B. Z. 14

556 20 4
                                    

selamat membaca besti 🤗

Maaf kalau alur cerita nya kurang seru 🙏.

Jangan lupa follow, coment, vote dan share ya. 🥰

________________________________



3 jam sudah berlalu. Zuya hanya diam. Sedangkan Zen dia memilih sedikit menjauh untuk memenangkan dirinya agar tidak berlaku kasar pada zuya.

Ekor mata zuya melirik takut ke arah Zen. Rasanya dirinya mau melompat saja dari gedung ini.

Ini apartemen Zen. Zuya baru sekali kesini bersama Zen, dan ini kedua kalinya dia disini.

" Huh" Helaan nafas yang terdengar kasar membuat tubuh zuya kembali bergetar. Dia masih takut melihat wajah Zen yang begitu menyeramkan saat marah.

Apalagi setibanya mereka tadi di apartemen Zen langsung saja membuang nya ke atas kasur dengan kasar. Suara bentakan Zen masih terngiang di telinganya.

Kaki Zen melangkah mendekat menghampiri zuya yang duduk di pinggir kasur.

Zuya menelan ludahnya kasar melihat Zen yang berdiri di depan nya. Kepala nya tetap setia menunduk.

" Siapa dia? " Tanya Zen dingin

" Mm.. Di.. Dia se... senior Jack" Jawab zuya terbata dengan tubuh yang masih bergetar.

" Kau sudah kenal lama dengan nya? "

Kepala zuya menggeleng brutal" Hikss zu... Zuya baru mengenal nya tadi hikss"

Air mata yang tidak bisa zuya tahan akhirnya tumpah. Meski terlihat kuat di depan adek nya tapi tidak menutup kemungkinan jika dengan Zen dirinya selalu takut membuat laki laki itu marah. Karna dia sudah pernah melihat Zen marah ketika ada seseorang yang membully eizi. Bahkan kei saja bisa terluka jika berhadapan dengan Zen. Apalagi dirinya yang hanya memiliki tubuh kecil dan lemah.

" Apa tujuannya mendekati mu? " Kepala zuya menggeleng tidak tau.

" Jawab" Tegas zen.

" Hiks zuya tidak tau. Senior Jack hanya mengatakan kalau dia ingin mengenal dekat dengan zuya. "

" Berhenti menangis. Aku tidak suka"

Mendengar perintah zen. Zuya dengan buru buru menghapus air matanya. Namun setiap kali dia menghapus nya air mata itu kembali mengalir.

" Aku tidak suka jika kau berdekatan dengan laki laki lain. Termasuk laki laki sialan itu. Kau hanya boleh dekat dengan ku. Mengerti "

" Hiksss iya" Jawab zuya mengangguk pelan tak mau membantah.

" Kenapa masih menangis?. Berhenti menangis"

" Hikss tidak bisa air matanya keluar keluar terus huwee" Ucap zuya yang berusaha menghapus air matanya.

" Khehehehhe" Kekeh Zen tertawa geli melihat tingkah zuya yang menurut nya sangat imut.

" Maaf" Zen mengangkat tubuh zuya membawanya duduk di atas pangkuannya.

" Maaf membuat mu takut. Jujur saja aku sangat kesal saat kau tidak membalas pesan ku. Hum kemarahan bertambah melihat mu duduk dan tertawa bersama laki laki lain. " Ucap Zen sejujurnya. Tangan nya mengelus punggung zuya mencoba menenangkan.

" Hikss zuya.. "

" Husstt jangan berbicara dulu. Kau sedang menangis. Kau bisa berbicara setelah selesai menangis. Aku mohon cepat berhenti menangis ya nanti dadanya semakin sesak dan sakit. " Ujar Zen lembut.

Zen Zi ( End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang