali nafsunya, mengalihkan pikirannya dengan bermain game, melihat shina yang cantik ini tidak pernah gagal membuatnya bergairah.

shina menarik napas saat kepala nagi turun, beralih mencium garis rahang dan lehernya dengan gerakan sensual. entah dari mana si nolep ini belajar soal sentuhan fisik dengan perempuan. shina pikir hidupnya hanya demi meningkatkan ranking dan level permainan onlinenya.

"nagi.. udah ah.."

"eh, iya udah," nagi langsung menjauh. untung diingetin sebelum sempet buka bajunya, kata si putih itu, dalam hati.

-

dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk menempuh perjalanan ke rumah shina dengan motornya. kali ini, dia bukan lambat, tapi sengaja memperlambat diri. lewat kaca spion, nagi senang melihat wajah shina tanpa make up itu. sangat cantik dan indah.

di pencahayaan yang minim area rumah shina, dia dan nagi menemukan siluet laki-laki sedang menghisap rokok di dekat gerbang masuk utama.

menyadari kehadiran sepasang kekasih itu, dia menjatuhkan rokoknya ke tanah dan berjalan mendekat.

"dih?!!! lo ngapain di sini??!!" shina langsung turun dengan wajah sumringahnya. nagi sedikit kesal karena dia merasa diabaikan sekarang.

"gini-gini gue masih bagian dari mikage ya. sembarangan lo," si cowok dengan tinggi sekitar 2 meter itu tertawa, lantas melirik nagi dengan ekor matanya yang agak sinis.

"pacar lo?"

shina mengangguk.

"kenapa lo baru bawa balik shina jam segini?" atsushi mengangkat kepalanya, mengeluarkan aura intimidasi yang kuat.

"eng— itu.. gue abis main di rumahnya dia. trus ketiduran," shina yang menjelaskan. sedangkan nagi masih mencerna situasi dengan lambat di tempatnya.

"dia?" kata nagi, jengkel.

"pft.. bercanda, na. ya udah sana lo masuk,"

nagi agak terkejut karena shina benar-benar hendak masuk tanpa mengucapkan kata apapun kepadanya. secara reflek, tangan besar nagi meraih pergelangan tangan shina.

"besok aku chat," shina mengatakan hal singkat itu sebelum akhirnya masuk dan meninggalkan nagi bersama laki-laki bernama atsushi ini.

nagi menghela napas. dia menyalakan mesin motornya, ingin segera beranjak dari sana.

tapi pertanyaan atsushi menahannya. "lo pacarnya shina betulan ya?"

nagi melirik jutek, "lo pikir bohongan?"

"oh.. hm.. pacar ya.." atsushi menyeringai. "apa lo.. udah tidur sama shina?"

kali ini, nagi yang sedang emosi, menambahkan komposisi marahnya karena pertanyaan tak sopan yang terlontar dari orang yang baru saja dia kenal belum ada satu jam.

demi mempertahankan harga dirinya, dan demi menunjukkan kalau shina itu miliknya, nagi menjawab, "udah."

dia pikir jawaban itu akan membuat atsushi kesal. tapi dia tetap berlagak santai, sambil tersenyum. sebuah senyuman maha menyebalkan.

"tapi kenapa?"

"kenapa? harusnya gue yang nanya. kenapa lo bahas hal begituan?" nagi mendelik, jengkel. dia mematikan kembali mesin motornya untuk membuat percakapan lebih intens.

"jelas, kan? karena gue juga suka shina." senyuman itu sekarang jauh lebih menyebalkan dari yang nagi ingat beberapa menit lalu.

"terus? lo mau apa?"

"menurut lo?"

"coba aja rebut shina dari gue," nagi memutar kunci motornya, menghidupkan mesin. sebelum pergi dari sana, dia menoleh sekali lagi, "itu pun kalo lo bisa."

"lo ngeremehin nih?"

"gak. gue ngasih tau. itu bentuk ancaman pembunuhan yang lagi trend," nagi mengacungkan jari tengahnya, lalu pergi dari sana.

-

[✔] [2] boyfriend ; nagi seishiroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang